Malam Kajeng Kliwon

 

“Terus! Terus! Terus! ”

“Wohooo!!”

Sudah ketiga kalinya jangkrik Uday memenangkan Maluan. Jangkrik Mahes, Abi, dan Arga kalah Maluan melawan jangkrik Uday. Maluan adalah permainan tradisional dengan mengadu jangkrik. Jangkrik yang tidak berdaya dianggap kalah.

Mahes memasukan jangkriknya ke dalam kotak bambu.

“Jadi traktir es kacang hijau kan?” Tanya Uday penuh rasa percaya diri. Sesuai kesepakatan, yang kalah harus patungan membelikan es kacang hijau untuk yang menang. Untuk membelinya mereka harus menunggu pedagang es keliling saat menjelang petang. Biasanya tukang es berkeliling dengan sepeda tua dan kotak gabus di belakangnya.

“Kring! Kring!” Bunyi bel tukang es kacang hijau.

“Mau beli berapa Gus?” Tanya bapak tua tersebut sambil menginjakan standar sepedanya. “Gus” merupakan kepanjangan dari Bagus, sebagai panggilan untuk anak laki-laki di Bali.

“Beli 8, saya yang bayar!” Ucap Uday.

“Loh, jadi kamu yang traktir kita, Day?” Tanya Abi terkejut.

“Sesekali yang menang traktir yang kalah, hehe…” sahut Uday.

Mahes, Abi, dan Arga masing-masing mendapat 1 batang es kacang hijau, sementara Uday memakan 5 batang es kacang hijau sambil berjalan pulang bersama.

Langit berwarna jingga, menunujukan waktu petang. Arga dan Uday mempercepat jalannya.

“Sudah petang, bahaya kalau sudah gelap!” Teriak Uday.

Bah! Malam Kajeng Kliwon,” sambung Arga.

Mahes kebingungan dengan pernyataan Uday dan Arga. “Malam Kajeng Kliwon? Memang kenapa dengan Malam Kajeng Kliwon?” Tanya Mahes dalam pikirannya.

“Malam Kajeng Kliwon itu malam para hantu bergentayangan!” Jelas Uday.

“Biasanya, saat Malam Kajeng Kliwon, Leak berkeliaran mencari mangsa dan menakut-nakuti orang-orang,” sambung Arga.

Leak itu matanya merah menyala dan terbang mengejar orang yang berkeliaran di Malam Kajeng Kliwon!” Lanjut Uday untuk menakut-nakuti kedua temannya.

Leak adalah makhluk menakutkan dari Bali yang berwujud perempuan berambut gimbal, mata merah besar, bertaring, dan berkuku panjang. Leak sangat ditakuti oleh masyarakat Bali. Namun, Mahes tidak pernah melihat Leak.

“Ah! Setauku Malam Kajeng Kliwon kita cuma menghanturkan segehan. Mana ada Leak? Cuma mitos!” Bantah Abi yang tak percaya.

Hihh! Terserah kalau gak percaya, aku pulang dulu! Takut Leak!” Jawab Uday sambil berlari.

“Aku juga! Takut!” ucap Arga menyusul Uday.

“Ih! Penakut! Mana ada Leak!” Ejek Abi. Mahes terdiam dan mengingat arti Malam Kajeng Kliwon. Menurut kepercayaan masyarakat Hindu di Bali, Kajeng Kliwon adalah malam Para Dewa dan Dewi turun untuk bermeditasi.

Di malam itu, umat Hindu di Bali menghaturkan segehan. Segehan berarti “suguhan” yang berisikan nasi kepal dengan lauk dari bawang merah, jahe, dan garam. Semua bahan-bahan tersebut diwadahin dengan daun pisang atau daun kelapa muda (busung). Wadah daun tersebut dilipat menjadi segitiga dan ditusuk dengan lidi bambu. Segehan-segahan ini diletakan di beberapa sudut rumah dan di Pura umum.

Tidak ada kisah menyeramkan yang diceritakan oleh Ajik dan Meme soal Malam Kajeng Kliwon. Ajik adalah panggilan Ayah dan Meme panggilan Ibu dalam Bahasa Bali.

Daripada pulang, Abi mengajak Mahes mencari jangkrik di sawah. Pasti di sana banyak jangkrik yang besar.

“Kan segehan sudah diurus Ajik sama Meme. Kita berburu jangkrik di sawah. Besok kita Maluan lagi,” bujuk Abi. Menjelang petang, pasti banyak jangkrik di sawah, apalagi jangkrik Mahes akan mati karena kalah tanding Maluan tadi sore.

“Ayo kita cari jangkrik di sawah!” Kata Mahes penuh semangat.

Suasana sekitar sawah masih diterangi oleh cahaya langit. Namun, lampu sawah tidak menyala karena rusak.

“Krik! Krik! Krik!” Suara jangkrik mulai terdengar. Mahes dan Abi berpencar mencari jangkrik.

“Ah! Kabur lagi!” Ucap Mahes nampak kesal. Sementara Abi sudah berhasil menangkap 1 jangkrik berukuran besar.

Langit mulai gelap. Mahes belum menangkap satupun jangkrik.

“Abi!! Kamu dimana?!” Teriak Mahes.

“Disini!” Sahut Abi.

Mahes mulai mencari sumber suara Abi.

“Abi!” Tegur Mahes.

Mimih!” Ucap Abi kaget.

“Sudah cukup menangkap jangkriknya! Sekarang kita harus pulang!” Ucap Mahes.

“Kamu masih ingat jalan yang kita lewati?” Tanya Abi mulai panik. Mereka tersadar telah jauh ke tengah sawah dengan keadaan gelap tanpa penerangan. Mereka berusaha mencari jalan keluar dari sawah. Namun, mereka semakin mendekati pepohonan. Sepertinya itu bukan jalan keluar dari sawah.

“Krasak! Krusuk! KRASAAKKK!!” Bunyi dedaunan berasal dari pepohonan.

Mimih! apa itu?!” Gemetar Abi sambil bersembunyi di belakang Mahes. Tiba-tiba muncul sepasang mata merah bercahaya di tengah kegelapan.

“LEAK!!!” Teriak Abi dan Mahes berbalik arah dan berlari. Namun, mata merah bercahaya itu terbang mengikuti mereka berdua. “Leak terbang!!!” Teriak Mahes menangis ketakutan.

“Brukk!!!” Mahes dan Abi terjatuh ke parit-parit sawah. Mahes berusaha bangun dan angin pun berhembus kencang. Di hadapan mereka ada sosok tinggi, hitam dan tampak seperti sedang menari.

“Ada Leak di depan!” Kata Abi sambil menangis.

“Tapi… tunggu dulu!” Mahes teringat tadi pagi memasukan korek api gas ke dalam kantong celananya untuk menyalakan dupa. Kemudian Mahes merogoh saku celananya dan “Ha! Korek api gas!” Mahes menyalakan korek api gas sebagai penerang dan mengarahkan ke sosok hitam itu. Oh! Ternyata di hadapan mereka bukanlah Leak, melainkan lelakut yang terkena angin sehingga bergerak seperti menari. Lelakut adalah orang-orangan sawah dalam Bahasa Bali. Lelakut berfungsi untuk menakut-nakuti burung agar tidak memakan padi.

“Oh, syukurlah bukan Leak,” ucap Abi sambil mengelus dada. Tapi ada satu hal yang belum terpecahkan. Sepasang mata merah menyala yang bisa terbang. Makhluk apa itu?

“Sepertinya itu memang Leak!“ Kata Abi gemetar. Namun, Mahes mengumpulkan keberaniannya untuk melangkah ke pepohonan tadi dan diikuti oleh Abi. Tiba-tiba sepasang cahaya merah itu menyala lagi di antara pepohonan. Sambil gemetar, Mahes mengarahkan cahaya api ke arah pepohonan dan terlihat jelas seekor burung hantu dengan mata merah menyala.

“Ternyata seekor burung hantu,” kata Abi yang disusul tawa Mahes yang geli sekaligus bersyukur karena itu bukan Leak.

Mata burung hantu bisa bercahaya berwarna merah untuk melihat dalam gelap. Fungsi mata yang bercahaya untuk membantu burung hantu berburu tikus sawah di malam hari.

Setelah sosok mata merah menyala tersebut terpecahkan Mahes dan Abi pun lega.

“Ayo kita pulang!” Ajak Mahes mengarahkan cahaya korek api gasnya ke arah jalanan sawah.

“Kita seharusnya menghaturkan segehan di rumah,” sambung Mahes. Abi menyusul Mahes yang mengarahkan jalan pulang.

“Kejadian malam ini kita ceritakan besok pada Arga dan Uday gak?” Tanya Abi yang disusul tawa Mahes yang merasa lucu akan kejadian hari ini.

Eitss, tapi bukan berarti Leak tidak ada. Malam ini mereka beruntung tidak menemuinya.

Ditulis oleh : William Torbeni

Cerpen ini Diikutsertakan dalam Lomba Cipta Cerpen Anak PaberLand 2024

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar