Suatu hari, musim hujan berlangsung begitu lama, udara pun menjadi sangat dingin. Seekor angsa bernama Mala sedang bersantai di rumahnya sambil menunggu telur-telurnya menetas.
Kraakk … Kraakk … Terdengar bunyi pecahan telur dari tumpukan jerami. Mala langsung menghampiri telur-telurnya. Terlihat ada 3 anak angsa yang keluar dari cangkangnya dengan susah payah.
Ngak … Ngak … Suara anak angsa yang saling bersautan.
“Kemarilah anak-anakku, Ibu akan memeluk kalian semua,” ucapnya dengan bahagia.
Mala memeluk ketiga anaknya, kemudian membawanya ke dapur. Walaupun bulu mereka berbeda-beda, tapi tidak membuat Mala pilih kasih terhadap ketiga anaknya. Ketiga anak angsa itu diberi nama Moi, Moa, dan Miu.
“Ayo anak-anak, kalian makan dulu ya,” kata Mala sambil memberikan semangkuk makanan kepada ketiga anaknya.
Sore itu Moi, Moa, dan Miu bermain di halaman rumah mereka. Moi, Moa dan Miu berjalan-jalan menuju hutan tanpa sepengetahuan ibunya.
“Wah.. ada kupu-kupu,” ucap Miu sambil mengejar kupu-kupu.
Miu terus mengejar kupu-kupu, sementara Moi dan Moa terus berjalan. Sampai akhirnya Miu tersadar jika dirinya terpisah dari kedua saudaranya.
“Moi! Moa! Kalian dimana!” Teriak Miu sambil melihat sekelilingnya.
“Siapa namamu? kenapa kamu menangis,” tanya Tupi seekor tupai yang sedang mencari makanan.
“Namaku Miu, aku sedih karena terpisah dari kedua saudaraku saat bermain,” ucap Miu sambil menangis sesenggukan.
“Jadi kamu tersesat? Kamu bisa tinggal di rumahku untuk sementara, sambil menunggu saudaramu datang,” sahut Tupi dengan ramah.
Moi dan Moa kembali kerumah dan menceritakan kejadian di hutan, bahwa Miu hilang ketika sedang bermain di hutan. Mendengar cerita dari Moi dan Moa, ibunya sangat khawatir.
Keesokan harinya Mala mengajak kedua anaknya pergi ke hutan mencari Miu.
“Anak-anak, cepatlah bergegas keburu siang,”ucap Mala sambil memasukkan bekal makanan ke dalam tas.
Mereka masuk ke dalam hutan dan mencari Miu, “Miu..Miu.. dimana kamu!” mereka bertiga kompak memanggil nama Miu.
Sepanjang hari mereka mencari Miu di hutan tapi belum juga berhasil. Beberapa penduduk hutan sudah ditanya, namun tidak ada yang tahu keberadaan Miu.
“Ibu, maafkan kami. Ini semua salah kami karena tidak menjaga Miu,” Kata Moi sambil menangis.
“Tidak, Sayang, tidak ada yang salah. Nanti kita cari Miu lagi, sekarang beristirahatlah,” ucap Mala dengan bijak.
Satu bulan kemudian
Miu tumbuh dengan cepat. Bulunya yang merah membuat penghuni hutan kagum melihatnya. Miu terkenal dengan kebaikannya, dan tidak pernah menyombongkan bulunya yang indah. Hingga akhirnya kabar tersebut terdengar sampai ketelinga Mala dan kedua saudaranya.
“Tupi, apakah suatu saat nanti aku bisa kembali bertemu keluargaku?” tanya Miu dengan raut wajah sedih.
“Aku yakin keluargamu juga sedang mencarimu Miu, bersabarlah,” jawab Tupi menghibur Miu yang sedang sedih.
“Tupi, aku akan pergi kekamar, aku ingin tidur saja supaya tidak sedih,” ucapnya dengan malas.
“Iya, tidurlah Miu. Semoga besok datang keajaiban untukmu,” sahut Tupi yang masih duduk di kursinya.
Sementara itu, Mala dan kedua anaknya sedang membicarakan kabar dari hutan tentang seekor angksa berbulu merah. Mala penuh harap jika angsa tersebuh adalah Miu. Moa dan Moi tidak sabar untuk bertemu dengan Miu, mereka bergegas untuk pergi ke hutan.
“Anak-anak berjalanlah dengan hati-hati ya,” ucap Mala
Mala langsung mendatangi rumah Tupi, karena cerita yang beredar angsa merah itu tinggal bersama seekor tupai.
“Permisi,” ucap Mala sambil mengetuk pintu.
Seekor angsa membuka pintunya dengan perlahan, betapa terkejutnya Miu begitu tahu siapa yang mengetuk pintu.
“Ibu …,” kata Miu sambil memandangi wajah Ibu dan saudaranya.
“Miu! Apakah benar kamu Miu?” tanya Mala memastikan kembali.
“Miu …” kata Moi dan Moa bersamaan.
Ketiganya masuk ke dalam rumah, Miu memperkenalkan Tupi yang sudah menolongnya.
Mala mengucapkan terima kasih kepada Tupi yang sudah menjaga Miu. Mala juga ingin membawa Miu pulang ke rumah.
“Tupi, bolehkah aku kembali dengan ibuku?” pinta Miu kepada Tupi.
“Tentu saja Miu, mereka keluargamu,” jawab Tupi dengan bijak
Miu memeluk Tupi dan berpisah, walaupun Tupi sangat sedih karena berpisah dengan Miu, tapi Tupi juga senang karena Miu bisa berkumpul dengan keluarganya lagi. Keluarga Mala kini sudah lengkap. Kembalinya Miu di rumah menambah suasana rumah semakin hangat. Mereka bercerita banyak hal selama mereka terpisah.
“Miu, bagaimana perasaanmu bisa kembali lagi di rumah ini?” tanya Moa
“Tentu saja aku senang dan bahagia,” jawab Miu sambil tersenyum
Malam itu setelah Moi, Moa, dan Miu bercerita banyak hal, akhirnya mereka tidur dengan pulas di tempat tidur mereka masih-masing. Melihat pemandangan itu, Mala begitu bahagia karena bisa melihat anak-anaknya berkumpul lagi.
TAMAT