Resensi Novel Anak Parole Teetee

Buku : Parole Teetee (Menyelamatkan Teetee)

Penulis : Antje Herden

 

Kisah tujuh sahabat yang tinggal dalam satu lingkungan yang sama. Awalnya, mereka tidak sedekat itu. Dimulai dari kesenangan yang sama, memiliki rasa penasaran dan kepedulian yang tinggi, lalu mereka merasakan kehilangan orang yang sama. Orang ini mereka sebut Teetee. Mereka beranggapan kalau Teetee seperti tunawisma, mengenakan mantel abu-abu, turban beludru ungu selalu menutupi rambutnya, dan yang paling khas adalah dia selalu membawa tas besar yang menggelembung. Semua benda ada di sana. itu yang diyakini semua anak yang tinggal di sana. Teetee selalu berjalan, ramah kepada setiap orang, dan beraroma aneh. Karena kebaikan hatinya, meninggalkan kesan baik kepada tujuh anak ini.

Hingga suatu hari, Teetee tak terlihat di mana pun. Teetee menghilang, itu anggapan mereka. Mereka bahkan meyakini ada awan hitam yang menyelimuti lingkungan mereka sejak Teetee menghilang.

Parole Teetee, nama misi mereka. Mereka mulai mencari, menyelidiki keberadaan Teetee. Satu per satu misteri terkuak. Mulai dari dia tinggal di vila tua dekat taman, lalu ternyata di sana dia menampung Lisa, tunawisma berusia belasan tahun dengan perut membuncit (baca:hamil), lalu Rico, dan Herr Obermayer yang seorang tunawisa yang selama ini mereka anggap tua dan aneh. Kemudian Teetee ternyata memiliki seorang anak yang berprofesi dokter gigi dan terkuaklah misteri lainnya. Pencarian itu akhirnya menjadi petualangan bagi mereka. Awalnya tak peduli, ketika sudah hilang dicari-cari.

Buku ini menonjolkan skeptisnya anak-anak, yang terkadang menurut orang tua mereka tak perlu tahu. Namun, mereka mendapatkan semua informasi dari misi Parole Teetee ini. Selain itu ada politik, isu, konflik keluarga dan lingkungan di dalam buku ini. Keberagaman para tokoh dan latar belakang meeka juga beda-beda. Salah satu anak malah pendatang. Junis namanya, seorang anak, yang tanah kelahirannya sedang perang.

Buku ini terjemahan Jerman, hanya saja sapaannya masih sesuai aslinya, seperti Herr (untuk sapaan Bapak) dan Frau (untuk sapaan Ibu). Rekomendasi buku ini mulai tujuh tahun dan saya rasa perlu pendampingan ketika membaca. Ada bagian Lisa, yang saya sebutkan di atas tadi, yang perlu didiskusikan bersama anak untuk menghindarkan hal tersebut menjadi ‘biasa’ atau terjadi normalisasi. Atau malah bagusnya bagian itu dihilangkan saja karena memang tokoh Lisa ini hanya numpang lewat, pendapat saya sih. Secara keseluruhan, buku ini seru untuk dibaca sekali duduk.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar