Doa Penuh Pertolongan

Eric seorang anak yang berbakti kepada ibunya yang sudah tua. Eric meskipun masih anak-anak tapi sikapnya sudah seperti anak dewasa yang mengerti tanggung jawab, penyayang dan pemurah.

Walau kehidupan Eric tidak kaya bahkan lebih cenderung banyak kekurangan Eric selalu ikhlas berbagi dengan mahluk hidup d sekitarnya, tidak hanya pada orang-orang tapi pada binatang, umbuhan Eric selalu memberikan perhatian dan selalu ringan tangan menolongnya.

Satu-satunya orang yang paling disayangi tentu saja ibunya yang sudah tua dan terkadang sakit-sakitan. Demi ibunya Eric bekerja apa saja, terkadang Eric mencari ranting-ranting pohon dan buah-buahan di hutan lalu dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apapun Eric lakukan demi menopang kehidupan mereka berdua.

Semakin hari ibunda Eric juga semakin payah, kerena usianya juga yang tidak muda lagi sehingga sakitnya tak kunjung sembuh.

Eric dengan uang yang diperoleh berusaha membawa ibunya ke tabib untuk pengobatan dan membli obat yang harus diminum setiap hari.

“Eric maafkan Ibu yang sudah membuat kamu susah, kamu seharusnya sekolah buakan bekerja mencari uang tapi demi Ibu kamu rela melakukan semua. Kamu anak yang berbakti Eic, Ibu sangat bersyukur mempunyai putera seperti kamu,”kata Maria ibunda Eric dengan tulus.

“Sudahlah Ibu, semua Eric lakukan karena Ibu adalah satu-satunya yang Eric punya. Eric ingin sampai kapan pun kita bersama walau harus hidup pas-pasan, yang penting kita selalu berusaha mencari rezeki yang halal dan terpenting Ibu sehat itu sudah cukup membuat Eric bahagia. Ibu adalah satu-satunya yang Eric punya jadi sehatlah apa pun akan Eric lakukan demi Ibu …,” kata Eric penuh kasih sayang.

Ibu Maria mengelus rambut Eric dengan penuh kasih sayang juga, sejak suaminya meninggal dunia hanyalah Eric yang menjadi penyemangat untuk bertahan hidup walau rasanya rindu juga pada mendiang suaminya.

Ibu Maria ingat mendiang ayahnya sebelum meninggal menitip pesan agar menjaga Eric putera semata wayang mereka dan membimbingnya menjadi pemuda yang berguna bagi orang-orang di sekitarnya.

***

Seperti pagi-pagi sebelum jelang matahari terbit Eric sudah mempersiapkan alat untuk mencari ranting dan buah di hutan.

Pekerjaannya terhenti terdengar erangan ibunya yang sakit nya sepertinya semakin parah.

“Ibu … Ibu … bertahanlah Eric akan menggendong Ibu ke tabib Surya, dengan panik Eric segera menggendong ibunya yang lebih ringan karena badannya sangat kurus.

“Tabib Surya … Tabib Surya tolong ibu saya, tolong apapun akan saya usahakan demi kesembuhan ibu saya,” pinta Eric dengan panik.

“Sabarlah Eric Ibumu tengah sekarat menahan sakit, sabar … sabar baringkan di sini biar istirahat dan aku akan mencoba menyembuhkan,” kata tabib Surya menenangkan Eric.

Pembawaan tabib Surya yang tenang sangat menolong Eric untuk tidak panik, sementara ibundanya sepertinya sudah pingsan sejak di gedongnya.

Tabib Surya memberikan wewangian di hidung, sesaat ibu Maria membukakan mata dan terlihat lebih tenang tidak kesakitan seperti beberapa saat lalu.

Tabib Surya juga memberikan minyak hangat yang di basuh di tangan, kaki memberikan efek hangat yang menjalar tapi demikian ibu Maria hanya diam seribu bahasa dan matanya juga tampak sayu.

“Ibu … Ibu …,” Eric coba memenaggil ibunya. Tapi ibu Maria hanya terdiam.

“Sabarlah Eric, saya sudah berusaha mengobati tapi sepertinya sakit ibunda kamu sudah semakin parah. Semua kembali pada sang Maha Pencipta. Berdoalah dan bersabarlah, lebih baik kamu berangkat bekerja seperti biasa karena kita juga perlu membelikan sebuah obat penguat dan yang aku tahu hargaya cukup mahal di tabib Harlet,” saran tabib Surya.

“Tapi Ibu bagaimana?” tanya Eric yang dilema akan bekerja mencari uang atau menunggui ibunya.

Tenaglah ibu kamu bersama saya dan isteri saya, ada beberapa pasien juga di sini kamu tidak perlu khawatir. Kalau kamu hanya menunggui saja yang ada kamu tidak bekerja dan tidak bisa menebus obat yang harus kita beli lewat tabib Harlet.

Eric segera bergegas ke hutan dengan tetap semangat kali ini Eric lebih banyak mencari ranting dan buah-buahan, semua Eric lakukan demi memperoleh uang untuk menebus obat yang konon bisa menyembuhkan ibundanya.

Eric memanggul ranting dan buah-buahan yang akan di jual di pasar, ketika perjalanan dari hutan ke pasar dia melihat pohon bunga matahari yang hampir mati kekeringan. Eric segera mengambilkan air di sungai dan menyiramnya, bunga matahari yang hampir mati tiba-tiba kembali bersinar.

Eric tersenyum sesaat lalu Eric melanjutkan perjalanan takut senja hadir dan pasar akan tutup.

Lagi-lagi di tengah jalan bertemu dengan sepasang kelinci yang kebingungan karena anak-anaknya kelaparan semnetara tidak ada wortel atau sayuran apapun.

Eric mentap iba lalu mengeluarkan beberapa buah yang di peroleh dari hutan dan alangkah lahapnya anak-anak kelinci memakannya, untuk induk kelinci dan pasangannya Eric juga membagikan buahnya.

Eric merasa cukup membantu segera menuju pasar, dan bersyukur menjual ranting-ranting dan buah-buahan segera dari hutan dengan cepat.

Eric bersyukur dalam hati membawa uang yang cukup banyak dan bisa untuk menebus obat di tabib Harlet.

Perjalan ke pasar menuju rumah tabib Surya, Eric bertemu induk kucing yang tengah mengeong-ngeong kelaparan.

“Oh kasian sekali anakmu kelaparan ya, tunggu sebentar ya aku belikan daging dan susu …” Eric lari ke warung terdekat membelikan sarden dan susu cair.

Lalu segera memberikan pada keluarga kucing yang kelaparan. Betapa senangnya keluarg kucing dan menyantap sarden dan meminum susu segarnya.

Eric bergegas karena mulai jelang petang, terengah-engah Eric mengekok ibunya yang masih tertidur dan diam tidak bergerak.

“Eric cepatlah ke tabib Harlet dan belilah obat penguatnya,” kata tabib Surya.

Eric berlari-lari ke rumah tabib Harlet dan setelah membayar dia segera kembali ke rumah tabib Surya.

Segera obat yang dibelinya diberikan pada ibunya, dengan susah payah ibu Maria menelan obat yang dibeli oleh Eric dari tabib yang terkenal di desanya.

Apa yang terjadi ibu Maria langsung tertidur sangat pulas seperti meninggal, Eric panik demikian juga tabib Surya pun juga panik.

“Tabib Surya bagaimana dengan Ibu saya? Kenapa Ibu seperti meninggal?” Eric bertanya dengan sedih.

“Sabarlah Eric, Ibu Maria tengah mati suri atau koma sepertinya obat dari tabib Harlet bekerjanya seperti itu. Sabar ya kita doakan Ibu kamu bangun besok tapi bila tidak terbangun berarti kita harus mengikhlaskan di panggil yang Maha Kuasa,” terang tabib Surya.

Eric sepanjang malam tak berhenti berdoa dan tidak beranjak dari samping ibu yang amat dikasihi.

***

Pagi hari Eric terbagun terlebih dahulu dan tabib Surya juga ada di sampingnya, menanti dengan debar seharusnya obat bekerja sebelum matahari terbit bangun dari tidurnya.

Tiba-tiba …”Eric … Eri … c …” meskipun masih lemah tapi terdengar jelas ibu Maria terbangun.

“Ibu, ini Eric terimakasih Tuhan … Ibu saya bisa bicara …” panjat Eric penuh syukur.

“Bagus obat dari tabib Harlet menyembuhkan ibu kamu Nak …” kata tabib Surya ikut bersyukur.

Dan beberapa hari ibu Maria berangsur-angsur sehat, ternyata ada sebuah rahasia yang ingin ibu Maria ceritakan saat dirinya tertidur semalaman dalam mati surinya.

“Eric yang menolong Ibu bukan sekedar obat pemberian tabib Harlet tapi karena ibu melihat ada bunga Matahari, keluarga kelinci dan keluarga kucing yang ikut mendoakan kesembuhan Ibu. Doa-doa mereka itulah yang dikabulkan oleh Tuhan selain doa dari kamu anak yang berbakti …” terang ibu Maria antara bingung tapi itulah yang dia mimpikan selama mati suri.

Hanya Eric yang faham siapa itu bungam matahari, keluarga kelinci dan keluarga kucing yang sempat dia tolong saat perjalanan pulang dari hutan.

Ibu Maria terus sehat hingga Eric dewasa dan akhirnya berkeluarga dan menjadi pemilik perkebunan yang kaya raya. Mereka hidup berbahagia.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar