Ensiklopedia Anak Cerdas – Tonggak Sejarah Dunia (part 15)

Eropa, Sentral Peradaban Abad Pertengahan

“Dari kemarin-kemarin, kok kita di Eropa terus?” aku sudah mulai bosan.

Professor Will melotot, “Jangan bosan. Kita belum selesai menjelajah abad pertengahan. Eropa memang sentral peradaban pada abad pertengahan. Seru banget loh ceritanya, tapi kalau sudah bosan, ya sudah kita pulang!”

“Aaaa… jangan… jangan… ayo, kita lanjutkan!”

Pada abad pertengahan, bangsa-bangsa bermunculan di Eropa. Juga para tokoh besar yang menorehkan namanya dalam sejarah perkembangan dunia.

Misalnya Charlemagne, ia adalah bapak pendiri Eropa. Julukannya adalah Karolus Magnus atau Charles Agung. Pada tahun 800 M, Charlemagne diangkat oleh Paus Leo III sebagai Imperator Augustus. Dengan begitu, ia adalah kaisar pertama sejak Romawi runtuh.  Kekaisaran Romawi Suci pun berdiri.

Charlemagne kemudian menaklukkan Eropa Barat dan mendirikan Jerman dan Perancis. Di bawah pimpinannya, bangsa-bangsa di Eropa dipersatukan. Perang berhenti, kehidupan bermasyarakat pun menjadi tenang. Mulailah bermunculan kegiatan sosial, pendidikan dan kebudayaan. Maka saat pemerintahan Charlemagne disebut Renaisans Karoling, yakni bangkitnya bidang seni dan pengetahuan.

Universitas di Eropa

“Eh, kok banyak orang sedang belajar di biara?” aku mengintip ke dalam sebuah bangunan biara. Tampak seorang biarawan mengajar.

“Oh, pada masa abad pertengahan ini, biara memang jadi pusat ilmu. Tidak hanya ilmu agama, tapi juga kajian pengetahuan lainnya,” Professor Will kemudian membawaku ke masa sesudah ini.

Kami mengunjungi banyak universitas.

“Wow, besaaaar dan muridnya banyak!” kataku kagum.

“Nah, universitas ini dulunya adalah biara yang kita kunjungi sebelum ini.”

Biara dan katedral di Eropa kemudian berkembang menjadi universitas-universitas. Bertebaran di seluruh Eropa. Lahirlah cendekiawan-cendekiawan Eropa. Yakni di bidang Artimatika, Astronomi, Geometri, Tata bahasa, logika, retorika dan musik.  Dari semua ilmu pengetahuan tersebut, semua cendekiawan harus mengusai tiga bidang yang disebut trivium yakni tata bahasa, logika dan retorika.

“Wah, banyak orang Cerdas dong?” kataku kagum.

Professor Will mengangguk, “Ya, bermunculan para ilmuwan dan pemikir namun mereka tak bisa terlalu leluasa mengungkapkan teori-teori karena ada belenggu pemikiran dari gereja.”

Namun, seiring waktu para cendekiawan ini semakin berani. Mereka suka mempertanyakan dan menguji berbagai hal secara kritis dan rasional lalu memperdebatkannya. Metode kritis seperti ini membuat periode ini disebut Skolastisisme.

Bersambung…

  • Ilustrasi by BING . Silakan kontak admin,  jika ada ilustrator yang ingin menyumbang gambar pengganti. 
  • Dilarang copas atau mengutip isi artikel ini. Hargailah kerja keras kreator menyajikan bacaan gratis untuk pembaca. Jangan dinodai oleh plagiator.
Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar