Gambar: Regina Primalita
Hari ini, Haura girang sekali. Ibu memberi kabar, hari Kamis besok, Haura akan diajak ke Kotagede, Yogyakarta. Ayah Haura akan bertugas selama beberapa hari di sana. Ayah mengajak Haura dan ibu untuk turut serta. Rencananya, setelah selesai bertugas, mereka akan jalan-jalan di seputaran Kotagede.
Kamis Pagi, Haura sekeluarga siap bertolak dari Ngawi ke arah Kotagede. Setelah kurang lebih lima jam perjalanan, Haura dan keluarganya sampai di tempat tujuan. Ayah segera memarkir mobil di hotel yang telah di pesan.
“Haura dan ibu nunggu di hotel dulu, ya. Siang ini, Ayah harus rapat. Besok hari Minggu, baru kita bisa jalan-jalan” kata ayah setelah mereka selesai makan siang.
“Baik, Ayah” jawab Haura.
Haura melihat suasana sekeliling hotel. Hari itu, ia menghabiskan waktu dengan menonton TV di dalam kamar dan renang di kolam renang hotel.
Hari berikutnya Haura mulai merasa bosan.
“Bu, kapan kita jalan-jalannya?” tanya Haura tak sabar.
“Ayah kan, sudah bilang, hari Minggu sayang”
“Tapi Haura sangat bosan di hotel terus, Bu.”
Ibu terdiam sejenak. Lalu berkata, ” Bagaimana kalau kita pergi ke pasar Legi di Kotagede ini. Di sana banyak menjual makanan khas Kotagede lho”.
Ibu Haura memang sudah tidak asing dengan pasar Legi Kotagede. Semasa kuliah di Yogyakarta dahulu, Ibu indekos di daerah yang tak jauh dari pasar ini.
“Hore …, ” sorak Haura.
Setelah meminta izin kepada ayah lewat pesan di telepon genggam,. Ibu dan Haura segera ke Pasar Legi.
“Wah, ramai sekali pasarnya Bu,” kata Haura.
“O, ibu baru ingat. Hari ini kan, Jumat Legi. Jadi setiap pasaran Legi, pasar akan lebih ramai dari biasanya” jelas ibu.
Ibu menggandeng tangan Haura menuju ke salah satu kios yang ada di dalam pasar. Terlihat seorang nenek tua dengan dagangannya.
“Nek, kiponya Rp 20 ribu, ya,” ucap ibu kepada nenek penjual kipo itu.
Setelah mendapat kipo, ibu dan Haura kembali ke hotel.
“O, jadi makanan ini namanya kipo ya, Bu?” tanya Haura setelah membuka bungkusan yang mengeluarkan aroma agak sangit itu.
“Iya. Cobain, deh”.
Haura kemudian mengambil satu kipo dan memasukkan ke mulutnya.
” Hemm, enak banget Bu,” kata Haura sambil terus mengunyah kipo, Haura pun mengambil kipo, lagi dan terus lagi. Ternyata ia suka makanan tersebut.
“Haura, ingat sisakan buat Ayah. Ayah juga belum pernah makan kipo, lho,” kata ibu.
Haura tersenyum malu, ia menyisihkan sedikit Kipo untuk ayah.
“Kiponya lezat sekali. Besok kalau pulang ke Ngawi kita beli Kipo yang banyak untuk oleh-oleh ya, Bu” pinta Haura. Ibu pun mengangguk. Ibu merasa senang Haura menyukai kipo, salah satu makanan tradisional khas Kotagede, Yogyakarta. Karena dengan menyukai makanan tradisional, berarti secara tidak langsung kita turut melestarikan kekayaan budaya bangsa.
Catatan:
Cerita ini pernah dimuat di harian Kompas dan https://klasika.kompas.id/baca/kipo-lezat-dari-kotagede/