Waktu menunjukkan pukul 21.00 WIB. Ini waktunya untuk Olif tidur, tetapi dia masih sibuk dengan mainannya.
“Olif, segera bereskan mainanmu dan pergilah ke kamar mandi,” ajak Ibu.
“Sebentar lagi, Ibu, Olif masih belum selesai,” jawab Olif,”Roarr!!! Gozila menyerang kota!!” sangat asyik Olif memainkan imajinasinya.
“Hmmhh,” Ibu menghela napas panjang karena Olif tidak mau menyelesaikan permainannya. Akhirnya, Ibu memberikan Olif waktu lima menit lagi. Ibu menyempatkan untuk mencuci beberapa piring kotor dan meninggalkan Olif sendiri di kamarnya. Tak berapa lama, Ibu sangat terkejut karena Olif sudah tertidur di lantai dengan mainannya.
“Ya ampun, Olif, lagi-lagi ketiduran dan belum ke kamar mandi.” ujar Ibu kesal. Ibu mencoba membangunkan Olif. Saking nyenyaknya, Olif tak bisa membuka matanya lagi. Akhirnya, ibu membawa Olif ke kasur. Sudah beberapa kali Olif tertidur dan tak sempat untuk menyikat gigi dan buang air.
Keesokan paginya, Ibu sangat terkejut karena seluruh kasur basah. Olif mengompol lagi!
“Benar, kan, yang Ibu bilang, Olif pasti mengompol lagi.” tukas Ibu.
“Oh, tidak seluruh bajuku basah dan bau, Bu,” ucap Olif sedih.
“Itulah kalau Olif tidak mendengarkan nasihat Ibu,” sambung Ayah.
Olif hanya menunduk. Olif merasa bersalah karena lagi-lagi Olif mengompol sehingga kasurnya menjadi basah dan bau.
“Maafkan Olif, Ayah, Ibu…,” kata Olif lirih.
“Ya sudah, nanti Ayah akan buatkan ramuan ajaib khas Karo untuk Olif,” ujar Ayah.
“Ramuan apa itu Ayah?” tanya Olif penasaran.
“R-A-H-A-S-I-A,” Ayah tertawa gelak.
“Ooo, nama ramuannya rahasia,” kata Olif dengan polosnya.
Ayah dan Ibu tertawa mendengar jawaban anaknya. Pagi itu, pekerjaan ibu bertambah. Ibu harus menjemur kasur dan pakaian yang terkena ompol Olif. Setelahnya, Ayah dan Ibu segera ke pasar untuk membeli bahan-bahan tradisional untuk Olif. Olif sangat penasaran dengan ramuan yang dibilang oleh ayahnya tadi pagi. Karena rasa ingin tahunya, ia menemui ayahnya yang sedang meramu ramuan ‘ajaib’ tersebut.
“Ayah, kenapa semuanya berwarna kuning?” tanya Olif yang masih penasaran dengan ramuan itu.
“Inilah yang dinamakan kuning melas, Olif,” kata ayah sembari menumbuk bahan-bahan yang ada di lumpang. Olif masih tidak mengerti. Ia mengernyitkan dahinya.
“Kuning melas itu adalah salah satu obat tradisional yang dipakai masyarakat Karo, Nak,” ujar Ibu.
“Betul! Kuning melas biasanya digunakan untuk anak-anak di malam hari agar tidur pulas dan tidak mengompol,” tambah Ayah.
“Ooo, kalau bahan-bahannya apa saja, Yah?”
“Jahe, merica, kencur, bawang merah, dan bawang putih semua dicampur dengan tepung beras,”
“Jadi, semua itu harus Olif makan? Hiiii!!!!,” tanya Olif lagi, kali ini ia seperti menghindar dari Ayahnya.
“Apakah Olif mau mengompol lagi?” tanya Ibu.
“Tidak Ibu,” jawab Olif.
Setelah ramuan yang dibuat ayahnya selesai, Olif bersembunyi di kamar. Ia merasa takut untuk mencicipi ramuan tersebut. Ia mengunci pintu agar orang tuanya tidak bisa masuk. Ayah dan Ibu membujuk agar Olif mau mencobanya.
“Olif tidak mau, Bu, rasanya pasti tidak enak!” teriak Olif dari dalam kamarnya.
“Ya sudah, tidak apa-apa Olif, kamu tidak dipaksa meminumnya, Nak-ku,” ujar Ibu.
“Bukalah pintunya, Olif,” bujuk Ayah dengan lembut.
Akhirnya, Olif membuka kunci pintu dan membiarkan ayah dan ibunya masuk. Ibu mengelus kepala Olif agar tak takut untuk mencicipi ramuan yang dibuat ayahnya.
“Olif, kamu harus janji sama Ibu, Nak, agar sebelum tidur selalu buang air,” kata Ibu.
“Iya, Bu, Olif janji,” ujar Olif serius.
“Kami tidak memaksa Olif, kok,” tambah Ayah.
“Nah, kalau begitu Olif bisa bermain sekarang,” kata Ibu lagi.
Setelah Olif pergi bermain, ayah dan ibunya ke dapur untuk berembuk. Mereka berpikir keras bagaimana supaya ramuan ajaib kas Karo itu dimakan oleh Olif.
“Aha! Ibu ada ide!” kata Ibu girang. Ibu membisikkan idenya kepada Ayah. Ayah memberikan jempolnya kepada ibu pertanda setuju.
Malam harinya, seperti biasa Olif, ayah dan ibunya makan bersama. Olif terlihat sangat lahap dengan gulai ikan yang dimasak oleh ibunya. Ibu terus memantau waktu tidur Olif. Olif terlihat masih asyik bermain dengan gozilanya. Oh tidak! Olif ketiduran lagi. Dengan terpaksa Ibu menggendong Olif ke kasur.
“Padahal, Olif sudah berjanji tadi, Yah,” ujar Ibu dengan nada kecewa.
“Sudahlah Ibu, kita lihat saja besok pagi,” hibur Ayah.
Olif tidur dengan sangat nyenyak. Pagi segera tiba, Olif terbangun dan melihat ayah ibunya masih tidur.
“Ayah, Ibu, bangun!” Olif membangunkan orang tuanya.
Wah! Ternyata Olif tidak mengompol! Ajaib!
“Oh, kamu sudah bangun terlebih dahulu, Nak,” kata Ibu.
“Iya, Bu, lihat kasurnya tidak basah! Olif tidak mengompol.. Horeee….,” teriak Olif kegirangan.
Ayah dan ibu saling senyum. Ternyata, ramuan ajaib yang dibuat oleh Ayah Olif sudah dimakan Olif melalui ikan gulai yang dimasak ibunya tanpa ia sadari.
“Walaupun begitu, Olif harus tetap buang air sebelum tidur, ya,” nasihat Ibu Olif.
“Baik, Bu! Olif janji nanti malam akan melakukan nasihat Ibu karena Olif tidak ingin mengompol lagi,” cengir Olif.
“Cerpen Ini Diikutsertakan dalam Lomba Cipta Cerpen Anak Paberland 2024”
Bagus ceritanya dan inspiratif