Di sebuah desa kecil di Afrika Barat, hiduplah Anansi, si laba-laba yang sangat cerdik. Anansi selalu mencari cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan tanpa harus bekerja keras. Suatu hari, saat Anansi berjalan di hutan dia menemukan sebuah panci besar yang terbuat dari tanah liat.
Panci itu tampak sangat tua dan kotor, tetapi ketika Anansi mendekatinya, dia mendengar suara pelan dari dalam panci, “Aku adalah panci ajaib. Jika kau mengatakan ‘Masak, Panci, Masak!’ aku akan memasak makanan lezat sebanyak yang kau mau.”
Anansi sangat gembira mendengar ini. Dia segera membawa panci itu pulang ke rumahnya.
Ketika Anansi merasa lapar, dia berkata, “Masak, Panci, Masak!”
Dan dalam sekejap, panci itu mulai mengeluarkan uap, dan makanan lezat mulai muncul dari dalamnya—nasi, daging, sayuran, dan banyak lagi!
Anansi makan dengan lahap sampai perutnya kenyang. Setelah selesai, dia berkata, “Berhenti, Panci, Berhenti!” Dan panci itu pun berhenti memasak.
Anansi sangat senang dengan panci ajaibnya. Setiap kali dia lapar, dia hanya perlu menyuruh panci itu untuk memasak, dan makanan lezat akan muncul. Namun, Anansi yang licik memutuskan untuk tidak memberitahu siapa pun tentang panci ajaib ini. Dia ingin menyimpan semua makanan lezat itu untuk dirinya sendiri.
Hari demi hari, Anansi semakin gemuk karena dia makan terlalu banyak. Tetangga-tetangganya mulai curiga dan bertanya, “Anansi, dari mana kamu mendapatkan semua makanan lezat ini?”
Tetapi Anansi hanya tertawa dan berkata, “Oh, aku punya rahasia kecilku sendiri!”
Namun, keserakahan Anansi membuatnya ceroboh. Suatu hari, ketika dia sedang tidur siang, anak-anaknya menemukan panci ajaib itu di dapur.
Mereka penasaran dan memutuskan untuk mencoba panci itu. Mereka berkata, “Masak, Panci, Masak!” dan panci itu mulai memasak makanan lezat.
Anak-anak Anansi sangat gembira dan terus berkata, “Masak lebih banyak lagi, Panci, Masak!” Panci itu terus memasak dan memasak, sampai makanan meluap dan memenuhi seluruh rumah!
Ketika Anansi bangun, dia sangat terkejut melihat rumahnya penuh dengan makanan. “Berhenti, Panci, Berhenti!” teriaknya.
Tetapi panci itu tidak mau berhenti. Anansi lupa cara menghentikan panci ajaibnya karena dia terlalu serakah dan tidak pernah berbagi rahasia dengan orang lain.
Akhirnya, makanan meluap keluar dari rumah Anansi dan mulai menyebar ke seluruh desa. Tetangga-tetangganya yang lapar segera datang dan mengambil makanan yang melimpah itu.
Pada akhirnya, Anansi tidak punya pilihan selain berbagi rahasianya dengan semua orang di desa. Sejak saat itu, semua orang di desa bisa menikmati makanan dari panci ajaib tersebut, dan Anansi belajar bahwa keserakahan hanya akan membawa masalah.
- Ilustrasi by AI . Silakan kontak admin, jika ada ilustrator yang ingin menyumbang gambar pengganti.
- Dilarang copas atau mengutip isi artikel ini. Hargailah kerja keras kreator menyajikan bacaan gratis untuk pembaca. Jangan dinodai oleh plagiator.