Menyelidiki Jejak Pencuri di Gang Garuda

Judul               : Teka-Teki Pencuri di Gang Garuda

Penulis             : Adya Tuti

Ilustrator         : Redwita

Penerbit           : Indiva Media Kreasi

Cetakan           : Pertama, Oktober 2023

ISBN               : 978-623-253-111-6

Peresensi         : Linda Satibi. Penulis lepas dari Sukabumi

Anak-anak gemar melakukan petualangan. Sesuatu yang belum pernah dilakukan akan menjadi pengalaman menarik bagi mereka. Terutama bila ada unsur misteri atau hal yang harus dipecahkan. Menjadi detektif, merupakan pengalaman yang seru karena tantangannya harus bisa mengungkap sebuah teka-teki.

Seperti yang dialami Rayyan dan Tio, dua sahabat yang masing-masing berusia 10 tahun dan sama-sama penghuni Gang Garuda. Mereka tertarik memecahkan misteri hilangnya barang-barang milik warga Gang Garuda. Menurut mereka, ini sangat penting diselidiki agar warga tidak lagi kehilangan barang-barangnya. Mereka ingin mengembalikan kondisi Gang Garuda yang sejak dulu dikenal aman. Keren ya, anak-anak itu memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan.

Menariknya, barang-barang yang hilang bukan jenis barang berharga. Bu Tini, penjual gado-gado, kehilangan ulekan batu yang biasa ia gunakan untuk mengulek. Pak Darmin, penjual soto, kehilangan sendok sayur kesayangannya. Bu Syam kehilangan gunting besar yang biasa ia gunakan untuk menjahit. Juga barang-barang lainnya milik warga Gang Garuda. “Itu benda-benda sederhana, tapi sangat penting bagi pemiliknya” (halaman 13). Demikian alasan Rayyan untuk mengungkap siapa pelaku pencurian barang-barang tersebut.

Penyelidikan dilalui dengan perjuangan yang cukup melelahkan dan menegangkan. Beberapa kali perhitungan mereka meleset. Namun, Rayyan kemudian menemukan petunjuk yang mengejutkan. Apakah itu? Berhasilkah Rayyan dan Tio mendapatkan jejak si pencuri?

Adya Tuti, sang penulis novel ini, mengemas cerita dengan menarik. Tidak heran, sebagai penulis cerita anak yang banyak prestasinya, Adya mampu meracik alur cerita dengan sangat baik. Peran orang dewasa dan anak-anak saling melengkapi. Tidak ada doktrin yang ditekankan oleh orang dewasa. Interaksi tokoh utama dengan orang dewasa mengalir natural.

Dalam perjalanan penyelidikannya, kedua tokoh utama mendapatkan banyak hikmah yang tergambar dalam cerita dengan smooth. Pembaca bisa mengambil pelajaran karakter tanpa merasa diberi wejangan. Seperti saat Rayyan dan Tio ‘menginterogasi’ Om Dwiki. Ternyata Om Dwiki adalah lelaki berhati mulia dan berbakti kepada orang tuanya. Om Dwiki berjuang keras dengan bekerja sebagai OB sambil kuliah.  Lain lagi ketika Rayyan dan Tio menyelidiki Om Tirta, anak punk yang biasa ngamen di jalanan. Perjalanan hidup Om Tirta memberikan pelajaran yang sangat berharga.

Selain keseruan saat penyelidikan, ada juga bagian mengharukan lewat interaksi Rayyan dengan kakeknya. Rayyan sangat menyayangi kakeknya. Rumah Rayyan dan rumah Kakek bersebelahan. Di sisi lain, Tio sudah tidak lagi memiliki kakek, karena kakek Tio telah wafat, jauh sebelum Tio lahir. Namun, kakek Rayyan memperlakukan Tio sama baiknya dengan memperlakukan Rayyan, cucunya sendiri. Sehingga Tio merasa seperti memiliki kakek, meski itu adalah kakek temannya.

Keluarga Rayyan pun digambarkan sebagai keluarga yang solid. Hubungan orang tua Rayyan dengan saudara kandungnya sangat baik. Rayyan sangat dekat dengan Paman, Bibi, dan sepupunya.

Hubungan kekeluargaan menjadi pesan penting juga dalam cerita ini. Bagaimana seorang anak berbakti kepada orang tua, bagaimana seorang cucu memperlakukan kakeknya, bagaimana hubungan antarsaudara kandung menjadi scene yang cukup menyentuh.

Tak pelak lagi, buku ini layak direkomendasikan sebagai bacaan pilihan anak-anak. Diksinya sederhana dan mudah dipahami. Buku ini bisa menjadi teman yang menyenangkan dan menambah pengetahuan bagi anak-anak.

Selamat membaca!

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar