Angsa Hitam

Angsa hitam itu berenang kesana-kemari seakan menikmati hari yang indah. Anak-anak angsa hitam selalu mengikuti kemana induk semangnya berenang. Keakraban antara anak dan induk yang menunjukkan kekompakan. Telaga yang lumayan luas dengan tanaman bunga di sekelilingnya menambah kedamaian. Matahari siang itu lumayan bersahabat tidak terlalu panas namun tidak mendung. Semilir angin menambah sejuknya suasana. Angsa yang dominan berbulu hitam itu semakin cantik dengan paruhnya yang berwarna merah menyala dan garis putih di ujungnya kontras dengan warna hitam. Perpaduan warna yang menambah keelokan angsa hitam. Di ujung sayap ada bulu putih yang menjadi ciri khas angsa bermarga Cygnus. Angsa hitam yang mempunyai leher panjang sehingga membentuk huruf “S” menjadi daya tarik angsa yang menjadi lambang resmi Propinsi Australia Barat.

Keira gadis kecil berkulit hitam manis berumur sembilan tahun, sedang duduk beristirahat di pinggir telaga setelah lelah berjalan keliling taman bunga. Dia merasa kehausan dan lapar sehingga meminta kedua orang tuanya untuk duduk dan makan dulu sebelum melanjutkan keliling taman bunga. Pinggir telaga tempat yang nyaman untuk istirahat apalagi ada tempat yang teduh untuk melepas lelah sambil menikmati bekal yang telah dibawa. Keira tertarik dengan angsa-angsa hitam yang bergerombol membentuk kelompok-kelompok sendiri. Induk angsa diiringi anak-anak bercengkrama keliling telaga.

“Bunda, lihat itu bebek berwarna hitam!” Seru Keira sambil menunjuk angsa hitam yang berenang di dekat mereka makan.

“Sayang, itu bukan bebek tetapi itu angsa.”

“Angsa seharusnya bulunya putih, bunda?”

“Angsa tidak semuanya berwarna putih, tetapi ada yang berwarna hitam seperti mereka yang sedang berenang.” Terang bunda Keira.

“Boleh aku kasih makan bunda?”

“Coba dulu dikasih sedikit, siapa tahu tidak mau. Kalau mau, nanti bisa dikasih lagi.”

Keira kemudian membagikan makanannya yang sedang dimakan dengan angsa-angsa yang berenang di pinggiran telaga. Angsa yang suka sekali makan tumbuh-tumbuhan air itu mendekat dan memakan apa yang diberikan Keira.

Keira merasa bahagia bisa berjalan-jalan dan bisa bermain di taman bunga yang sudah lama diimpikannya. Bermain di taman bunga dengan telaga yang luas, seperti dalam film animasi yang pernah dilihatnya The Swan Lake. Keira bagaikan sedang di negeri dongeng, negeri Odette yang mendapatkan kutukan menjadi angsa. Bila matahari telah tenggelam dan hari mulai gelap, angsa-angsa itu seakan bisa berubah menjadi putri cantik yang bermain di taman bunga. Seperti ballerina yang sedang menari di atas panggung dengan indah meliukkan tubuhnya. Semua mata penonton akan terpana dan kagum melihat keanggunan para ballerina menari. Beningnya air telaga hingga nampak ikan yang berenang di telaga tampak dari permukaan menambah maraknya penghuni telaga.

Keira adalah gadis yang ceria, banyak bicara dan suka sekali bercerita tentang berbagai hal. Dia akan tertawa keras dan terbahak melihat sesuatu yang lucu dan menggelikan. Hingga kedua orang tuanya harus mengingatkan karena seorang anak perempuan tidak boleh tertawa keras-keras, sesuai dengan adab dan norma agama. Keira bukanlah Odette putri yang cantik dan lemah lembut, tampak sempurna di mata orang baik secara lahir maupun batin. Bukan pula Odile yang dipandang sebelah mata oleh semua orang. Keira, gadis kecil yang kadang masih mempunyai sisi angsa putih dan angsa hitam.

Keira berjongkok di tepi telaga  memberi makan angsa, tampak didekatnya ada gadis kecil yang memperhatikan Keira. Gadis itu umurnya sekitar lima tahun, wajahnya putih dan matanya bulat bersinar. Keira menoleh ke arah gadis kecil yang menggunakan baju pink dengan bunga-bunga warna biru dan jilbab biru berenda pink dipinggirnya. Sepertinya gadis itu juga akan ingin memberi makan angsa-angsa namun dia tidak mempunyai sesuatu untuk diberikan. Keira kemudian mendekati dan memberikan makanan yang masih di tangannya kepada gadis itu. Gadis itu menerima dengan tersenyum dan mata berbinar karena senang.

“Terima kasih.”

“Sama-sama.” Keira merasa bahagia karena bisa memberikan rasa senang bagi orang lain. Keira melihat gadis itu berteriak kegirangan ketika memberikan makan dan angsa itu mau mendekat. Bahagia itu memang sederhana, membuat orang lain tertawa menjadikan hati bahagia. Keira dan anak kecil itupun tertawa bersama.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar