Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara, yang juga dikenal dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, adalah seorang tokoh pendidikan dan kebudayaan terkemuka dalam sejarah Indonesia. Ia lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta, yang pada saat itu merupakan bagian dari Hindia Belanda.

Ki Hajar Dewantara tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan tradisi Jawa. Ayahnya, RM Soerjaningrat, adalah seorang bangsawan Jawa, sedangkan ibunya, RM Soeratini, berasal dari keluarga bangsawan dari Cirebon. Sejak kecil, Ki Hajar Dewantara telah menunjukkan minat yang kuat dalam bidang pendidikan.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di sekolah ELS (Europeesche Lagere School), Ki Hajar Dewantara melanjutkan pendidikannya di HIK (Hollandsch-Inlandsche Kweekschool), sebuah sekolah guru untuk pribumi. Namun, ia menghadapi diskriminasi rasial di sekolah tersebut, yang memicunya untuk mencari kesempatan pendidikan yang lebih baik di Belanda.

Pada tahun 1909, Ki Hajar Dewantara berangkat ke Belanda untuk melanjutkan studinya. Di sana, ia masuk ke HBS (Hogere Burgerschool) di Rotterdam dan kemudian melanjutkan ke Leiden University. Selama di Belanda, ia juga terlibat dalam pergerakan nasional Indonesia dan menjadi anggota Indische Vereeniging, sebuah organisasi mahasiswa yang memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia.

Setelah kembali ke Indonesia pada tahun 1913, Ki Hajar Dewantara terus berjuang untuk meningkatkan pendidikan di tanah air. Pada tahun 1914, ia mendirikan Taman Siswa, sebuah sekolah yang memberikan pendidikan inklusif bagi semua golongan, termasuk anak-anak dari keluarga miskin. Taman Siswa menjadi gerakan pendidikan nasional yang berkembang pesat dan menjadi landasan bagi pengembangan sistem pendidikan nasional Indonesia.

Selain pendidikan, Ki Hajar Dewantara juga berperan penting dalam bidang kebudayaan. Ia mendorong penggunaan bahasa Indonesia dalam pendidikan dan memperjuangkan hak-hak perempuan. Ia juga aktif dalam dunia jurnalistik, menjadi pendiri dan redaktur beberapa surat kabar, seperti “Matahari” dan “Kaoem Moeda”.

Pada tahun 1945, Ki Hajar Dewantara ikut serta dalam penyusunan Piagam Jakarta yang menjadi dasar bagi kemerdekaan Indonesia. Ia juga terpilih sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kabinet Presidensial pada tahun 1945.

Ki Hajar Dewantara meninggal dunia pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta, tetapi warisannya dalam bidang pendidikan dan kebudayaan terus berlanjut hingga saat ini. Ia diakui sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan namanya diabadikan dalam nama Universitas Negeri Yogyakarta.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar