Di sebuah taman kanak-kanak ada beberapa teman yang memiliki bakat unik. Ada yang namanya Siti si kinestetis, pandai segala jenis gerakan tari. Ia mengikuti ekstrakurikuler menari dan di setiap latihan selalu dijadikan pelatih untuk teman-temannya yang lain. Menari adalah bakatnya sejak lahir. Tarian dari 33 provinsi sudah dikuasainya termasuk beberapa tarian mancanegara.
Kemudian ada Sam si anak sholehah. Dia adalah si paling cepat menghafal bacaan sholat, zikir, dan do’a-do’a harian. Selalu meminta ibuguru untuk mengetes hafalannya. Ia juga rajin shalat 5 waktu bahkan menambahi shalatnya dengan shalat sunnah. Di antara teman-teman satu kelas yang lain, dia sendiri yang sudah melesat ngajinya di Iqra’ 5. Sam si anak sholehah selalu berjilbab ke mana pun ia pergi.
Terakhir ada Sida si pembaca cepat. Dia suka membaca apa saja terutama buku cerita. Kemampuan membacanya di atas rata-rata. Ia mampu menghabiskan 2 buku dengan masing 200 halaman perbuku. Jadi, total perhari bacaannya adalah 400 halaman. Dengan hobi membacanya ia sangat malas untuk beraktivitas apa pun.
Hari itu hari jum’at, pada saat jam olahraga Ibu Guru menyuruh semua siswa untuk berbaris di lapangan. Mereka akan melakukan senam sehat. Sitti si kinestetis amat antusias. Dia berdiri di barisan paling depan. Bahkan, ia menawarkan pada ibu guru agar dia saja yang dijadikan pemandu senam.
Ibu guru tidak mengizinkan sitti untuk menjadi pemandu, akan tetapi malah memanggil Sida si pembaca cepat untuk memandu senam sehat. Kontan saja sida menggeleng tidak mau. Tapi, ibu guru terus membujuk.
“Sida hari ini jadi pemandu senam, ya!Sida sudah hafal gerakannya, bukan?” ujar buguru lembut.
“Tidak, Bu Guru! Sida belum hafal. Jangan sida, Bu!” kelit Sida agar ibu guru tidak lagi memintanya menjadi pemandu senam.
“Kalau gitu sida paling depan saja supaya bisa lihat video senamnya biar cepat hafal, ya!” perintah ibu guru lagi tidak menyerah untuk membujuk sida menjadi pemandu senam.
Sida sama sekali tidak punya keinginan untuk berdiri paling depan. Ia sangat malas untuk menggerakkan tubuhnya. Melihat gelagat Sida, ibu guru menasihatinya, “Sida, tidak hanya fikiran yang perlu kita latih agar cerdas, tetapi fisik juga perlu kita jaga agar sehat. Semuanya harus seimbang. Ibu guru tahu Sida sukanya senam mata dan jari, kan? Menulis dan membaca? Tidak ada salahnya untuk menggerakkan anggota tubuh yang lain Sida agar tubuhmu sehat.”
“Tapi, Sida tidak bisa paling depan, Bu. Gerakan sida selalu salah,” keluh Sida lagi.
“Tidak apa-apa. Pelan-pelan, pasti Sida bisa! Semangattt! Ayo!” Ibu Guru mengepalkan jari memberi semangat pada Sida.
Sida mengangguk. Walaupun masih sangat tidak terima jika ia harus melakukan senam di depan teman-temannya satu kelas.
“Oke, sida dan sitti kalian paling depan, ya! Jadi pemandu untuk teman-teman yang lain. Anak-anak yang lain ikuti gerakan sida dan sitti, ya!” putus ibu guru pada akhirnya. Sida akhirnya mengangguk. Setidaknya ia tidak sendiri di depan, ada sitti yang menemaninya. Meskipun nantinya akan terlihat kontras, sebab sitti lincah sekali di setiap gerakannya. Tetap saja, tidak apa-apa! Yang penting tidak sendiri.