Hari ini adalah hari Kamis Pon. Hari dimana semua murid sekolah di Jogja mengenakan baju adat Jogja. Baron pun demikian. Ia mengenakan atasan surjan dengan bawahan kain jarik, serta mengenakan penutup kepala, blangkon.
“Baron, untuk hari ini saja, jangan lari-larian. Ingat kamu pakai kain,” pesan Ibu.
Baron meringis. Tidak lari-larian adalah hal yang amat sulit untuknya, tapi Baron akan berusaha.
Baron pun berangkat ke sekolah dengan berjalan lebih lambat. Ia lewat depan rumah Pakde Min. Pakde Min terlihat sedang memberi makan ayam-ayamnya.
“Permisi Pakde,” ucap Baron.
Pakde Min mengangguk, “Ya, Ron,” sahut Pakde Min. “Pulang sekolah, mampir ke sini, ya. Pakde mau memberi anak ayam untukmu.”
“Beneran Pakde? Makasih, Pakde,” kata Baron dengan wajah sumringah.
Baron berjalan lagi, bertemu Bu Darmi di jalan.
“Bu Darmi,” sapa Baron.
“Oalahhh, ini Baron, ya? Tambah ganteng kamu. Ini, Ibu punya getuk, masukkan dalam tas, buat bekal di sekolah,” kata Bu Darmi. Baron tak lupa mengucapkan terima kasih.Baron tersenyum. Berjalan lebih lambat ternyata menyenangkan juga.
Di sekolah, saat istirahat, Baron menghabiskan waktunya untuk bermain di kelas. Ia bermain ular tangga dengan teman-temannya. Baron pun berhasil menuntaskan tugasnya untuk tidak lari-larian di sekolah.
Siang harinya, Ibu menunggu Baron di depan rumah dengan cemas.
“Ke mana Baron, jam segini kenapa belum sampai rumah?” gumamnya.
Tak lama kemudian, Ibu melihat Baron berjalan membawa anak ayam. Baron melambaikan tangan pada Ibunya. Ia tak sabar berbagi cerita tentang hari itu. Baron lalu berlari, dan… Krekkkk! Kain jariknya robek!
“Ya ampun, aku lupa kalau pakai kain,” keluh Baron.
Itulah cerita Kamis Pon pertama untuk Baron. Hari yang sungguh istimewa.
-Cerpen Ini Diikutsertakan dalam Lomba Cipta Cerpen Anak PaberLand 2024-