Donat Rahasia

Bisma berhenti mengayuh sepeda sebelum memasuki gerbang rumah. Ia melongok ke halaman rumah mengintip keadaan. Ketika ia merasa aman, bocah berambut keriting itu kembali mengayuh sepeda dengan pelan. Sebisa mungkin tidak berisik seperti  pada hari lain.

Setelah parkir di halaman, ia perlahan masuk lewat ruang tamu. Bungkusan plastik berisi sekotak donat cokelat kini tersembunyi di balik kaos birunya. Oho, ternyata Bisma menyembunyikan donat yang didapat dari tante Rara.

“Aku tidak mau berbagi dengan adik, ini kesukaanku,” batin Bisma.

Kalau dilihat Kevin, donatnya pasti akan diminta. Adiknya itu penggila donat. Sama persis dengan Bisma. Tapi kali ini Bisma tidak mau berbagi, bukankah akan lebih asyik memakannya sendiri? Lebih banyak jadi lebih puas. Sejak Tante Rara membuka kotak donat tadi, Bisma sudah membayangkan kelezatan setiap gigitannya. Rotinya yang empuk akan berpadu dengan manis dari toping cokelat ceres. Uuh pokoknya lezat.

Sekarang, Bisma berencana menyembunyikan donat-donatnya di kamar. Setelah itu ia akan bermain sebentar, lalu kembali ke kamar untuk menikmati donat sambil membaca komik favoritnya. Laci meja belajar adalah tempat yang dirasa tepat oleh Bisma. Sekarang kotak donatnya aman di sana.

Bisma bergegas keluar rumah, ia harus segera ke rumah Jaka. Mereka berdua berjanji untuk main bola bersama teman lainnya.

“Setelah main nanti, baru aku akan diam di kamar menghabiskan donat itu,” bisik Bisma.

Namun ternyata, permainan bola Bisma dan teman-temannya sangat seru. Ia lupa waktu, ia baru pulang bermain di sore hari menjelang waktu maghrib . Bisma bahkan lupa sepenuhnya mengenai donat cokelat yang ia sembunyikan.

Setelah mandi dan ganti baju, mama memanggil Bisma untuk makan malam bersama. Masakan Ibu selalu enak, Bisma sampai tambah nasi dua piring. Apalagi hari ini ada sop ayam kesukaannya. Ditambah kriuk kerupuk udang, uhuy! Perut yang kenyang benar-benar membuat Bisma lupa pada donat rahasianya.

Setelah makan malam, Ayah mengajak Bisma dan Kevin bermain tebak gambar. Itu selalu menjadi permainan kesukaan mereka. Ayah akan mengeluarkan kartu bergambar hewan, buah, bendera hingga tokoh-tokoh dunia. Lalu Bisma dan Kevin akan menebak nama hewan, buah, tokoh serta asal negara dari bendera pada gambar itu. Jika menjawab paling banyak akan mendapat hadiah. Hadiahnya beragam, kadang pelukan dari ayah dan Ibu yang akan membuat Kevin iri lalu cemberut. Kadang ayah juga memberi tambahan uang jajan, atau berjanji mengajak liburan akhir pekan ke tempat yang Bisma dan Kevin inginkan.

Bisma waspada, jika yang dikeluarkan ayah adalah gambar bendera bisa jadi Kevin akan lebih dulu menjawab. Adiknya itu sangat suka dengan gambar-gambar bendera di dunia. Mereka bermain dengan seru, sesekali terdengar sorakan dari Bisma atau Kevin ketika berhasil menjawab.

“Nah ini yang terakhir, ayo jangan seri lagi,” kata Ayah sambil bersiap melemparkan kartu terakhir.

Kevin dan Bisma bersiap dan terlihat fokus.

“Indonesia!” teriak Bisma

“Polandia!” seru Kevin

Keduanya menjawab bersamaan namun dengan jawaban yang berbeda. Ayah terkekeh, melihat Bisma.

“Ayo coba teliti lagi kak, itu Indonesia atau Polandia?” tanya ayah.

Bisma melihat kembali kartu terakhir bergambar bendera merah putih itu. Tadi memang dia melihat warna merah dan putih jadi langsung menjawab Indonesia. Tapi setelah diperhatikan, warna merah dan putihnya terbalik. Putih di atas dan merah di bawah.

“Ya… ini bukan Indonesia, ini Polandia,” kata Bisma kecewa. Ia kalah. Kevin pemenang permainan kartu malam ini. Adiknya itu sudah senyum-senyum sejak tadi.

“Mau hadiah apa?” tanya Ayah pada Kevin.

“Sini deh, pinjam telinga ayah,” jawab Kevin sambil berbisik. Mendengar itu ayah hanya mengangguk-anggukan kepala.

“Oke, besok ayah beli sepulang dari kantor ya,” jawab Ayah.

Bisma nampak penasaran, tapi Kevin dan ayah kompak menjawab RAHASIA ketika ia bertanya. Akhirnya ia hanya bisa menahan rasa penasarannya hingga esok.

Malam semakin larut, Bisma dan Kevin nampak menguap beberapa kali. Akhirnya Ayah dan Ibu mengajak mereka istirahat agar besok tidak bangun kesiangan. Malam itu Bisma larut dalam mimpi. Ia lupa pada sekotak donat yang tersembunyi di dalam laci. Tanpa sepengetahuannya di malam hari, aroma manis dari donat itu telah mengundanga kawanan semut untuk berpesta.

***

Plak!

Bisma memukul kepalanya sendiri di kelas. Hal itu membuat Jaka heran.

“Bisma kamu kenapa?” tanya Jaka

“O nggak ada! nggak apa-apa. Ada lalat,” jawab Bisma asal. Ia baru ingat tentang donatnya saat sudah di sekolah. Bisa-bisanya ia lupa padahal sudah berhasil menyembunyikannya dari sang adik. Kini Bisma tidak sabar untuk segera sampai rumah. Kali ini ia akan langsung makan donat di kamar setelah mengunci pintu. Akan ia habiskan dulu baru makan siang. Pokoknya jangan sampai lupa lagi, tekadnya.

Seharian di sekolah ia tak tenang. Belajarpun tidak fokus, Bu Nila gurunya sampai heran karena tumben Bisma tidak teliti mengerjakan soal matematika. Hari ini ia salah tiga soal dari lima soal yang diberikan. Bisma hanya nyengir saat Bu Nila menasehatinya untuk lebih teliti menjawab.

“Uh, ini gara-gara lupa donat!” rutuk Bisma.

Ketika bel berbunyi, ia langsung bergegas pulang meninggalkan Jaka yang terheran-heran karena biasanya mereka akan pulang bersama dengan bersepeda santai.

Karena terburu-buru, Bisma bahkan sempat terjatuh dari sepeda dan lecet di bagian lutut. Dengan kesal ia terus mengayuh sepedanya. Sesampai di rumah ia berjalan cepat menuju kamar. Mengunci pintu dan melempar tas sembarangan. Namun saat membuka laci ia terkejut dan kecewa.

Kotak donatnya sudah dikerubungi semut. Semut-semut itu berpesta di atas donatnya. Ramai sekali sampai tidak ada pilihan lain selain membuang semuanya. Bisma hampir menangis karena kecewa. Bayangan tentang donat lezat hilang dari kepalanya. Seharian Bisma hanya diam di kamar dengan sedih.

***

Ketukan di pintu kamar membuat Bisma harus beranjak dari kasur. Saat membuka pintu, wajah adiknya Kevin nampak tertawa lebar.

“Ayo kak, Ayah udah pulang tuh bawa pesanan Kevin”

“Memangnya apa? kan rahasia,” jawab Bisma

“Rahasianya kan tadi malam, sekarang udah nggak rahasia lagi. Ayo kak! ajak Kevin lagi.

Dengan malas Bisma akhirnya berjalan mengekori Kevin. Betapa terkejutnya Bisma melihat sekotak besar donat yang dibawa ayah.

“Taraaaa! Ini dia rahasianya!” kata Ayah dan Kevin sambil terkekeh.

“Kita makan bareng yuk kak, kan kak Bisma juga suka donat. Ayah beli banyak nih katanya spesial,” jelas Kevin sambil mencomot satu coklat dengan toping keju.

Bisma terdiam sejenak, termangu melihat Kevin. Dalam hati ia merasa malu karena kemarin sempat pelit tidak mau berbagi donat dengan sang adik. Kini adiknya malah berbagi donat yang banyak dengannya. Kevin bahkan meminta donat sebagai hadiahnya untuk dibagi bersama Bisma.

Dipikir-pikir, gara-gara bersikap pelit Bisma jadi banyak sialnya. Pertama, donatnya malah tidak bisa dimakan karena semut lebih dulu mengerubunginya, kedua dia jadi tidak fokus belajar, ketiga saat pulang malah terjatuh karena mengebut. Mhm, ternyata pelit itu tidak enak. Ia malah rugi banyak. Seandainya kemarin membagi donat dari tante Rara, pasti Bisma dan Kevin bisa makan bersama seperti sekarang. Donatnya tidak mubazir dan pulang sekolah Bisma tidak perlu terjatuh karena ngebut.

“Enak ya kak?” tanya Kevin dengan mulut penuh donat.

Bisma mengangguk. Benar kata Kevin, donat ini enak, dan bagi Bisma donat ini lebih lezat karena dimakan bersama tanpa main rahasia. Dalam hati ia berjanji, tidak akan pelit lagi berbagi makanan.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar