Oleh : Lina Herlina
Suara adzan terdengar dari mushola, Akbar segera bangun. “Hmmm dinginn…..airnya seperti air es,” kata Akbar kepada Bapak. Bapak hanya tersenyum. “Tapi seger…. Brrrr….!” lanjut Akbar.
“Ayo Akbar, ambil embernya,“ kata Bapak sepulang dari mushola. Bapak lalu mengambil milkcan, lotion dan juga kain tipis untuk menyaring susu.
“Iya Pak,” jawab Akbar sambil melipat sarung.
Hari ini hari Senin. Sekolah libur. Siswa kelas 6 akan latihan Ujian Negara. Sebagai siswa kelas 4 SD Miara Desa, Akbar tentunya libur.
Hari ini Akbar akan membantu Bapak memerah sapi. Biasanya A Asep, kakaknya, yang setiap hari membantu Bapak di kandang. Dua sapi milik Bapak susunya diperah sehari dua kali, subuh dan sore hari. Akbar beberapa kali melihat Bapak dan A Asep memerah sapi, tapi Akbar lebih memilih untuk bermain daripada ikut memerah. Ah bau, pikirnya.
Karena A Asep mendapat pekerjaan di kota, jadinya Akbar yang harus membantu Bapak. Akbar harus membersihkan kandang. Untungnya walaupun bau, Akbar masih kuat menahan. “Kan rumah Akbar dekat kandang hehe…” Bapak memberi semangat kepada Akbar. Akbar menutup hidung dengan tangan kirinya. “Masa bau segitu aja nyerah,” lanjutnya.
Akbar memegang selang, menyemprotkan air ke kandang. Bapak membersihkan kandang memakai sapu lidi, mendorongnya ke arah parit. Setelah lantai kandangnya bersih, giliran Bopi yang dimandikan memakai air hangat. Bapak memandikan Bopi dan Akbar membersihkan kandang Sopi. Baru saja selesai Bopi dimandikan tiba-tiba Bopi mengeluarkan lagi kotorannya, brruutt… brruutt….!
“Ups… dasar kamu Bopi!” keluh Akbar. Bapak hanya tertawa. “Ah, sudah biasa Bar,” kata Bapak.
Akbar kembali membersihkan kotoran di kandang Bopi. Kotoran itu ditariknya ke parit kecil di belakang kandang dan didorongnya ke tampat pembuangan.
Bapak kembali membasuh bokong Bopi yang baru saja mengeluarkan kotoran. Mengambil lotion supaya tangan bapak licin saat memerah dan Bopi tidak sakit saat diperah. Sebilah bambu dipakai menjepit Bopi. “Agar si Bopi tidak terlalu banyak bergerak,” kata Bapak.
Hal yang sama dilakukan kepada Sopi. Kali ini Akbar mencoba memerah. Awalnya Sopi bergerak-gerak, kakinya tidak bisa diam. Mungkin pijatan Akbar berbeda dengan Bapak. Beberapa kali Bapak mencontohkan, akhirnya Sopi bisa tenang saat Akbar memerah susunya. Walau hari dingin tapi menjadi panas dirasakan Akbar. Keringat bercucuran dari kening Akbar. Akbar menarik nafas. “Ah……akhirnya…,” katanya lega.
Akbar duduk di bangku bambu di depan kandang. Senyumnya mengembang saat ingat apa yang telah dilakukannya. Di dekat bangku dua buah milkcan penuh berisi susu segar.
“Akbar, ini sudah siap diantar ke KUD,” kata Bapak. “Ayo, ikut Bapak ke sana.”
“Iya Pak,” jawab Akbar.
Dua milkcan susu diangkat Bapak dan Akbar ke KUD (Koperasi Unit Desa) yang berjarak 100 meter dari rumahnya.
“Terimakasih ya, Bar,” kata Bapak sepulang dari KUD
“Akbar juga terimakasih Pak, baru sekali ini Akbar memerah sapi hihihi.” Akbar terkekeh. “Senang rasanya bisa membantu Bapak.“
Air pancuran benar-benar membuat badan Akbar segar. Dengan baju yang sudah bersih Akbar duduk di bale-bale kayu. Gorengan buatan Emak masih mengepul. Juga dua gelas susu segar hangat. Pandangannya tertuju ke sawah. Hamparan sawah yang indah. Akbar baru menyadari, tinggal di desa adalah sesuatu yang mesti disyukuri.
Akbar tersenyum. Ingatannya melayang ke kandang sapi. Kini Akbar tahu pekerjaan Bapak mengurus Bopi dan Sopi tidak semudah yang dibayangkannya. Ada rasa senang di hatinya. Lain waktu, Akbar siap memerah sapi lagi.
“Pagi-pagi tersenyum sendiri. Minum dulu susunya mumpung masih hangat,” kata Bapak yang kemudian duduk di samping Akbar. “Bapak akan menanami pinggir sawah dengan rumput gajah. Kalau mau ikut, setelah sarapan kita ngambil bibitnya di kebun.”
“Mau Pak. Apalagi kalau nanti Emak nganteuran nasi timbel,” jawab Akbar.
“Pasti, Emak akan masak istimewa buat Akbar,” kata Emak yang baru keluar dari dapur. Di tangannya ada nampan berisi dua piring nasi goreng.
Akbar mengacungkan jempol tangannya. Pagi begitu cerah dan indah. ***
Nganteuran = mengirim makan kepada yang sedang bekerja di sawah atau kebun.
Timbel = nasi yang dibungkus dengan daun pisang
Cerita terbit di Majalah Bobo
Gambar : istock dan majalah bobo