Asep si Anak Kampung

 

Asep selalu menanti liburan tiba. Ia dan emak bisa menemui Abah sekaligus berlibur ke Jakarta. Pak Ujang, Abah Asep bekerja sebagai sopir pribadi Pak Abraham seorang pengusaha sukses.

Asep senang sekali. Apalagi Pak Abraham mempunyai anak seusianya. Namanya Tomi. Walau anak orang kaya, Tomi tidak sombong. Tomi selalu mengajak Asep bermain dan meminjamkan koleksi mainannya yang sangat banyak. Kadang Tomi mengajak Asep bersepeda di sekitar kompleks atau pergi berekreasi keliling Jakarta.

Tapi sayang, liburan kali ini, mereka bermain di rumah saja. Beberapa hari yang lalu, Tomi mengalami musibah kecil. Waktu itu Tomi berlari menuruni tangga. Padahal tangga baru saja dipel oleh Mbok Darmi. Tomi terpeleset, jatuh ke bawah dan kakinya terkilir.

Tapi Asep tidak kecewa. Asep sudah senang, karena Tomi mau berteman dengannya. Untung saja Mama Tomi membelikan banyak buku dan majalah anak untuk mereka. Jadi bila bosan bermain, mereka bisa membaca.

Siang itu, sehabis membantu membersihkan halaman belakang, Asep bermain bersama Tomi. Kali ini Tomi meminjamkan Asep mainan robot terbarunya. Robot itu bisa bergerak dan mengeluarkan suara. Banyak lampu di sana-sini.

Asep terkagum-kagum melihat robot canggih Tomi itu. Di kampungnya, tidak ada yang mempunyai robot seperti  itu. Selain tidak ada yang menjual, harganya tentu mahal. Asep dan teman-teman biasanya hanya bermain gundu, perang-perangan dengan senapan bambu, mencari buah sawo atau berenang di sungai.

Tintintin… tiba-iba terdengar suara klakson mobil. Tanpa disuruh, Asep berlari membuka pintu gerbang. Kemudian masuk sebuah mobil sedan warna biru dan berhenti di depan rumah Tomi.

“Halo, Tom!” sapa seorang anak seusia Tomi dan Asep.

“Benhar, kenapa kamu tidak mengabari akan datang?” tanya Tomi. Benhar itu saudara sepupu Tomi. Ia tinggal di Bogor.

“Sengaja. Biar kejutan untukmu. Katanya kamu terjatuh dari tangga, ya?”

“Iya, kakiku terkilir. Tapi sudah tidak terasa sakit lagi,” cerita Tomi. “O iya, kenalkan, ini Asep anak Pak Ujang!”

Asep mengulurkan tangannya, tapi Benhar diam saja.

“Kenapa kamu mau bermain bersama anak kampung itu?” bisik Benhar pada Tomi.

“Memangnya kenapa? Dia baik dan rajin,” jawab Tomi.

“Tapi dia tidak selevel dengan kita. Dia anak kampung, kita anak kota,” kata Benhar sombong.

Mama Tomi ikut menyambut Benhar. Setelah berbincang sejenak, Mama Tomi mengajak mereka masuk untuk  makan siang bersama.

“Ben, Tante sudah masakkan sup kacang merah kesukaanmu!”

“Terima kasih, Tante!”

“Jadi Mama sudah tahu Ben mau datang?”

Mama mengangguk “Ben minta Mama merahasiakan dulu.”

Dengan semangat, Benhar menuju meja makan. Ia tidak sabar ingin menikmati sup kacang merah buatan Mama Tomi yang lezat itu. Tapi selera makan Benhar langsung hilang, saat Tomi memanggil Asep untuk makan bersama.

“Kenapa dia tidak makan di dapur saya, Tom?” tanya Benhar kesal.

“Nggak apa-apa. Dia temanku juga kok,” kata Tomi.

Asep hanya menunduk sambil menghabiskan makanannya.

Benhar kesal. Ia tidak jadi menghabiskan sup kacang merahnya.

“Ben, rambutan di belakang sudah berbuah. Manis sekali!” kata Tomi.

“Wah, aku mau, Tom! Aku paling suka rambutan!”

Benhar lalu berlari ke halaman belakang rumah Tomi. Benar saja, buah rambutan bergelantungan. Air liur Benhar langsung menetes.

“Tapi, siapa yang akan memetik rambutan itu?” tanya Benhar. “Kamu kan, lagi tidak bisa memanjat, Tom?”

“Saya akan memetik rambutan untukmu,” kata Asep lalu segera memanjat pohon rambutan.

Asep dengan lincah berpindah dari dahan satu ke dahan lain. Sebentar saja sekeranjang buah rambutan sudah berhasil ia petik.

“Kamu tidak berterima kasih pada Asep, Ben?” tanya Tomi.

“Buat apa? Ini kebetulan saja. Aku tidak menyuruhnya memanjat kok,” jawab Benhar sambil makan rambutan.

Habis makan rambutan, Benhar memutuskan berenang saja. Byur… Benhar langsung nyebur ke kolam renang.

“Tolong-tolong….”

Rupanya Benhar tidak tahu, kalau kolam renang Tomi baru direnovasi dan kedalamnnya ditambah. Benhar panik.

Tiba-tiba Asep datang. Dengan cepat Asep berenang menghampiri Benhar. Asep lalu membawa Benhar ke tepi kolam.

Mama Tomi dan Tomi segera menghampiri. Benhar diberi handuk lalu dibawa masuk ke dalam rumah.

“Kamu harus berterima kasih pada Asep, Ben!” Tomi mengingatkan.

“Iya, Tom,” jawab Benhar.

Sehabis mandi, Benhar menghampiri Asep. “Sep, terima kasih sudah menolongku. Maafkan sikap kasarku, ya!” ucap Benhar.

“Sama, sama, Ben!” jawab Asep tersenyum bersahabat.

Dari jauh Tomi memperhatikan Asep dan Benhar. Tomi senang Benhar sudah sadar, agar tidak memilih-milih teman kota atau kampung, karena semua sama baiknya.

Bambang Irwanto

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar