Mak Ijah

“Kamu kenapa? Hari ini cemberut terus?” tanya Lila pada Mila, saudara kembarnya. Mereka sedang berada di dalam mobil jemputan sekolah. Mila dan Lila bersekolah  di SD Negeri Gunung Sari Makassar.

“Aku kesal. Mama selalu memberi makanan pada Mak Ijah. Kemarin sore, Mama kasih Mak Ijah lapis legit. Padahal kita kan bisa bawa buat bekal sekolah,” cerita Mila.

Lila malah tertawa.  “Tidak apa lah. Kan, Mama juga memberi hanya 4 potong. Kamu sejak kemarin sudah makan banyak.”

Mila makin cemberut. Kenapa Lila malah membela Mak Ijah, gerutu Mila dalam hati. Padahal Mila hanya kasihan pada mama. Sudah capek membuat lapis legit, malah dibagi kepada orang lain.

Padahal menurut Mila, Walaupun tinggal seorang diri, Mak Ijah itu orang mampu. Tiga anaknya sudah menikah, tapi hanya kebetulan tinggal di kota lain. Rumah Mak Ijah juga bagus.

“Melamun saja kayak sapi ompong,” suara Lila membuyarkan lamunan Mila.

Akhirnya mobil jemputan sekolah berhenti di depan rumah Mila dan Lila. Kedua anak kembar kelas 5 SD itu segera melompat turun. Tidak lupa mereka mengucapkan terima kasih pada Pak Dirman, sopir mobil jemputan sekolah.

“Mamaaaaaa!” panggil Mila. “Kok Mama tidak ada, Lil? Pintu pagar juga terkunci?” tanya Mila heran. Biasanya, saat ia dan Lila datang, maka akan langsung menyongsong.

Lila mengangkat kedua bahunya. “Mama pergi kali!” duga Lila.

“Milaaaa…. Lilaaaaa…” tiba-tiba ada suara yang memanggil. Mila dan Lila bersamaan menoleh ke belakang. Tampak Mak Ijah berdiri di terasnya sambil melambai-lambaikan tangan pada Mila dan Lila. “Siniiii!”

Lila segera berlari menghampiri Mak Ijah. Kemudian dengan ragu-ragu Mila menghampiri Mak Ijah juga.

“Tadi, kayaknya Mama kalian pergi terburu-buru, dan lupa titip kunci. Kalian nunggu di sini saja, ya! Nanti Mak telpon Mama kalian. Yuk, masuk!” ajak Mak Ijah.

Lagi-Lagi Lila duluan masuk. Mak Ijah lalu mengandeng tangan Mila.

“Kalian makan siang dulu, ya! Tadi Mak dapat kiriman rendang dari anak Mak yang tinggal di Padang.”

Mila langsung bersorak. Dia memang paling suka makan rendang.

Ternyata mama pergi menjenguk Tante Linda yang mendadak sakit. Mila dan Lila pun menunggu mama sampai sore. Mereka bahkan sempat tidur siang di kamar Mak Ijah.

“Mila, Lila. Ini ada kripik singkong balado untuk kalian,” kata Mak Ijah saat Mila dan Lila pamit. Mama sudah menunggu di depan pagar rumah.

“Wah, terima kasih, Mak!” ucap Mila dan Lila hampir bersamaan.

“Sama-sama. Besok kalian main lagi, ya!”

Mila dan Lila bergegas menghampiri Mama.

“Mak Ijah baik ya, Lil!” ucap Mila.

“Iya, dong! Kalau tidak ada Mak Ijah, kita nunggu Mama di luar pagar.” jawab Lila cepat.

Mila mengangguk cepat.

“Tapi, siapa ya, yang tadi siang menggerutu terus?” goda Lila sambil melirik saudari kembarnya.

“Ah, kamu, Lil!” Mila menunduk sambil tersenyum malu. Kini Mila sadar, kalau Mak Ijah baik sekali padanya dan Lila.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar