Judul buku : Mr. Gum and The Goblins
Penulis: Andy Stanton
Ilustrator: David Tazzyman
Penerjemah: F. Purnawijayanti
Penerbit : Kanisius
Edisi Bahasa Indonesia terbit di tahun 2008
Tebal buku: 203 halaman
Jenis : Novel Anak Bergambar
Mr. Gum and The Goblins adalah salah satu dari buku Mr. Gum series. Buku novel bergambar yang menyajikan candaan ala anak-anak Eropa. Pastinya menyenangkan bila membaca langsung versi englishnya karena versi Bahasa Indonesia, berhasil membuatku ngakak-ngikik.
Buku ini adalah salah satu buku yang paling kacau dan paling konyol yang pernah kubaca. Karakter tokoh cerita, latar tempat, dan penyampaiannya yang luar biasa konyol dan twist. Wajar bila buku ini masuk dalam berbagai nominasi penghargaan di Eropa, tentunya ada award yang berhasil diraihnya. From the Red House Children’s Book Award Overall Winner 2007.
Tokoh utamanya Mr. Gum, bukanlah sosok heroik. Sebaliknya Mr. Gum adalah seorang lelaki bertubuh bau–pastinya jarang mandi, kotor, acak-acakan, malas, selalu berniat dan berbuat jahat, serta Sombong pun. đ
Mr. Gum memiliki asisten setia bernama Billy William.
Di seri Mr. Gum and The Goblins, Mr. Gum dan Billy menipu penduduk Lamonic Bibber dengan menjadi Raja Goblin (Mr. Gum) dan asisten Raja Goblin, Burger Wizard, si tukang dapur yang mampu menjadikan masakan-masakannya sebagai senjata dan peluru (Billy William). Tentu saja mereka punya pasukan Goblins dengan aneka bentuk, karakter sifat, dan keahlian. Kalian yang pecinta novel fantasi, pasti tidak mengira ada Goblin-Goblin dengan bentuk dan karakter seperti di buku ini. Parah, konyol abis!
Di musim dingin yang mematikan dan kondisi kota Lamonic Bibber yang luar biasa kacau, dikejutkan oleh kehadiran Mrs. Lovely yang menyerupai mumi, memar-memar di sekujur tubuhnya, dan ingatannya yang melayang-layang.
Sang kekasih Mrs. Lovely, Mr. Friday marah besar dan bertekad balas dendam. Usut-usut, kondisi Mrs. Lovely dikarenakan sesuatu yang menyeramkan, menyerang dia di gunung Goblin. Friday memutuskan untuk melakukan serangan balik ke gunung Goblin. Pastinya tidak seorang diri. Dia mengajak rekannya, Polly.
Kehadiran Friday dan Polly diketahui oleh Raja Goblin. Burger Wizard telah menyediakan “3 tantangan mustahil” untuk mengagalkan rencana Friday.
Sebelum menghadapi 3 tantangan tersebut, Friday dan Polly dikejutkan oleh kehadiran Roh Pelangi dari langit, yeah… semacam peri. Roh Pelangi memberikan terompet Q’zaal Q’zaal untuk Friday dan Permen Rasa Buah dari Babilon untuk Polly.
Harapannya, alat-alat itu membantu Friday dan Polly dalam menghadapi Raja Goblin. Konyolnya, sang Roh Pelangi harus terburu-buru balik ke rumahnya karena harus menyelesaikan PR Matematikanya–tepatnya memperbaiki ulangan Matematika. Ya Tuhan, bahkan di dunia roh pun, tugas Matematika menjadi sesuatu yang penting untuk diselesaikan dengan benar. Bukankah di dunia nyata, anak-anak juga begitu?
3 tantangan yang disediakan Burger Wizard, sangat jenius, menurutku sih–maksudku sang penulis si Andy Stanton berhasil membuat alur cerita yang menyajikan 3 masalah terbesar di jiwa anak-anak, berupa 3 tantangan mustahil yang kekanak-kanakan ala Burger Wizard.
Tantangan pertama: digambarkan sosok yang sangat besar dan menakutkan, padahal solusinya si sosok itu butuh dikenal saja. Sepertinya ia kesepian dan butuh teman.
Tantangan kedua, digambarkan sosok yang sungguh menakutkan, pasti menakutkan bila terjadi atau dekat, tapi nyatanya itu jauh–belum terjadi. Lewati saja, lakukan yang semestinya, dan jangan berprasangka buruk. Prasangka buruk hanya memperbesar rasa takut dalam diri anak-anak.
Tantangan ketiga, digambarkan sosok yang menjijikkan, padahal solusinya hanya “mulai saja”, melangkah maju walau itu “satu langkah”.
Aku tidak akan membeberkan seperti apa “3 tantangan mustahil” dari Burger Wizard agar kalian tertawa dan mengangguk… “ooo iya, ya.”
Tentu saja, Friday dan Polly berhasil melewati tiga tantangan itu tanpa memakai terompet dan permen pemberian Roh Pelangi.
Dan saatnya menghadapi Raja Goblin dan asistennya, Burger Wizard.
Saat duel, terbongkar sosok asli sang raja dan asistennya. Friday dan Polly menjadi tahu, mereka adalah Mr. Gum dan Billy William. Dengan bantuan pasukan Goblins, Friday dan Polly terpojok, merasa kalah dalam pertarungan. Ditiupnya terompet, berharap datangnya keajaiban–pertolongan yang tiba-tiba ada, hadir dalam cerita. Ternyata, nihil!
Aku terpingkal-pingkal di bagian ini. Ya Tuhan, konyol sekali. Bukankah banyak cerita menyajikan adegan sim salabim dan tara…! Di buku ini, twist!
Twist berikutnya, yang membuatku sakit perut, tertawa tak henti-henti, kehadiran penerbit buku dalam cerita.
Sang penerbit yang menerbitkan buku ini! yang suka memangkas ide-ide brilian sang tokoh utama.. uhuk, uhuk.. maksudnya penulis. Tapi beneran, ini bukan alur yang mendadak berbelok, tapi bagian yang pantas dimasukkan dalam alur cerita. Dan luar biasa lucu, konyol habis!
Masih ada twist lainnya. Kubocorkan ya, sebenarnya pasukan Goblins itu adalah…
Tidak boleh! Berkurang nanti konyolnya.
Astaga, sudah banyak yang kubocorkan dalam resensi ini. Sudahlah, kalian baca saja. Jika kalian tidak tertawa, berarti buku ini tidak cocok untuk kalian.