Celengan Kendi Ajaib

Hari ini cuaca terasa sangat panas, awan tak terlihat di atas langit sana. Semua orang menantikan mendung segera datang, tapi nyatanya hal itu hanya kemustahilan. Anak-anak sekolah dasar tampak berbaris untuk membeli es potong, mungkin mereka sangat kehausan di tengah terik matahari yang menyengat.

Seorang anak bernama Danu menggandeng temannya bernama Adi, mereka lalu mendekati Jaka. “Kamu kok tidak beli es, pasti nggak punya uang ya?” tanya Danu dengan tampang mengejek.

Jaka hanya bisa diam, lalu temannya yang bernama Hasan membela Jaka. “Kamu tidak boleh seperti itu pada Jaka, jika kalian tidak pergi akan kuadukan pada ibu guru!” ancamnya.

Karena mendengar hal tersebut Danu pergi dengan perasaan kesal. Sementara Jaka tersenyum dengan kebaikan Hasan menolongnya. “Nih untukmu! Tadi aku membeli dua potong es.” Hasan menyodorkan kepada Jaka, mereka berdua menikmati es potong dengan hati gembira.

“Terima kasih banyak San, kamu memang sahabat terbaikku.”

“Sama-sama, sebagai sahabat kan sudah seharusnya saling berbagi,” kata Hasan sambil tersenyum tulus.

***

Pagi diiringi suara merdu burung prenjak yang bertengger di batang-batang pohon mangga. Jaka berangkat sekolah dengan menaiki sepedanya. Di sebuah jalan tikungan, ia melihat seorang bapak tua yang memakai caping (topi bentuk lebar yang dipakai orang saat berangkat ke sawah) tengah terduduk lemas bersandar pada pohon. Jaka yang tidak tega melihat hal tersebut segera mendekat.

“Apa Bapak masih bisa berdiri?” tanya Jaka.

“Nak, saya lapar karena belum makan dari kemarin. Jadi saya hanya bisa terduduk di sini,” jawab bapak itu dengan suara lemas.

“Kalau seperti itu, saya punya nasi liwet (nasi yang dimasak dengan rempah-rempah dan dikukus, dilengkapi ikan teri, ayam suwir, dan tempe) untuk Bapak makan,” kata Jaka mengulurkan sebungkus nasi yang merupakan bekalnya untuk berangkat sekolah.

“Lalu kamu nanti makan apa Nak?”

“Bapak tidak usah khawatir, saya nanti bisa beli roti di kantin sekolah. Silakan Bapak makan nasinya!”

Bapak bercaping itu memakan nasi bekal dari Jaka dengan sangat lahap, tak sampai sepuluh menit semuanya telah habis. Tak lupa Jaka menyodorkan sebotol air mineral untuk Bapak itu minum. Setelah selesai, bapak itu memberikan sebuah celengan kendi berbahan tanah liat berwarna cokelat gelap. “Bapak hanya punya ini untukmu, terimalah ya Nak! Semoga kamu bisa menjaganya dengan baik.”

“Maaf Pak, saya tak bisa menerimanya. Saya ikhlas menolong Bapak.”

“Tolong terima Nak, ini sebagai tanda terima kasih dari Bapak. Celengan kendi ini akan mengeluarkan koin yang bisa kamu gunakan, tapi jangan sampai mengambilnya berlebihan.”

“Tapi Pak ….” Belum sempat Jaka melanjutkan perkataannya, bapak itu telah menghilang dalam sekejap.

***

Jaka awalnya hanya meletakkan celengan dari tanah liat itu di meja. Namun lama-lama ia penasaran dengan perkataan bapak tua, bahwa celengan itu bisa mengeluarkan banyak koin. Jaka lalu memegang celengan kendi dan menggoyangkan berulang kali, hingga beberapa koin keluar dari lubang celengan itu. ‘Wah banyak juga isinya, aku bisa membeli banyak makanan.’ batin Jaka gembira.

Saat di sekolah Jaka membeli roti pukis, sate kerang, dan pentol. Tak lupa juga untuk membaginya dengan Hasan. Mereka memakan makanan tersebut dengan senang. Sementara di sisi lain, Danu yang seragamnya tak rapi mengamati Danu dan Jaka. Tatapannya terlihat tak suka.

“Hei Jaka, sebenarnya kamu mendapat uang untuk membeli jajan darimana? Kok sangat mencurigakan,” kata Danu.

Adi ikut menanggapi, “Pasti kamu mencuri ya? Jadinya punya banyak uang.”

“Kamu jangan sembarangan!” kata Hasan tak terima.

“Aku punya celengan kendi ajaib di rumah, celengan itu yang mengeluarkan banyak uang.”

Danu yang puas setelah mendapat jawaban dari Jaka segera pergi. Ia berencana untuk memiliki celengan kendi ajaib apapun caranya. Danu juga bekerjasama dengan Adi untuk memuluskan semuanya.

Secara diam-diam Adi menyembunyikan sebuah celengan kendi yang berwarna mirip seperti milik Jaka. Lalu celengan itu akan ditukar saat Danu ke rumah Jaka untuk berpura-pura minta maaf. Jaka tidak sadar dengan hal tersebut, sehingga Danu berhasil mendapat celengan kendi ajaib yang bisa mengeluarkan banyak uang.

Di rumah, Danu sudah tak sabar untuk melihat keajaiban celengan kendi itu. “Bagaimana caranya bisa keluar uang?” tanya Danu bingung.

“Coba saja digoyang-goyang, siapa tau keluar koinnya,” jawab Adi yang berada di samping Danu.

Sepuluh koin 1000-an bergambar angklung jatuh ke lantai. Danu tampak senang dengan usahanya bersama Adi yang berjalan lancar. Mereka berdua akan membeli banyak makanan di kantin sekolah besok.

Satu minggu sudah berlalu. Danu memanfaatkan celengan ajaib secara berlebihan, hingga tak keluar koin satupun dari dalam sana. Danu tak patah semangat, ia dan Adi bergantian menggoyang celengan itu supaya keluar koin sebanyak-banyaknya. Tetapi hal itu mustahil, 5 menit kemudian terdengar suara lebah dari dalam celengan kendi.

“Kamu dengar nggak ada suara lebah?” tanya Danu memastikan.

“Iya, suaranya tuh kayak ada banyak lebah. Aku takut.”

“Udah, nggak usah takut! Pasti kita cuma salah dengar.”

Tak lama setelah itu, muncul lebah dari dalam lubang celengan. Tak hanya satu atau dua, lebah itu berjumlah puluhan ekor dan langsung menyerang. Danu dan Adi berteriak dengan kencang, tetapi tak ada yang menolong mereka. Orangtua Danu sedang pergi bekerja di luar kota.

Danu mengambil sapu untuk mengusir lebah-lebah itu, tapi percuma karena mereka semakin marah. Lebah membuat semua kulit Adi dan Danu membengkak. Tak beberapa lama lebah-lebah itu pergi dengan sendirinya. Bu Asih (tetangga Danu) datang lalu membawa Danu dan Adi ke rumah sakit.

Danu dan Adi izin tidak bisa masuk sekolah selama dua hari. Jaka dan Hasan menjenguk mereka berdua. Jaka sangat terkejut dengan hal yang menimpa teman-temannya.

“Aku minta maaf sudah banyak salah selama ini,” kata Danu dengan sangat menyesal.

“Aku juga minta maaf ya,” kata Adi.

“Aku sudah memaafkan kalian kok. Kita kan semuanya teman.”

“Jaka, aku kembalikan celenganmu. Maaf sudah mengambilnya tanpa izin. Karena jahat, kami sekarang mendapatkan balasannya.”

Jaka tersenyum. “Semoga kalian berdua cepat sembuh. Nanti kita akan makan jajan di kantin bareng-bareng.”

Cerpen ini diikutsertakan dalam Lomba Cipta Cerpen Paberland 2024

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar