Keinginan Bubu

Kuak…kuak…kuak

Bubu bernyanyi riang. Dia merasa senang hari ini. Matahari bersinar terang dan langit tampak biru cerah. Bubu melompat di atas daun bunga teratai. Keceriaan juga terpancar dari ikan-ikan yang berenang di kolam. Bubu dengan semangat menyapa para ikan.

Ketika sedang asyik melompat dia melihat kupu-kupu terbang.

“Wah, cantik sekali,” kata Bubu. Dia melompat mengikuti kupu-kupu yang terbang. Tidak terasa dia melompat sampai keluar kolam. Karena pandangannya terpusat pada kupu-kupu, hingga tidak tahu telah membahayakan binatang lain.

“Aduh!”

Kepik yang sedang hinggap di daun tersenggol Bubu yang sedang melompat. Kepik itu jatuh menimpa belalang yang sedang makan. Belalang terkejut dan ikut jatuh. Bubu kemudian membantu kedua binatang itu bangun.

“Maaf, saya tidak sengaja” kata Bubu dengan perasaan bersalah.

“Hai, seharusnya kamu lihat-lihat kalau melompat!” Seru kepik marah.

“Sebaiknya kamu hati-hati kalau melompat,” kata belalang sambil mengelus kaki depannya yang sakit.

“Sekali lagi saya mohon maaf,” kata Bubu.

“Sudahlah kita lupakan, siapa namamu?” Tanya belalang kepada Bubu. Mereka akhirnya saling memaafkan dan berkenalan. Nama kepik adalah Noni dan belalang sering dipanggil Lala.

Lala kemudian menanyakan kenapa sampai Bubu membuat Noni jatuh. Bubu berkata bahwa dia ingin mengejar kupu-kupu.

“Kenapa kamu mengejar kupu-kupu?” Tanya Lala.

“Aku ingin bertanya, bagaimana caranya mempunyai sayap.”

Lala dan Noni berpandangan mendengar jawaban Bubu.

“Ingin punya sayap? Kenapa?” Noni menjadi penasaran.

“Sepertinya lebih asyik terbang, daripada melompat,” kata Bubu dengan mata berbinar.

Lala dan Bubu mengangguk-angguk mendengar jawaban Bubu. Meskipun bingung, mereka tetap menghargai keinginan Bubu.

“Apakah kalian bisa membantu, mempertemukan saya dengan kupu-kupu?”  Tanya Bubu penuh harap.

“Baiklah kami akan membantu, mempertemukanmu dengan Lea,” kata Noni. Lea adalah kupu-kupu sahabat Lala dan Noni.

Mereka kemudian mengantar Bubu menemui Lea. Untungnya Lea sedang berada di sekitar mereka. Lea sedang menghisap sari bunga mawar.

“Hai, Lea,” sapa Lala dan Noni

“Hai Lala, hai Noni apa kabar,” jawab Lea ramah.

Lala dan Noni kemudian memperkenalkan Bubu. Mereka menjelaskan apa keinginan Bubu. Lea tersenyum mendengarnya.

“Jika kamu ingin dapat terbang , kamu harus bertapa,” kata Lea.

“Bertapa? Bagaimana caranya?”

Lea menyuruh Bubu bertapa menggantung di balik daun.  Bubu dengan semangat mencoba menggantung dibalik daun. Namun sayang, setiap dia mencoba dia selalu gagal. Bubu kesulitan mengambil posisi menggantung.

“Ah, ini daunnya tidak kuat. Baru aku sentuh saja sudah patah,” kata Bubu.

“Bagaimana kalau kita mencari daun yang lebih lebar dan batang yang kuat!” Ajak Lala.

Hingga sore dia mencari daun yang kuat. Namun Bubu tetap tidak bisa menggantung. Bubu merasa sedih. Lala dan Noni mencoba menghibur Bubu.

“Tidak apa-apa Bubu, besok kamu bisa mencoba lagi,” kata Noni menenangkan Bubu.

“Iya Bubu, lebih baik sekarang pulang dan istirahat. Besok kami akan menemani mencari daun yang cocok untuk bertapa,” kata Lala.

Bubu akhirnya berjalan dengan gontai pulang ke rumah. Dia berharap besok menemukan daun yang kuat untuk bertapa. Ketika berjalan di pinggir kolam, tiba-tiba dia mendengar suara.

“Tolong … tolong …!”

Bubu melihat seekor semut sedang berjuang naik ke atas daun yang terseret arus. Tanpa pikir panjang Bubu langsung melompat ke air, dia berusaha menolong semut tersebut. Bubu berenang mendekati semut.

“Merapat ke tubuhku!” perintah Bubu kepada semut. Bubu berusaha menahan daun itu tidak hanyut, untuk memudahkan semut naik ke tubuhnya.

Dengan susah payah akhirnya semut itu bisa mendekati tubuh Bubu dan merayap naik keatas tubuhnya. Begitu semut sudah aman berada di tubuhnya, Bubu melompat lagi ke darat. Bubu merasa lega karena dapat menyelamatkan semut.

“Terima kasih, perkenalkan namaku Nuka,” kata semut setelah turun dari tubuh Bubu.

“Aku Bubu, “ balas Bubu.

Mereka kemudian berjalan beriringan karena tujuan mereka hampir sama. Selama perjalanan Nuka melihat wajah Bubu yang murung.

“Ada yang bisa kubantu Bubu, sepertinya kamu sedang sedih?” Tanya Nuka dengan hati-hati. Bubu berkata kalau dia ingin bisa terbang dan mempunyai sayap indah seperti Lea si kupu-kupu.

”Apakah kamu sanggup bertapa selama 10 hari?” Tanya Nuka.

“Apa 10 hari!” Bubu terkejut, dia tidak menyangka harus bertapa selama itu. Padahal baru mencoba menggantung saja dia sudah gagal. Apakah dia mampu menggantung selama itu? Bubu menjadi bimbang dengan keinginannya,

“Memangnya kenapa kalau kamu menjadi katak?’ Tanya Nuka lagi

“Lihatlah kulitku jelek,” kata Bubu dengan sedih.

“Tapi berkat kulitmu yang jelek, kamu bisa menolongku,” kata Nuka.

Bubu yang sedang berjalan kemudian berhenti. Dia baru menyadari karena kulitnya, dia bisa bertahan lama di dalam air.

“Coba, kamu ajak Lea bermain di air,” ujar Nuka

“Memang dia mau?” Tanya Bubu dengan ragu.

Nuka tertawa mendengar pertanyaan Bubu.

“Tentu saja tidak, Lea takut air. Tubuhnya akan rapuh jika terkena air.”

Bubu tercengang mendengar penjelasan Nuka. Dia tidak menyangka kalau Lea takut air. Menurut Bubu bermain air itu mengasyikkan. Bahkan dia kadang lomba berenang dengan para ikan. Apalagi kalau hujan, saat menyenangkan untuk bermain dan bernyanyi.

Bubu  merenung dan berpikir. Kalau dia ingin menjadi kupu-kupu harus bertapa lama di balik daun. Sepertinya dia tidak sanggup, dan sepertinya itu cukup melelahkan. Yang menyedihkan lagi dia tidak bisa bermain air.

“Terima kasih Nuka, aku sudah tahu apa keputusanku,”kata Bubu melompat dengan riang pulang ke rumah.

Esoknya Bubu menemui Lala dan Noni. Dia mengatakan tidak ingin menjadi kupu-kupu. Dia lebih suka menjadi katak bisa bermain air sampai puas. Lala dan Noni senang akan keputusan Bubu.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar