Oleh: Alaina Adria
“Mama, kenapa kuenya ada dua?” tanyaku heran. Setahuku, setiap orang yang ulang tahun hanya memiliki satu kue dan satu lilin terpasang di kuenya.
“Iya, kan yang ulang tahun ada dua orang,” jawab Mama dari dalam dapur.
“Tapi teman-temanku cuma ada satu kue. Kemarin Papa ulang tahun juga cuma ada satu kue. Kenapa ini ada dua?” tanyaku lagi.
“Kan mereka ulang tahunnya sendirian,” ucap Papa saat menghampiriku sambil membawa beberapa kotak makanan dari petugas pengantar pesanan.
Aku diam saja, karena masih bingung dengan jawaban dari Mama juga Papa. Hari ini adalah perayaan ulang tahunku di rumah, dan kami sedang bersiap-siap untuk menyambut teman-temanku yang akan datang. Ruang keluarga sudah ditata menjadi area berkumpul, dan meja di depan televisi terdapat dua buah kue ulang tahun dengan rupa berbeda. Satu kue penuh dengan hiasan karakter pahlawan super kesukaanku, sedangkan satunya berwarna merah muda dengan hiasan bunga palsu.
“Yang satu punya kamu, dan satunya lagi punya Mama,” kata Mama ketika tiba-tiba muncul di sisiku.
“Kita kembar, Ma?”
“Bisa dibilang begitu. Dulu Mama merayakan ulang tahun di rumah sakit saat kamu lahir. Jadi, kamu adalah kado terindah buat Mama,” jelas Mama yang diikuti dengan kecupan hangat di kepalaku.