Memberi dan Menerima

“Den, minta sedekahnya, Den.” Seorang wanita tua mengadahkan tangannya ke Dodi dengan mimik muka memohon. Saat itu Dodi sedang bermain kelereng di halaman depan rumahnya dengan teman-temannya. Dia mengacuhkan permintaan wanita tua itu.

Ino mengeluarkan selembar uang dua ribuan dari dalam celananya. “Ini, Nek.”

“Makasih, Den,” kata si nenek. Ia masih mengadahkan tangannya. Menunggu uluran tangan anak-anak yang lain.

“Aku lagi nggak bawa uang, Nek. Maaf ya,” kata Simo.

“Aku juga,” kata Yusuf. “Kamu, Dod?”

“Ah, nggak usah. Bikin pengemis malas aja,” tukasnya. “Kan tadi udah dikasih sama Ino, Nek. Itu udah cukup.”

Dari arah jalan, ayah Dodi datang. Beliau baru pulang dari kantor. Melihat seorang wanita tua yang mengemis, ia memberikan sejumlah uang padanya.

Dodi menatap ayahnya heran. “Kok dikasih lagi sih, Yah. Tadi Ino udah ngasih uang ke nenek itu. Lagian, ngasih uang ke pengemis kan bikin orang jadi pemalas.”

Ayah Dodi mengelus lembut kepala anaknya. “Lihat nenek itu. Dia kan sudah tua. Mungkin sudah nggak bisa kerja apa-apa lagi, sehingga terpaksa mengemis. Kita tidak boleh langsung menuduh orang yang mengemis karena malas. Lagian, tidak ada salahnya kan menolong orang. Jika kita berbuat baik akan mendapat pahala. Dan, bila suatu ketika kita mendapatkan kesusahan, Insya Allah akan ada orang lain yang menolong.”

Dodi mengangguk-angguk meski tidak begitu mengerti maksud ayahnya.

* * *

Bel tanda istirahat berbunyi. Dodi baru saja memberesi peralatan tulisnya ketika Maman datang menghampirinya.

“Dod, temenin aku yuk,” pinta Maman.

“Ke mana?” tanya Dodi.

“Ke kantor Tata Usaha. Hari ini kan hari terakhir pembayaran SPP. Aku takut kalau telat nanti didenda,” terang Maman.

Astaghfirullah. Aku juga belum bayar Sumbangan Pembinaan Pendidikan, Man,” seru Dodi. Ia buru-buru mencari buku bukti pembayaran SPP-nya di dalam tas. Ketemu, tapi… “Aduh, uang buat bayar SPP-nya nggak kubawa. Gimana nih?”

“Ada apa Dod?” tanya Faisol. Temen sekelas Dodi, anak seorang pengusaha kaya di kota ini. Faisol anaknya pintar, baik, dan tidak pelit.

“Ini Sol, Dodi lupa nggak bawa uang buat bayar SPP. Padahal hari ini kan hari terakhir. Kalau telat bayar bisa didenda,” terang Maman.

“Bener gitu, Dod?”

Dodi mengangguk pasrah.

“Kalau gitu, kamu pakai uangku dulu aja. Kebetulan ayahku tadi pagi ngasih aku uang buat beli sepatu. Aku masih bisa nyari sepatu lain kali.”

“Wah, makasih banget ya, Sol. Aku janji bakal ngembaliin uang itu besok,” ucap Dodi seraya berseri-seri.

“Ah, enggak pa-pa. Sebagai manusia, kita kan mesti tolong-menolong.”

Dodi setuju dengan apa yang dikatakan Firman. Sekarang dia jadi paham apa yang dikatakan ayahnya. Sudah semestinya manusia berbuat baik dan menolong orang lain. Orang yang kita tolong belum tentu bisa membalas pertolongan kita, namun saat mengalami kesulitan, ada manusia lainnya yang menolong. Manusia saling memberi dan menerima.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar