Bunga Terompet Emas

Setiap tahun, di Negeri Peri Pipiricha akan mekar bunga terompet emas. Tentu saja bentuknya seperti terompet dan berwarna keemasaan. Bunga Terompet Emas hanya tumbuh dan mekar di musim semi. Saat itu semua peri akan menari-nari di sekitar bunga Terompet Emas.

Ilustrasi : Bing Image Creator

“Kiala, cepat! Nanti kita terlambat. Aku sudah tidak sabar menari di sekitar bunga terompet emas!” teriak Peri Serina. Sayapnya yang bening berwarna kuning mengepak-ngepak di depan pintu rumah pohon Peri Kiala.

“Sabar sedikit, dong! Aku akan segera keluar,” sahut Peri Kiala dari dalam rumah.

Sekali lagi, Peri Kiala menyisir rambut pirangnya. Ia memang terkenal cantik dan suka berdandan.

Ehm, kini aku bertambah cantik tanpa kacamata, gumam Peri Kiala lalu bergegas keluar menemui Peri Serina.

“Yuk, kita berangkat!” ajak Peri Kiala. “Saatnya bergembira.”

“Uuh.. bukankah aku sudah menyuruhmu untuk berdandan lebih awal,” kata Peri Serina cemberut.

Peri Kiala tertawa kecil. Ia tidak mau berdebat dan langsung menarik tangan Peri Serina untuk terbang menuju taman Serindah. Di sanalah sedang bermekaran bunga terompet emas. Ternyata sudah banyak peri-peri lain yang datang.

Namun betapa terkejutnya mereka, ternyata tak satu pun bunga terompet emas yang mekar. Semua layu. Ada lendiran hitam di batang-batang bunga.

“Kenapa bisa begini, kemarin saat aku menebar serbuk ajaib, bunga emas terompet seakan hendak mekar,” keluh Peri Kiala. Tugasnya memang menyebar serbuk agar bunga segera mekar.

“Iya..iya,” semua peri berkeluh kesah.

“Ini pasti perbuatan Yurinka. Dia kan suka usil,” duga peri-peri.

Yurinka adalah Peri yang bertugas membuat serbuk-serbuk. Namun terkadang Yurinka usil membuat serbuk-serbuk yang tidak sesuai. Sehingga sering terjadi kekacauan.

“Yuk kita lapor Ratu Surina,” usul Peri Kiala.

Para peri lalu terbang ke istana Ratu Surina di atas pohon. Ratu Surina sangat terkejut mendengar cerita para peri. Bila bunga terompet tidak mekar, bertanda akan ada bencana yang akan melanda Negeri Pipiripcha. Semua peri ketakutakan membayangkan apa yang akan terjadi pada negeri mereka.

Ratu Surina segera menyuruh Peri Serina dan Peri Kiala bertanya pada Peri Yurinka. Kedua peri itu segera terbang menuruh rumah Peri Yurinka. Berkali-kali Peri Kiala mengeluh, karena perjalanan sangat jauh. Riasan wajahnya sudah luntur karena keringat.

Asap tampak mengepul-ngepul, bertanda Peri Yurinka sedang membuat serbuk-serbuk. Peri Serina mengetuk pintu. Tidak lama Peri Yurinka membuka pintu dan keluar dari rumahnya.

“Yurinka, apa kamu yang menebarkan serbuk hitam ke bunga terompet emas?” tanya Peri Serina marah.

Peri Yurinka sangat terkejut. “Aku tidak melakukan apa-apa. Sudah dua hari ini, aku sibuk membuat serbuk penguat akar bunga.”

“Jangan bohong. Gara-gara kamu, kita belum bisa menari-nari,” kata Peri Kiala.

“Kalau begitu, kita ke negeri pelangi saja. Siapa tahu cairan itu turun dari langit,” usul Peri Yurinka.

Peri Serina dan Peri Kiala setuju. Mereka lalu terbang ke negeri pelangi dan bertemu Ratu Bidadari.  Ratu Bidadari segera memanggil Puteri Tampi yang bertugas melukis awan hitam.

“Kemarin aku tidak melukis awan hitam. Jadi tidak mungkin lendir hitam itu berasal dari cat hitamku,” tukas Puteri Tampi.

“Bagaimana kalau kalian pergi ke Dewa matahari. Mungkin ia melihat apa yang terjadi,” usul Ratu Bidadari.

Ketiga peri itu lalu terbang ke negeri matahari. Mereka segera menceritakan apa yang terjadi.

“Baiklah, aku akan melihat apa yang terjadi dari bejana perakku,” kata Dewa Matahari.

Dewa Matahari membaca mantra. Tiba-tiba bejana berisi air itu memperlihatkan kejadian kemarin.

“Oh, itu kan Kiala,” seru Peri Serina. Tampak Peri Kiala sedang menyebar serbuk untuk memekarkan bunga terompet emas.

“Iya, aku selalu rajin menjalankan tugas,” kata Peri Kiala bangga.

Namun tidak lama setelah Peri Kiala menyebarkan serbuk, bunga-bunga terompet emas terdapat lendir hitam. Tidak lama kemudian, pohon-pohon bunga terompet layu.

“Kok bisa begitu?” Peri Kiala bingung.

“Sepertinya Kiala salah mengambil serbuk. Ia mengambil serbuk untuk mematikan rumput liar,” kata Peri Yurinka.

“Bagaimana kamu bisa salah mengambil serbuk, Kiala?” Peri Serina menatap tajam pada peri Kiala.

Peri Kiala sangat terkejut. “Kemarin… kemarin…lensa kontakku berembun. Aku kesiangan dan lupa membersihkannya. Penglihatanku sedikit kabur,” jawab Peri Kiala pelan lalu menundukkan kepala.

“Aduh.. Kiala. Bukankah aku sudah katakan, kamu tidak usah memakai lensa kontak. Lebih aman pakai kacamata saja,” kata Peri Serina.

“Iya..iya, aku minta maaf!” kata Peri Kiala menyesal. Mulai terdengar tangisnya. “Sekarang apa yang akan aku lakukan? Aku telah mengacaukan segalanya.”

“Jangan bersedih, Kiala! Aku akan memberimu serbuk butiran matahari. Sebarkalah! Bunga terompet emas akan mekar kembali,” kata Dewa Matahari.

Peri Kiala mengangkat wajahnya. “Terima kasih, Dewa Matahari! Aku janji tidak akan  mengulangi kesalahanku. Aku juga akan minta maaf pada Ratu  Surina dan semua peri-peri, ” janji Peri Kiala.

Kini Peri Kiala sadar untuk lebih mengutamakan tugasnya, dibandingkan kecantikan dirinya.

Bagikan artikel ini:

3 pemikiran pada “Bunga Terompet Emas”

Tinggalkan komentar