“Mengapa kalimat ini banyak banget tanda titiknya, sih?”
“Ya ‘kan itu tokohnya sedang menjerit panjang, Kak.”
“Menjerit sih menjerit, tapi kenapa sampai enam titik begini?”
Halo sahabat pengarang terutama pengarang cerita anak!
Pernah bertemu dengan editor naskah yang sewot setelah membaca naskah kamu? Salah satu yang bikin saya gemes–saya kan editor juga–adalah ketika bertemu dengan satu karya tulis yang lebai di dalam menempatkan tanda titik. Misalnya, seperti di dalam contoh di atas, ada penulis yang royal membubuhkan tanda titik berderet-deret seperti pengantre sembako!
Aturan Meletakkan Tanda Titik Panjang
Di dalam bahasa kita, dikenal istilah elipsis. Elipsis adalah tanda titik yang berderet sebanyak tiga biji (benar ya satuannya “biji”? hahaha!).
Nah, kamu boleh memakai elipsis untuk tiga kegunaan berikut ini.
1. Tanda elipsis digunakan untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan atau tidak disebutkan
Misalnya:
Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain …
Dalam UUD 945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah …
2. Tanda elipsis digunakan untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog
Misalnya:
“Jadi, Mira batal mengikuti lomba menari karena … oh, maaf karena Ibu tidak boleh menyebutkannya.”
“Dulu, saya memang mengenal orang itu. Namun, … sudahlah. Kita bahas hal lain saja.”
3. Tanda elipsis digunakan untuk menandai jeda panjang dalam tuturan yang dituliskan
Misalnya:
Mana gayanya … senyum!
Semua siap … lari!
Nah, itu tadi penggunaan tanda elipsis alias titik tiga di dalam sebuah karangan. Jangan lupa, saat kamu meletakkan elipsis di akhir kalimat, kamu wajib menambahkan tanda titik penutup yang berarti akan tampak ada empat titik di sana.
Jelas? Selamat mengarang ya. Salam dari Anang YB
Terima kasih untuk penayangan artikel ini. Selamat membaca …
Terimakasih pencerahannya
Terima kasih Mbak ?
Terima kasih artikelnya pak, saya dapat ilmu baru 🙂 .