Misteri Hilangnya Ikan Cumi

Ila dan abang Joni membantu Ibu memasak makanan untuk berbuka. Hari ini, menu berbuka sangat beragam, ada es cendol, sayur tumis kangkung, cumi goreng, dan sambal matah.

“Masakan Ibu sudah pasti lezat” ucap Ila. Meskipun belum mencicipinya tetapi  ia yakin bahwa masakan Ibunya sudah pasti lezat.

“Aku tidak sabar memakan semuanya” seru adik Ila dengan semangat sambil menatap menu makanan dengan antusias.

“Alhamdulillah, waktunya berbuka” kata Ibu.

Mereka pun berdoa buka puasa bersama. Ila dan Joni makan dengan sangat lahap, semua menu makanan mereka makan.

“Masakan Ibu memang mantap. Ikan cuminya gurih, es cendolnya manis dan kenyal, Ila suka semuanya terima kasih Ibu”, kata Ila.

“Joni juga suka Ibu,” timpal Joni tidak mau kalah.

Ibu tersenyum melihat tingkah kedua anaknya itu.Sehabis makan mereka pun sholat magrib bersama. Setelah itu menunggu waktu isya dan tarawih. Seperti biasa mereka sholat isya dan tarawih di mushola terdekat. Sekembalinya dari sholat, Ila ingin makan lagi. Namun, di mana ikan cumi gorengnya?

“Tadi perasaan Ibu menyimpannya di atas meja ini” gumamnya, “Ibu, ikan cumi gorengnya sudah habis ya” tanya Ila.

“Tidak, Dek” jawab Ibu sambil datang mendekati Ila.

“Seingat Ibu tadi di atas meja, kenapa ini sudah tidak ada” ucap Ibu dengan heran.

Wadah piring untuk ikan cumi masih ada, tapi ikan cuminya hilang. Tidak ada jejak yang bisa ditemukan. Ibu dan Ila sangat heran. Mereka saling pandang satu sama lain.

“Bagaimana kalau tanya sama  bapak” usul Ibu. Mereka berdua pun mengangguk setuju.

Ibu dan Ila menghampiri bapak yang sedang duduk membaca buku. Ala-ala detektif yang sedang mengintrogasi, “Bapak, tadi sehabis sholat tarawih bapak ada di mana” tanya Ila.

“Bapak di sini, langsung duduk di sofa baca buku” jawab bapak dengan santai.

Ila melihat gerak gerik bapak. Ia tidak melihat ada bekas makanan di mulut bapak. “Mhmhm, baiklah terima kasih kerjasamanya, Pak,” ucap Ila ala-ala detektif. Bapak hanya tersenyum heran.

Ila lanjut mewawancarai abangnya “Abang tadi yang makan ikan cumi goreng di atas meja ya!?” tanya Ila sambil menatap tajam abangnya.

“Tidak” kata Abang meyakinkan.

Ila melihat ada bekas noda hitam di gigi abangnya.

“Coba senyum menyeringai” pinta Ila. Abang Joni mengikut saja. Ila mengamati noda di gigi abangnya dengan seksama.

“Kenapa ada noda hitam di gigi Abang?” tanya Ila lagi.

“Tadi kan kita makan coklat bareng” kata Abang, “Tuh lihat gigi adik juga ada bekas coklatnya” lanjutnya.

Ila melihat giginya di cermin “Oh iya, hehehehe” jawab Ila sambil tertawa malu.

Ibu yang sedari tadi melihat tingkah Ila hanya bisa tertawa kecil. Namun, Ibu juga heran siapa kira-kira yang memakan ikan cumi goreng. Ikan cumi goreng itu selain untuk lauk berbuka namun juga lauk untuk sahur.

“Bu, sepertinya abang dan Bapak bukan pelaku yang memakan ikan cumi goreng itu” ucap Ila.

“Sepertinya ada pelaku lain, lihat jejak kaki ini” kata Ibu sambil menunjuk telapak kaki kecil. Ila seakan-akan memegang kaca pembesar mulai mengidentifikasi jejak kaki itu.

“Aku tahu siapa pemilik jejak kaki ini” ucap Ila yakin. Ibu tersenyum kecil.

Bapak dan Abang Joni hanya bisa menghela nafas melihat tingkah Ila sedari tadi. Ila melihat secara detail, ia pun bangkit menghampiri kandang Kitty. Kitty adalah kucing peliharaan Ila. Ia merupakan jenis kucing kampung. Ila menggendong Kitty dan membawanya ke lokasi jejak kaki ditemukan.

“Kitty, apakah jejak kaki ini milikmu” tanya Ila sambil menunjuk muka Kitty, “Tidak bisa mengelak lagi, lihatlah kakimu sangat cocok dengan jejak ini,” lanjut Ila. Kitty yang sedari tadi mengantuk hanya bisa mengeong minta dikembalikan ke kandang.

Ila menetapkan Kitty sebagai pelakunya, ia memasangkan pin bertuliskan ‘Suspect’ di kandang Kitty. Ibu, Bapak, dan Abang Joni tertawa bersama melihat raut muka Kitty yang pasrah dan mengantuk. Ibu dan Ila lega karena sudah menemukan misteri dari hilangnya ikan cumi goreng.

“Karena misteri sudah terpecahkan, saatnya tidur, besok biar cuminya ibu goreng lagi.” kata Ibu

“Iya, ayo kita tidur biar nanti sayurnya tidak kesiangan” kata bapak.

“Baik Bapak” jawab Ila dan Abang Joni serentak. Sebelum tidur, Ila sempat memikirkan asyiknya menjadi seorang detektif.

“O iya, kebetulan besok ke toko buku dengan Bapak, aku akan beli buku tentang detektif” guman Ila. Ia pun tertidur.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar