PETUALANGAN DOLLABELLA [PART 13: Festival Yukata]

“Wah masyaAllah, orang-orang terlihat cantik dalam Yukatanya,” Adora menatap kagum keramaian festival pakaian tradisional itu. Saat mereka baru saja turun dari mobil Profesor Nakamura, semarak festival musim panas pun langsung menyambut mereka.

“Festival Yukata diadakan setiap musim panas di Kota Himeji ini. Banyak orang yang datang ke sini mengenakan pakaian tradisional itu,” ujar sang profesor.

“Yukata itu apa sih?” tanya Nabiella penasaran

“Pakaian tradisional Jepang yang biasa kami kenakan saat musim panas, seperti pakaianku ini,” Bu Nakamura ikut menjelaskan. “Umumnya yukata terbuat dari bahan katun, sehingga nyaman dipakai ketika musim panas” tambahnya lagi.  Istri profesor itu terlihat anggun dalam balutan yukata merah muda bermotif bunga sakura.

Mereka pun berjalan-jalan mengelilingi festival di sekitar Kastil Himeji itu. Sesekali mereka mampir mengunjungi kios-kios kecil yang berjajar di pinggir jalan. Anak-anak membeli takoyaki dan es kakigori, es serut yang disiram dengan sirup bermacam-macam rasa.

Banyak acara dan hiburan bisa dinikmati dalam festival itu, mulai dari parade yukata, peragaan busana, hingga pertunjukan musik dan tari.

“Aku juga ingin mengenakan yukata, sayangnya aku tidak punya,” celetuk Adora.

Rupanya Bu Nakamura mendengar celoteh gadis kecil itu.

“Kau bisa menyewanya di salah satu toko di dekat Kastil Himeji, mari kuantar!” Bu Nakamura berujar sambil menggandeng tangan Alana.”Lagi pula, pengunjung yang mengenakan yukata dapat memasuki Istana Himeji dengan gratis, lho,” tambahnya.

“Kami juga mau ikuuut!” spontan ketiga teman Adora pun berlari kecil mengikuti Bu Nakamura dan Adora.

Profesor Nakamura tersenyum sambil menggeleng-geleng, “Anak perempuan di mana-mana sama saja,” serunya lirih sambil mengenang ketiga anak perempuannya, yang sekarang tinggal jauh dari Kota Himeji.

Sementara itu, di toko penyewaan yukata, adora dan kawan-kawannya tengah asik memilih pakaian yang mereka sukai.

“Aduuh … aku bingung memilihnya. Semuanya cantik-cantik.” Kalma memegang beberapa helai Yukata di tangannya. Akhirnya ia memutuskan memilih yukata berwarna merah dengan motif kipas yang menawan.

“Ssst … lihat, Kalma tampak pantas sekali ya, mengenakan yukata itu!” Bisik Nabiella pada Alana.

“Tentu saja, nenek moyangnya kan berasal dari Jepang,” ujar Alana sambil memantas dirinya di depan cermin.

Bu Nakamura membantu mereka untuk mengenakan yukata dengan benar. Profesor Nakamura menunggu mereka di sebuah kios di samping kastil, sambil menikmati es krim matcha kesukaannya.

Akhirnya, semua selesai berdandan. Mereka terlihat begitu cantik dan anggun. Seperti biasa, Nabiella mengeluarkan kamera dari tas punggungnya. Ia mengabadikan beberapa gambar pada festival tersebut. Kalma, Adora, dan Alana pun bergantian minta di foto di depan kastil Himeji. Mereka tak ingin melewatkan pengalaman uniknya mengenakan pakaian tradisional Jepang itu.

“Anak-anak, sekarang waktunya kita pulang. Nanti orang tua kalian bisa kebingungan mencari, lho” seru Profesor Nakamura.

“Oh iya, benar!” Kalma menepuk keningnya.

Sesampai di halaman belakang rumah sang profesor, keempat sahabat itu pun bergegas memasuki tiram raksasa yang masih menganga. Sebagai kenang-kenangan, Profesor Nakamura memberi mereka sebuah kipas besar berwarna keemasan.

“Ingat, pengalaman kalian hari ini adalah rahasia kita saja ya!” ujar profesor itu mengingatkan.

Anak-anak pun mengangguk tanda setuju.

Profesor Nakamura mengantarkan mereka kembali ke pintu tiram raksasa. Alana menekan tombol merah di dinding gua, lalu pintu tiram itu pun mengatupkan rahangnya, seketika semuanya berubah menjadi gelap gulita. Lima detik kemudian, mereka pun telah kembali lagi ke Pulau Dollisola.

Alhamdulillah…

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar