Udara pagi sangat sejuk. Bertiup sepoai dengan harmoni yang selaras kicauan burung gereja mercacu riang cicit cuit.
Di pinggiran petang sawah bertumpuk jerami padi hasil panen yang lembab karena berhari-hari dan semalaman teronggok diam. Sepertinya para petani kecapian setelah memanen hasil padi mereka kemudian mengeringkan dan menggiling menjadi buliran beras yang putih berkilau.
Berhari-hari berpanen para petani sungguh kelelahan hingga sisa-sisa merang atau pembungkus bulir padi setelah di giling teronggok bercampur daun-daun padi yang mengering tetapi lembab.
Di media jerami dan tumpukan merang mulai tumbuh jamur-jamur kecil yang mulai merata di seputar tumpukan merang yang lumayan membumbung tinggi.
Jamur-jamur baru mini mulai bercerita satu sama lain, “Aduh malangnya kita diciptakan Tuhan hanya jadi jamur penghuni jerami dan merang,”keluh Jemi jamur kecil yang baru saja berkembang.
Perkataan Jemi di sambut dengan jamur-jamur mini yang sudah bertumbuh dengan senada, semua mengeluh karena nasib mereka yang malang. Hanya jadi jamur merang yang tidak akan di tengok satu orang pun.
“Iya kita siap-siap saja mati terbakar sang surya yang siang ini pasti akan membakar kita dengan gilanya dan sore kita hanya akan menjadi jamur busuk yang beracun! Dengan kematian sia-sia!” ucap Mira jamur merang yang berkembang lebih gemuk dari lainnya.
Sekelompok jamur mulai merasa sedih.
“Jangan sedih…lebih baik kalian berdoa, aku yakin Allah menciptakan kita pasti akan mendatangkan manfaat bagi manusia selaku mahluk tertinggi di alam. Kalaupun tidak untuk manusia buat mahluk hidup lain,” kata serumpun tumbuhan perdu puteri malu yang tengah merekah daun dan bunga pink bermahkota embun sangat cantik.
“Iya Puteri Malu…semoga kita bisa bersikap tegar dan berdoa seperti dirimu. Tapi kenapa kau tidak mengeluh dengan dirimu maaf ya yang hanya bisa bersembunyi saat orang menyentuhmu?”
“Tadinya aku juga sangat minder dan merasa menjadi tumbuhan yang tidak berguna, tapi lihatlah saat siang hari hingga sore anak-anak kecil yang tadinya datang sedih dan muram tiba-tiba tertawa riang saat menyentuh kami yang tiba-tiba merapatkan daun. Mereka tampak takjub dengan kecepatan kita berlindung dan semakin mereka riang menyentuh kami. Jadi ini adalah kelebihan Tuhan yang diberikan agar kita menghibur anak-anak yang bermain di sawah,” ungkap Puteri Malu.
Penjelasan Puteri Malu membuat jamur-jamur yang tadinya muram dengan umur mereka yang pendek tapi tidak mendatangkan manfaat menjadi bersemangat dan ternyata mimpi mereka datang. The dream comes true!
“Eyang lihat ada pohon jamur banyak sekali, ini bisa kita maskan kan Eyang!” seru Lily gadis kecil yang tengah menemani eyang puterinya jalan pagi.
“Benar Lily ini namanya jamur merang, jamur merang sangat lezat di buat campuran sup, mie rebus dan cap cay. Ayo mumpung masih pagi dan sangat segar kita ambil sebanyak-banyaknya. Hari ini kita makan sehat dendan sup jamur merang.”
Akhir kisah yang indah jamur merang berbahagia karena mereka ternyata membawa manfaat yang besar bagi keluarga Lily. Mereka menjadi makan siang yang menyehatkan. Sebelum berpisah jamur merang berterima kasih atas nasehat Puteri Malu.