Oleh: Lina Nurdiana
“Hihihi. Hari ini aku ulang tahun, lho.” Ucap Hunta dengan malu-malu.
“Emang kenapa?” Jawab Huntu tak acuh.
“Hari ini hari istimewaku. Hari dimana orang-orang memberi selamat dan hadiah untukku. Masa kamu tidak paham, sih?” Hunta kesal.
“Begitukah? Yuk ikut aku. Akan ku tunjukkan sesuatu.”
Kedua hantu lucu itu terbang menyusuri langit siang.
“Apa yang kau lihat, Hunta?” Tanya Huntu.
“Pesta ulang tahun yang sangat meriah. Semua orang berbahagia.” Jawab Hunta semangat.
“Tidak sepenuhnya benar. Lihatlah anak kecil yang sedang mengintip di gerbang itu.”
Hunta memandangi anak kecil berpakaian kumal itu. Hunta yakin, ulang tahun anak itu pasti tidak pernah dirayakan semeriah itu.
“Ayo!” Huntu mengajak Hunta melanjutkan perjalanan.
“Lihatlah Hunta. Sungguh kasihan anak yang sedang ulang tahun itu. Teman-temannya melempari tepung dan telur. Katanya sih sebuah kejutan.”
Hunta memerhatikan apa yang ditunjuk Huntu. Hunta turut kasihan pada anak itu.
Hunta dan Huntu melanjutkan perjalanan.
Mereka tiba di sebuah panti asuhan. Di sana, ada seorang anak yang merayakan ulang tahun dengan sederhana. Teman-teman panti asuhannya berpelukan dengan penuh haru.
Hunta dan Huntu tersenyum haru.
“Hunta, ulang tahun tidak melulu soal kebahagiaan, namun tentang berbagi dan bersyukur.”
Hunta tersenyum. Iya berterima kasih pada Huntu karena telah mengingatkannya.
“Tidak afdal rasanya kalau ulang tahun tanpa makan kue. Bagaimana kalau kita minta kue pada anak yang berpesta tadi?” Hunta tersenyum penuh jahil.
Kedua sahabat hantu itu terbang menuju pesta ulang tahun anak pertama yang mereka temui. Dengan tawa hihihihi, mereka siap untuk memberi kejutan di pesta ulang tahun yang super meriah itu.