“Di Oase pasti ada hewan yang bisa kutangkap,” ucap kucing karkal pada dirinya sendiri suatu hari.
Ia melewati bebatuan perlahan. Oase tidak jauh dari tempatnya berada sekarang. Walaupun sudah lima hari tidak makan, kucing karkal tidak merasa lapar. Ia memang telah terbiasa dengan sulitnya mendapatkan makanan di gurun.
Hewan yang hidup di gurun memang harus kuat bertahan hidup. Tumbuhan yang hidup di gurun pun hanya berupa rumput-rumputan dan pohon kaktus saja. Jadi, para hewan harus berjuang keras untuk mendapatkan makanan yang jumlahnya terbatas. Bahkan air pun hanya bisa mereka dapatkan di oase. Minum di oase pun harus hati-hati. Banyak binatang pemangsa yang mengintai. Kalau tidak hati-hati bisa jadi sasaran mangsa mereka.
“Nah, itu dia oase-nya!” karkal berseru gembira dalam hati.
Perlahan karkal mencari posisi yang tepat untuk mengintai mangsanya. Ia berharap bisa menangkap tikus atau burung untuk dimakan. Doanya terkabul! Ada seekor tikus gurun yang minum di oase. Karkal mengendap-endap di sela rerumputan. Ia menunggu si tikus lengah. Ketika karkal hendak menerkam si tikus, tiba-tiba burung vulture menjatuhkan sebuah tulang.
“Aduuh!”
Karkal menjerit kesakitan begitu tulang itu mengenai kaki belakangnya. Jeritan kucing karkal membuat tikus gurun terkejut. Hewan itu ketakutan begitu disadarinya ada kucing gurun. Tikus gurun langsung melompat melarikan diri.
Rupanya jeritan karkal terdengar oleh burung puyuh yang tengah beristirahat dekat oase. Burung puyuh bergegas mencari tahu sumber suara tersebut. Tak lama kemudian ia mendapati karkal dengan kaki belakang yang terluka.
“Tuan, bagaimana kakimu bisa terluka seperti itu?” tanyanya penuh simpati.
Kucing karkal menjawab dengan suara parau. “Sebuah tulang jatuh mengenai kaki belakangku ketika sedang berburu tadi.”
Burung puyuh merasa kasihan padanya. Apalagi ketika dilihatnya kucing karkal berjalan hanya dengan tiga kaki saja. Sebenarnya, kucing karkal itu musuh bebuyutannya. Tapi burung puyuh tetap berniat menolongnya.
“Izinkan aku membantumu tuan kucing,” ucapnya kemudian.
Kucing karkal sangat terkejut mendengarnya. “Kau bercanda, yah, burung puyuh?” tanyanya kesal. “Bisa saja kau kutangkap ketika sedang mengobatiku.”
“Aku tahu itu,” sela burung puyuh,”Begini saja tuan, lupakan jika kita bermusuhan selama aku mengobatimu. Setelah sembuh, kau boleh mengejarku lagi. Bagaimana setuju tidak?”
Kucing karkal terkesan dengan keberanian burung puyuh. “Baiklah, aku setuju. Lagipula aku tak sanggup mengejarmu dengan keadaan kaki seperti ini.”
Burung puyuh lalu mengobati kaki kucing karkal hingga sembuh. Tak lama kemudian kucing karkal dapat berlari dan melompat seperti biasanya.
“Kakiku sudah sembuh!” Terima kasih burung puyuh!” serunya gembira.
Burung puyuh ikut gembira melihat kucing karkal telah sembuh. Kucing karkal tiba-tiba melompat ke hadapan burung puyuh.
“Hei, burung yang tak bisa terbang!” Bisa saja sekarang aku menangkapmu,” serunya. “Tapi aku sendiri takkan sanggup melakukan kebaikan seperti yang kau lakukan padaku. Aku berjanji akan selalu mengingat kebaikanmu.”
Kucing karkal berlari meninggalkan burung puyuh. Burung puyuh yang sempat ketakutan akhirnya tertawa gembira. Ia senang dapat membantu kucing karkal.
Pesan moral:
- Balaslah kejahatan dengan kebaikan.
- Tolonglah orang yang kesusahan meskipun ia sering berbuat jahat pada kita.