Libur sekolah,Seno diantar ibu dan ayahnya kerumah Buyut dan Nina panggilannya untuk kakek dan nenek yang ada di kampung. Rumah mereka berada dipinggir sawah dengan pemandangan gunung belakang rumahnya. Buyut dan nina adalah seorang petani dan punya ladang buah naga dilahan milik bersama dengan tetangga yang lain, untuk nantinya dijual kepasar tiap akhir pekan.
Hari kedua Seno didesa dihiasi rasa bosan. Setiap pagi ia akan ikut Buyut dan Nina kesawah lalu makan siang lalu mereka akan pulang lagi kerumah saat sore hari. Seno bosan karena ia harus duduk dangau tepi sawah lalu melihat Buyut dan Nina bertanam padi bersama para petani yang lain. Dihari ketiga Seno diajak Nina untuk ikut panen buah naga karena sudah jadwalnya untuk dipanen. Awalnya Seno menolak karena ia yakin ini akan jauh membosankan dari pada melihat buyut dan nina bertanam kemaren.
“seno tidak ikut dulu ya naa, seno bosan , Seno menonton tv saja dirumah” ujar Seno dengan gelagat memelas agar diizinkan Nina untuk tidak ikut serta memanen
“kali ini kamu tidak akan merasa bosan seno, disana banyak anak yang seumuran kamu, pasti kalian akan berteman baik” dengan cubitan halus dipipi Seno meyakinkan Seno bahwa kegiatan diladang pasti lebih menyenangkan.
Sesampainya diladang ternyata sudah ramai dengan kedatangan tetangga dan petani lainnya yang ikut serta memanen buah naga, mereka melempar senyum tipis kepada seno dan Nina
“sudah waktunya panen Naa, mari kita panen, buahnya merah dan besar pasti bakalan laku dipasar” ucap bu Yanti dengan penuh semangat
“oh ini yang namanya seno, yuk nak seno main sama teman yang lain mereka di bagian ujung ladang, ikut memanen juga” ujar bu Dian sambal menujuk dimana anak anak petani lain yang ikut serta memanen buah naga
Lantas dengan malas Seno mulai menghampiri ke 3 anak tersebut
“halo, aku Joni” sambal menyalami tangan seno dengan semangat. Anak berkulit sawo matang dengan pengikat kepala seperti seorang pendekar.
“aku Tere,”ia tak berhenti mengunyah makanan, gadis dengan kepangan rambut dan sebuah tas selempang yang cemilan itu ikut memperkenalkan diri, tere adalah anak pak Zul pengepul buah naga untuk nantinya dipasarkan di akhir pekan
“hai aku Popi, senang bertemu denganmu, ibuku bilang kamu suka coklat ya? Aku juga suka coklat, katanya kalau dikota coklatnya pahit. Itu benar ya seno?” ujan Popi anak terakhir yang memperkenalkan diri
“halo aku seno, senang juga bisa bertemu kalian, sudah 2 hari aku merasa bosan ikut Buyut dan Nina ke sawah, oh ya Popi aku juga suka coklat, dikota ada yang pahit dan tidak, kamu bisa membelinya sesuai keinginanmu, ada yang berwarna putih, merah jambu dan hijau juga” saatnya Seno memperkenalkan diri dengan hangat.
“wah kapan-kapan aku ajak ibu kekota, aku belum pernah mencoba yang warna hijau, rasa apa aitu seno?” dengan mimik wajah penasaran
“rasa rumput popi hahaha” diiringi gelak tawa dari Tere yang masih belum selesai dari kegiatan mengunyah donat putih yang diselimuti gula halus itu
“bukan itu rasa teh hijau, kamu harus coba Popi, ayahku paling suka rasa itu” balas seno
“sudah-sudah, ayo ikut memanen. Ibuku bilang kita akan dapat jatah jajan jika bierhasil mengumpulkan satu kernjang penuh buah naga” dengan penuh semangat Joni yang kemudian mulai memanen buah naga dan memasukannya kedalam keranjang rotan
Proses panen memanen mereka lakukan dengan semangat sambil sesekali bernyanyi dan bercanda lalu berhenti saat keranjang mereka sudah terisi penuh, kemudian mereka bersama sama membawanya ke dangau yang berada di tepi sungai diujung ladang.
“sudah buk” ucap Joni semangat karena sebentar lagi akan mendapat jajan
“sebentar ibu hitung dulu” balas ibu Dian sambal menimbang berapa Kg buah naga yang telah kami kumpulkan
“kamu kalau urusan uang semangat sekali ya jon, ini makan dulu buah naganya sekalian diicip, panen kali ini lebih manis” timpal ibu Yanti sambil memotongkan buah naga untuk kami.
“Tere mau, Tere mau, geser dong Joni, Popi, kali ini bagianku” belum selesai bu Yanti memotong buah naga Tere langsung menyambar buah naga tersebut dan memakannya dengan lahap sampai pipinya ikut memerah
“Tere yang pelan dong makannya, lagian bapakmu pengepul buah naga, nanti kamu bisa makan buah ini sepuasnya” ujar Nina yang diiringi gelak tawa
Buah naga yang dipanen sangat segar dan manis, sehingga kami memakannya dengan lahap dan membuat pipi serta mulut kami ikut berwarna merah
“wah Tere, kamu ini sudah seperti buah naga saja, wajahmu sudah merah hahaha, kamu jangan marah ya, nanti berubah menjadi naga betulan” ujar Joni dengan gelagat menggoda
“biarin, kalau aku naga aku akah makan kamu dengan lahap Joni, aku suka anak kecil dengan kain dikepalanya” timpal Tere sambil memperagakan gaya naga yang ingin melahap mangsanya
“oh iya bagaimana kita buat geng saja, besok masih masih memanen kan?, nanti kita akan bertugas menjaga ladang ini dari naga naga liar seperti Tere” ucapku dengan semangat
“oh iya geng apa ya namanya? geng naga?”timpal Popi
“geng naga gembul tuh buat Tere” sambil mencubit pipi Tere
“gimana kalau geng merah saja?, wajah kita sekarang sudah merah juga hahaa” saranku dan akhirnya di iyakan oleh semuanya
“berarti nama geng kita geng merah ya, kita akan menghabisi naga-naga yang menggangu ladang kita”. Ujar Joni sambil berdiri dan berlagak seperti seorang ketua geng, dan diiringi gelak tawa semua orang