Moris Si Pengacau

Miko adalah  seekor kucing berwarna oren yang gemuk. Miko adalah kucing rumahan yang sangat bersih dan terdidik sehingga wajar saja jika warga kampung turut menyayanginya. Selain itu, tingkahnya yang lucu dan menggemaskan  membuat Miko menjadi kesayangan warga kampung. Dengan begitu Miko tak pernah kelaparan. Ia selalu dimanjakan dengan makanan yang enak. 

Sore hari yang begitu tenang, Miko berjalan-jalan di pekarangan warga. Tiba-tiba terdengar suara anak ayam yang kesakitan. Miko mencari-cari arah suara itu berasal. Setelah Miko telusuri ternyata suara anak ayam itu berasal dari kebun Pak dadang. Benar saja, anak ayam itu tergeletak kesakitan dengan luka di lehernya. Tepat di hadapan anak ayam itu ada Moris, seekor Kucing hitam yang sedang memangsanya. 

” Moris! Kenapa kamu melakukan ini? ” Teriak Miko. 

“Jangan ikut campur urusanku!” Moris tak peduli dengan Miko ia tetap mendekati anak ayam yang kesakitan itu. Dengan sergap Miko menghadang Moris. 

” Aku lapar! Jangan halangi aku!” Moris Marah kepada Miko.

 ” Aku tahu kamu lapar, tapi mencuri ayam milik warga, lalu memakannya, itu perbuatan yang buruk!” 

“Apa pedulimu? Kamu hidup enak, Miko. majikanmu tak pernah membuatmu kelaparan! Warga kampung selalu memberimu makanan! Kamu menjadi anak emas di kampung ini ! Sedangkan aku? Aku selalu di usir saat berkunjung ke warung-warung. Aku di tendang! Tidak ada yang mengasihaniku! ” Keluh Moris

“Tak disukai oleh warga kampung, itu ulah mu, Moris. Kamu suka mencuri dan membuat keributan. Pantas saja warga kampung tak peduli dengan kamu.”

Nasihat yang diberikan Miko tidak membuat Moris berubah jalan pikirnya. sekarang, Moris hanya  ingin makan anak ayam itu.  Miko dan Moris pun berkelahi. suara kegaduhan mereka membuat Pak dadang keluar dari rumahnya. 

” Woy, berisik! Teriak Pak Dadang sambil melempar segayung air. 

“Ngeekkk” Miko pun terkejut karena ia terkena air itu. Ini pertama kalinya miko diperlakukan seperti penjahat. 

Saat situasi sedikit lengah dengan Sergap moris mengambil anak ayam itu menggunakan mulutnya. Lalu ia berlari secepat mungkin. Pak Dadang yang sedikit kesal, setelah melihat anak ayamnya dibawa lari oleh Kucing, menjadi marah besar. Ia tak terima jika anak ayamnya dicuri. 

Pak Dadang pun mengejar Moris  sambil berteriak ” Oh,pantas saja anak ayamku pada hilang! Ternyata kucing itu pelakunya!”.

Moris lari begitu cepat dan lincah. Ia sangat handal dalam hal ini karena kemampuan berlari  sudah terlatih  saat ia suka mencuri. 

“Gubrakkk! “

Pak dadang melempar sapu lidi yang ia bawa dari tadi ke arah moris . Namun Nihil, Moris begitu lincah. Badannya yang kurus membuat larinya menjadi semakin kencang. Keadaan semakin kacau. 

“Ciak-ciak-ciak” Suara anak ayam yang kesakitan turut  membuat suasana semakin ribut. 

“Tangkap kucing hitam itu!” Teriak Pak Dadang menunjuk Moris yang sedang memasuki kebun timun. Gawat! Timun yang baru saja tumbuh di hancurkan oleh Moris. Banyak tanaman yang patah.  Kegaduhan ini membuat orang-orang di rumah  keluar. Tanpa berpikir lama orang-orang itu berlari iku menangkap Morris si pengacau. 

“Bludak!” Istri pak Dadang melempar Moris dengan batu. Nyaris saja kena. Namun sayang Moris  begitu handal.

 ” Bluk!”

Akhirnya lemparan yang kedua tepat mengenai kaki Motis. Moris pun terhenti dan jatuh. Anak ayam dikeluarkan  dari mulutnya. Pak Dadang langsung menangkap dengan tangannya sendiri. 

Miko kucing yang nyaris tidak pernah lari begitu kewalahan. Ia hanya berlari mengikuti Pak Dadang pergi . Itu  membuat nafasnya terengah-engah. Keadaan pun menjadi tenang. Pak Dadang mengurung Moris di dalam  kandang untuk ditujukan kepada warga. Pak Dadang mengumumkan Moris, si Kucing Hitam lah yang selama ini mencuri anak ayam warga. Warga pun kesal namun bersyukur karena pelakunya tertangkap. 

Warga sedikit heran mengapa kucing bisa mencuri anak ayam.Selama ini mereka mengira anak ayam mereka hilang karena dimangsa oleh  Musang. Para  warga pun bersepakat untuk membuang  Moris ke hutan yang sangat jauh dari pemukiman.

Hari semakin gelap. Moris  ditinggal sendiri. Kini ia hanya bisa terdiam. Perutnya masih kelaparan, kakinya kesakitan. Lalu Miko berkunjung untuk melihat keadaan Moris dan membawakannya makanan. Miko tahu kalau Moris pasti sangat lapar. 

 “Miko tolong keluarkan aku, aku tidak ingin dibuang ke hutan”. Rintih Moris

 “Jujur saja, aku tidak tega melihatmu seperti ini, Moris. Tapi, Semua ini kesalahanmu, Moris. Kamu harus bertanggung jawab atasi setiap kesalahanmu.” Jawab Miko

Moris  pun merenung dan ia menyadari kesalahannya selama ini. Dengan berat hati Moris siap untuk diasingkan dari kampung ini. 

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar