Kerajaan Tirai Pelangi dipimpin oleh seorang raja yang bernama Raja Obet. Raja Obet memimpin rakyatnya dengan adil dan bijaksana. Beliau memiliki putri kembar yang cantik jelita. Putri kembar itu bernama Putri Adelia dan Putri Ara. Tak hanya cantik, mereka juga baik hati. Sebagai anak raja, kedua putri Raja Obet dididik dan dilatih untuk menjadi seorang pemimpin.
Suatu hari Raja Obet berbincang dengan permaisuri.
“Aku sudah tua. Sudah waktunya kerajaan diwariskan. Kedua putri kita punya peluang yang sama untuk memimpin kerajaan,” kata Raja Obet.
“Menurutmu siapa yang berhak menjadi ratu di kerajaan ini?”
Sama halnya dengan sang raja, permaisuri juga bingung. Kedua putri mereka yang mulai beranjak dewasa sama-sama memiliki banyak kelebihan. Keduanya pantas menjadi pemimpin. Tapi tidak mungkin dipilih keduanya.
“Lebih baik bermusyawarah dengan pejabat istana,” saran permaisuri.
“Sudah. Mereka menyerahkan keputusannya kepadaku,” pungkas Raja Obet.
***
Waktu pun berlalu. Usia Raja Obet makin bertambah. Namun penggantinya belum ia tentukan. Ia tidak ingin salah satu anaknya kecewa karena tidak terpilih. Lalu memberontak seperti nasib kerajaan lain. Menikahkan mereka dengan pangeran dari kerajaan lain juga mustahil. Kerajaan Tirai Pelangi tidak bisa menikah dengan kerajaan di bumi. Mereka hanya bisa menikah dengan sesama kerajaan di atas angin, seperti Kerajaan Awan dan Kerajaan Singgasana Aurora. Namun sayang, kedua kerajaan itu hampir punah.
Karena tidak ingin berlama-lama dalam menentukan pilihan, akhirnya Raja Obet memanggil kedua putrinya.
“Putriku, Ayah sudah tua. Kerajaan butuh pemimpin yang muda dan cekatan. Sementara Ayah sudah lemah dan tidak bertenaga. Ayah ingin mengangkat salah satu dari kalian untuk menjadi ratu di kerajaan ini.”
Putri Adelia dan Putri Ara menyimak penjelasan ayahnya. Tak ada yang berani bersuara.
“Ayah tidak ingin jika memilih salah satu dari kalian, maka yang satu akan kecewa. Kata pengawal istana, kalian sangat pantas menjadi ratu. Tapi kerajaan akan tetap memilih satu orang,” jelas Raja Obet. Kelihatan sekali raja berhati-hati saat berbicara dengan putrinya. Berbeda sekali saat ia berpidato di depan rakyatnya, menggebu-gebu.
Tiba-tiba Putri Ara berdiri dan menundukkan kepalanya di hadapan Raja Obet.
“Ayah, yang lebih pantas untuk memimpin kerajaan ini adalah Putri Adelia. Dia sangat cekatan dan mahir memanah.”
Putri Adelia terkejut. Cepat-cepat dia berdiri untuk menyanggah .
“Maaf, Ayah. Putri Ara yang paling pantas. Dia menguasai banyak bahasa dan mahir berkuda.”
Raja Obet makin bingung. Baru kali ini ia melihat penerus kerajaan yang menolak untuk dipilih. Biasanya saling berebutan.
Keadaan ini, bukan membuat Raja Obet makin leluasa untuk memilih penggantinya. Malah makin bingung, karena putrinya sama sekali tidak tertarik. Apakah ini pertanda mereka tidak patuh atau tidak serakah pada kekuasaan? Jika keduanya enggan untuk menjadi ratu, ini akan sangat berbahaya bagi keamanan istana. Bisa-bisa orang luar yang merebut Kerajaan Tirai Pelangi.
Raja Obet lalu menanyakan mengapa mereka tidak berambisi untuk memimpin kerajaan.
“Maaf Ayah. Kami tidak bisa memimpin sebijaksana dan seadil Ayah,” jawab Putri Adelia disambut anggukan Putri Ara.
Raja Obet tidak bisa berkata-kata lagi.
***
Seminggu lamanya, Raja Obet memikirkan masalah itu. Mulai dari semedi di puncak pelangi sampai mohon petunjuk pada Dewa Warna. Hingga akhinya, beliau sampai pada keputusan..
“Putriku, tidak mudah bagi Ayah untuk memutuskan ini. Tapi inilah yang terbaik. Ayah tidak memilih satu dari kalian untuk menjadi ratu.”
Wajah Putri Adelia dan Putri Ara terlihat sumringah. Raja Obet lalu melanjutkan kalimatnya,
“Namun, jika kerajaan ini tidak ada pemimpin, jelas tidak mungkin. Maka Ayah memutuskan untuk memilih kalian berdua sebagai ratu. Mulai besok, duduklah di sisi kiri dan kanan Ayah. Ayah rasa ini cukup adil. Kalian bisa melihat cara ayah dalam mengambil keputusan.”
Putri Adelia dan Putri Ara tidak berani menolak lagi.
***
Keesokan harinya, Raja Obet mengumpulkan rakyatnya di alun-alun istana. Beliau mengumumkan keputusan pentingnya.
“Mulai hari ini, kedua putriku akan mendampingiku. Setelah aku mangkat, maka kerajaan ini akan dipimpin oleh mereka. Ikuti putriku seperti kalian mengikutiku,” titah Raja Obet. Semua rakyat menyambut suka cita. Karena mereka mencintai raja dan keluarganya.
Sejak saat itu Putri Adelia dan Putri Ara selalu mendampingi raja. Mereka banyak belajar dari ayahnya sebelum didapuk menjadi Ratu. Mereka berjanji untuk tetap bekerja sama, saling menjaga, dan tetap berdampingan seperti warna-warna pelangi. ***