Judul : Catatan Si Noy, Lari dari Kenyataan Finish-nya di Mana?
Kategori : Novel remaja Gen-Z
Penulis : Henee Soedarno
Terbitan : Indva Media Kreasi – Agustus 2023
Jumlah Halaman: 152
ISBN : 9786232531642
“Noy, dengar … lari itu bukan solusi! Hadapi, jangan cengeng! Jangan lari … oke? Paling tidak jangan sekarang. Tidak usah mencari pembenaran, itu melelahkan. Tunjukkan kalau mereka salah menilai.”
Alkisah, Noy, lakon utama Novel ini, mengajukan proposal kepada Bubun, ibunya, untuk segera cabut dari sekolahnya alias pindah. Huhuhuuu… ada apa Noy?
Haduuuh … sungguh tak mudah menjadi sosok Noy! Ruwet! Selain permasalahan pribadi dengan orang per orang, ia pun terancam dimusuhi orang sesekolahan. Pelan tapi pasti, ia terlibat dalam pusaran intrik politik ekskul di sekolahnya. Sifat dan sikap nyentriknya turut memperkeruh suasana. Lantas, apa pilihan Noy, melarikan diri atau menghadapi untuk mempertahankan idealismenya?
Kalau membandingkan diriku sendiri dengan si Noy, sepertinya masa SMA-ku enggak serumit itu, deh, hahaha. Karenanya salut banget buat Henee Soedarno yang bisa meramu beragam konflik menjadi enak untuk dibaca. Bahkan di bagian tengah, perasaan jadi ikut teraduk-aduk membaca ketidakadilan yang menggemaskan sampai mulut pun berucap, “Kamu harusnya begini, harusnya begitu, Noy!”
Catatan Si Noy seolah menjadi curhatan tertulis remaja zaman now. Isu kesehatan mental disampaikan mengalir seperti air. Konflik masa remaja memang sungguh beragam. Sebagian mungkin dilematis banget. Pilih ini salah, pilih itu salah. Kemudian disalah-salahkan terus pula. Bisa depresi, lho.
Yang jelas remaja perlu tempat bersandar dan berbagi, tetapi jangan di tempat salah, karena bisa bakal makin runyam. Remaja di persimpangan jalan, mau mandiri kok belum dewasa, mau bermanja-manja kok sudah dianggap bukan anak kecil lagi. So, pesan yang jelas banget di buku ini, keluarga adalah tempat pulang ternyaman bagi mereka. Kurasa enggak hanya remaja, buku ini direkomendasikan pula dibaca oleh orang tua alias ayah ibunya para remaja. Setidaknya bisa memberi ilham trik berkomunikasi yang nyaman dengan mereka. Bagaimana caranya masuk ke dunia mereka tanpa harus tampak menggurui. Enggak gampang, karena kalau orang tua otoriter, mereka akan makin menjauh.
Mengenai karakter tokoh-tokohnya, sebenarnya aku rada gemes sama Bubun. Bubun itu rasanya jadi ibu yang terlalu hangat sikapnya buat Noy. Pantesan jadi teman buat Noy, deh. Sangat sabar dan pengertian. Mungkin karena itu, Henee Soedarno menempatkan karakter Bapak yang tegas dan tanpa kompromi menjadi penyeimbang. Padahal di banyak kehidupan nyata mungkin kebanyakan anak gadis itu lebih dekat sama bapaknya karena ibunya lebih galak dan cerewet (ini sekadar testimoni yang harus diteliti lebih lanjut kebenarannya, ya, hahaha. Kalau ada yang punya jurnal ilmiah yang mengulas ini boleh juga dibagi-bagi).
Mengenai Abian, yah, kehadiran Abian si bodyguard Noy itu, kesannya rada kebanyakan masuk dalam kehidupan Noy dan keluarganya. Dalam situasi sosial di Indonesia, kaitannya dengan hubungan dengan lawan jenis, tentunya harus ada alasan jelas kenapa Abian bisa sedekat itu. Ada sedikit disinggung di awal, tetapi kurasa masih perlu diperkuat lagi. Feeling pembaca pasti bisa merasakan aura yang tidak biasa antara Abian dan Noy. Terlalu dekat, tetapi okelah kalau itu jadi bumbu penyedap cerita, hehehe. Apaan, sih? Makanya, baca sendiri, ya!
Untuk tokoh antagonis, mungkin lebih seru kalau digali lebih dalam lagi tentang Rena dan Bu Zima sebagai musuh Noy. Bagaimana hubungan interpersonal di dalam keluarga mereka? Bagaimana hubungan mereka dengan orang-orang di sekolah? Tentunya, yang memperkuat alasan keantagonisan mereka kepada dengan Noy. Jangan lupa, keterlibatan wali kelas juga tak disinggung di dalam cerita ini, padahal biasanya anak sekolah itu paling dekat sama wali kelasnya.
Yang bikin menarik dan konflik makin ambyar adalah tokoh abu-abu di cerita ini. Siapa dia? Hmm, lagi-lagi … baca sendiri, ya. Jangan khawatir, novel ini cukup mudah diikuti karena alurnya maju. Bahasa yang dipakai ringan, khas anak muda, dengan latar tempat Batam. Tidak membuat dahi berkerut-kerut banyak, kok. Kesan rada berat di awal saja, karena si Noy seperti lagi ceramah ke Bubunnya ditambah warna halaman abu-abu ditimpa tulisan gelap. Lanjutin aja, akan bakal makin menarik.
Oh ya, sedikit typo, kurang tanda petik, kurang spasi, masih aku temukan di beberapa halaman, termasuk di blurb-nya. Ini akibat kebiasaanku baca buku sambil bawa pensil, jadi kelihatan aja, deh! hahaha. Secara otomatis aku lingkari saja yang salah. Ke depan, kalau cetak ulang lagi, sebaiknya diperbaiki lagi, ya, untuk meningkatkan kualitas buku yang sudah keren ini.
Nah, yang penasaran, ayo baca baca baca!
Masya Allah, keren reviewnya. Manarik, runut, dan bikin penasaran ?
Makasih banyak mba semoga Noy lebih baik lagi kedepannya ???