Om Jay.. Kenapa Meninggal?

Farid terdiam, dia menggigit pelan roti bakarnya. Tak hanya Farid, Mama dan Papa yang ikut sarapan bersama pun terdiam. Pengumuman orang meninggal sayup-sayup tak terdengar lagi.

“Om Jay.”

“Mama, ayo kita lihat ke rumah Om Jay,” kata Farid sambil menarik lengan Mamanya.

“Biar Papa yang lihat Nak.”

Farid tak sabar, dia kemudian berlari di belakang Papanya. Rumah Om Jay di ujung gang. Sudah banyak orang berkumpul disana. Anak-anak pun banyak menangis di halaman rumah Om Jay.

“Om Jay kecelakaan.”

“Om Jay meninggal.”

“Ditabrak mobil, baru saja, di depan jalan besar saat akan berangkat kerja.”

Suara-suara itu menggema di kepala dan telinga Farid. Air matanya hangat jatuh di pipi. Om Jay, kenapa meninggal?

Om Jay tetangga Farid yang lucu. Kalau dia pulang kerja, kami sering bermain di rumahnya, membaca buku, atau melihatnya membersihkan motor.

Om Jay juga suka membagikan camilan enak pada kami. Oh ya, kata Om Jay, kecepatan motornya bisa mengalahkan pesawat tempur.

“Ayo kita pulang nak.” Mama sudah berdiri disamping Farid, mengusap air matanya.

Farid masih menangis, dia ingin melihat jenazah Om Jay, tapi Mama tidak mengizinkan. “Nanti kalau makam Om Jay sudah rapi, Farid bisa berkunjung.”

Setelah memakai sepatu, Farid mengayuh sepedanya. Sekolah Farid memang tak jauh dari rumah. Farid melewati rumah Om Jay. Rumahnya masih ramai, tapi tak terlihat lagi anak-anak disana.

“Kasian Om Jay.” Kania, teman sekelas Farid masih menangis.

“Om Jay lucu, sering berpura-pura menjadi badut,” kata Tama.

Vito mengangguk, tersenyum mengingat Om Jay. “Kalau main jadi badut, Om Jay suka pakai lipstik ibunya.”

Kami semua tertawa. Om Jay memang tetangga yang paling seru. Anak-anak betah berlama-lama main di rumahnya.

Om Jay bahkan punya banyak buku dan mainan anak, padahal Om Jay belum menikah dan belum punya anak.

“Kenapa Om Jay meninggal ya?”

Farid menghela nafas, “kasihan, Om Jay ditabrak mobil.”

“Tidak apa-apa Farid, kata Mamaku, Om Jay pasti bahagia sekarang,” jawab Tama.

“Kenapa bahagia? Meninggal kan sakit.”

“Iya, ditabrak mobil kan sakit Tam.”

Tama terseyum kecil lalu berbisik. “Kata Mama dan Papaku, Om Jay bahagia karena sekarang bertemu Tuhan.”

“Tuhan yang sudah kasih kita makanan ya,” kata Kania.

“Tuhan kan kasih kita semuanya, ada orang tua, rumah, jajan, mainan,” tambah Vito.

Farid tersenyum mengingat Om Jay, “Tama benar, Om Jay orang baik, pasti Tuhan sayang.”

“Kan bertemu Tuhan itu enak, pasti lebih banyak mainan dan makanan enak disana.”

“Vito makanan terus.” Kania tertawa, kami juga ikut tertawa bersama.

Kenangan-kenangan tentang Om Jay sangat melekat. Tetangga yang sayang pada anak-anak sekitar rumahnya.

Farid tersenyum mengingat Om Jay, dia orang baik yang disayang Tuhan.

Selamat jalan Om Jay!

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar