“Buku ini bagus. Gania mau beli dua ya, Bunda.”
“Lho, kok dua?” Bunda heran.
Sore itu, Gania diajak bunda mampir ke toko buku setelah berbelanja di salah satu pasar modern.
“Satunya lagi untuk Kiya.”
Bunda tersenyum mengerti, “Oh, Gania mau memberi hadiah untuk Kiya?”
“Iya. Kiya juga senang membaca.”
Gania sangat suka memberi. Baginya, kebahagiaan yang dirasakan oleh siapa saja yang menerima pemberiannya adalah sukacita tersendiri. Bunda juga bilang, memberi hadiah membuat orang lain merasa istimewa dan diperhatikan. Gania ingin orang-orang di sekitarnya berpikiran demikian.
Di lain hari, Gania melihat sebuah dompet dipajang pada etalase toko. Warnanya merah muda, cantik sekali.
“Gania mau dompet itu?” tanya Ayah, ikut berdiri di samping anak perempuannya.
“Iya. Gania mau membeli dompet itu, ayah.”
“Tapi sepertinya dompet tersebut terlalu besar untuk Gania.” ayah mempertimbangkan.
“Bukan untuk Gania, tapi untuk Bu Guru Farah.”
Dahi ayah berkerut mendengar penjelasan Gania.
“Dompet bu guru hilang beberapa hari lalu. Bu guru jadi bersedih. Gania mau menghadiahkan dompet agar bu guru Farah tersenyum kembali.”
Ayah tertawa kecil penuh kebanggaan. Tanpa banyak bicara, ayah membayar dompet tersebut di kasir dan menceritakan tentang keinginan Gania pada bunda di rumah. Ayah dan bunda merasa senang, sebab Gania memiliki simpati dan empati yang besar terhadap sesama. Ia memiliki kepedulian, cinta kasih, serta tanggung jawab yang tidak setengah-setengah.
Gania tidak hanya memberi hadiah pada momen ulang tahun atau peringatan tertentu, namun secara alami anak perempuan tersebut senang berbagi, mengungkapkan bahasa cintanya dengan tindakan nyata yang membuat orang-orang di sekelilingnya merasa dihargai dan dicintai.