Seorang kakek tua sangat senang memelihara binatang. Ia memiliki seekor burung nuri dan seekor kucing. Burung nuri itu berkicau sangat merdu di pagi dan siang hari sementara kucing bernama Kalbo itu hanya menghabiskan waktu dengan tidur di atas sofa majikannya.
Nuri sering mengejeknya sebagai kucing pemalas. “Hey, pemalas! Bangunlah! Tidakkah kau merasa lapar?” gertak Nuri. Kalbo hanya diam, kemudian mendengkur sangat keras.
Sesaat kemudian, kakek tua itu datang untuk memberi mereka sarapan. Nuri suka sekali makan biji-bijian, sementara Kalbo suka makan daging. Namun, ketika kakek tua itu hendak mengambil daging di lemari, ia terkejut. Dagingnya tidak ada. Hilang!
“Oh, tidak! Siapa yang telah mencuri dagingku?” ucapnya bingung.
“Kalbo, apa kau yang mencurinya?” Kalbo langsung bangun dari sofa dan mengeong seolah berkata, “T-idak. Aku tidak mencurinya.”
Nuri yang sedang menikmati jagung di dalam sangkarnya pun ikut bingung. Siapa yang telah mencuri makanan Kalbo? Pagi itu, Kalbo sangat kelaparan. Ia kembali tidur sambil menunggu majikannya pulang membawa makanan yang lain untuknya.
“Itulah akibatnya jika kau malas! Tidak ada makanan untuk seorang pemalas!”
Tiba-tiba mata Kalbo melotot. Nuri cemas. Ia takut jika Kalbo menyerangnya. Namun, Nuri tak perlu khawatir sebab sangkarnya tergantung di langit-langit rumah yang tinggi. Kalbo tak bisa menangkapnya.
“Ayo tangkap aku jika kau bisa,” ejek Nuri.
Kalbo memilih diam dan melanjutkan tidurnya untuk menghemat energi karena sebenarnya ia tahu siapa yang telah mencuri makanannya.
Malam harinya, ada seekor makhluk berlari di atap rumah. Matanya merah dan tubuhnya kecil. Giginya runcing. Kalbo terbangun. Telinganya bergerak. Lalu, ia mengendap-endap dan siap menangkap makhluk pencuri daging itu.
Makhluk itu hendak masuk dari lubang kecil ke lemari tempat majikannya menyimpan makanan. Kalbo mengendus-endus. Lalu, Kalbo dengan sigap berlari kencang dan, “Hap!” Kalbo berhasil menangkap pencuri itu.
Paginya, kekek tua itu menemukan seonggok tikus yang malang di depan rumahnya. “Oh, jadi kamu pencurinya!”
Ia kemudian memeluk Kalbo. “Terima kasih kucingku yang pintar.”
“Lihatlah Nuri. Aku bukan kucing pemalas. Aku tidur untuk menghemat energi agar aku bisa menangkap pencuri makanan yang sudah lama aku incar,” ucap Kalbo.
Akhirnya, Nuri tidak lagi mengejek Kalbo. Ia salah paham dan segera meminta maaf kepada Kalbo. Mereka mendapat hadiah makanan yang banyak dari majikannya. Mereka sangat senang dan menjadi teman baik selamanya.[]
2021
*Penulis bernama Firman Fadilah. Tinggal di Lampung.
image by brgfx on freepik