Gelembung Sabun

 

Lulu sedang bermain air sabun. Asyik sekali. Ia meniup air sabun di sela ibu jari dan telunjuknya. Air sabun itu membulat menjadi gelembung. Sebuah gelembung sabun yang ditiupnya membesar lalu perlahan terbang ke udara. Sebentar kemudian pecah. Air memercik dari pecahan gelembung itu.

”Horeeeee…” Lulu berteriak girang. Gelembung sabun itu indah sekali. Warnanya mengkilat dan warna-warni seperti pelangi.

Sekali lagi Lulu mencelupkan jari tangannya ke dalam air sabun. Kemudian meniupkan melalui jari-jari tangannya lagi. Ia ingin membuat gelembung sabun yang besar. Jadi, ia meniupnya dengan hati-hati agar gelembung itu tidak pecah.

Gelembung yang ditiup Lulu mulai membesar. Dalam hati Lulu bersorak kegirangan. Ia tidak mengira kalau gelembung ini akan besar sekali. Lihat, besar gelembung ini bahkan mulai menyamai tinggi tubuhnya!

”Hmmm … coba aku bisa masuk ke dalam gelembung ini, ya,” pikir Lulu dengan perasaan geli.

BLEP.

Tiba-tiba Lulu melihat tubuhnya sudah berada di dalam gelembung sabun itu. Wah, ajaib! Wajah Lulu berseri. Ia berada di dalam gelembung sabun sekarang.

Gelembung sabun itu tiba-tiba mengawang.

”Aku terbang dalam gelembung!” pekik Lulu. Ia ingin melompat-lompat, tapi takut gelembung itu akan pecah. Telunjuknya mencoba menekan tepi gelembung itu dengan hati-hati. Eh, ternyata tidak pecah! Gelembung ini kuat sekali. Meskipun terbuat dari air sabun, tapi tidak rapuh.

Gelembung sabun itu terbang berputar-putar di dapur, kemudian terbang ke luar melalui pintu yang terbuka. Gelembung beserta Lulu di dalamnya mulai mengapung. Lulu bisa melihat ia berada di atas rumahnya sekarang, lalu angin meniupnya ke arah barat.

”Lisaaaaaaa …” teriak Lulu. Ia melihat Lisa sedang bermain sendirian di halaman rumahnya. Lisa celingukan. Ia merasa ada yang memanggilnya, tapi tidak terlihat ada seorang pun di dekatnya.

”Aku di atasmuuuuu!” teriak Lulu lagi.

Kali ini Lisa mendongak. Wajahnya terlihat kaget melihat Lulu terbang dalam gelembung sabun.

”Luluuuu … kamu kok bisa terbang?” teriak Lisa.

Lulu baru mau menjawabnya, tapi angin sudah meniupkan gelembung itu semakin jauh. Lulu hanya melambaikan tangannya dengan riang.

Ternyata pemandangan dari atas begitu indah. Lulu bisa melihat rumah-rumah yang berjajar rapi, pepohonan yang menghijau, serta jalanan yang berkelok-kelok seperti ular yang merayap. Lulu juga bisa melihat sekolahnya dan lapangan sepakbola yang ada di dekatnya.

”Eh, itu Didit, Arif, dan teman-teman lainnya sedang bermain bola!” jerit Lulu. Ia mulai berteriak memanggil nama teman-temannya. Tapi gelembung sabun Lulu terbang jauh sekali di angkasa. Didit dan teman-temannya tidak dapat mendengar teriakan Lulu.

Gelembung sabun itu terbang semakin tinggi. Ternyata angin yang ada di atas bertiup lebih kencang. Gelembung sabun itu melayang terbawa arus angin. Lulu mulai panik. Ia sudah terbang semakin jauh dari rumahnya. Gelembung sabun pun semakin mengangkasa dan tidak mau turun.

”Bagaimana aku bisa turun?” pikir Lulu cemas. “Kalau gelembung ini aku pecahkan, aku pasti terjatuh ke bawah sana. Dan rasanya pasti sakit sekali.”

Lulu mulai kebingungan. Ia mulai merasakan tidak nyaman berada dalam gelembung sabunnya. Ia mulai menusuk-nusuk gelembung itu dengan kuat. Ternyata gelembung itu sekenyal karet dan tidak mau pecah.

“Aku mau pulaaaaaaaang …” tangis Lulu. Ia memukul-mukul gelembung sabun itu dengan keras, berharap gelembung itu bocor dan menciut sehingga akan turun lagi ke bumi.

“Toloooooooong ….!” Akhirnya Lulu berteriak sekuatnya.

”Lulu! Kamu kenapa?”

Lulu tersentak. Ia memalingkan wajahnya, dan melihat wajah Mama.

”Mamaaaa, aku takut dibawa gelembung sabun!” tangisnya sambil memeluk Mamanya erat.

Mama terkekeh geli. ”Kamu pasti melamun. Hayo, katanya mau membantu Mama mencuci piring, kok malah main air sabun?”

Tiba-tiba Lulu tersadar. Ia melihat tangannya masih penuh dengan busa sabun. Ia pun baru ingat kalau tadi ia mengatakan ingin membantu Mama mencuci piring dan gelas yang kotor. Kok, malah main air sabun ya?

Hihihi. Lulu jadi tersipu. Aduuuuh … gara-gara keasyikan main sabun, ia sampai melupakan tugasnya. Jadinya malah melamun kemana-mana. [Dimuat di majalah Bravo, Januari 2009]

Bagikan artikel ini:

3 pemikiran pada “Gelembung Sabun”

Tinggalkan komentar