Judul novel: Red
Penulis: Astrid Prasetya
Penerbit: Forsenbooks
Terbit: Desember 2021
Tebal buku: 176 halaman
Red hanya punya satu tujuan hidup, membalaskan dendam kematian ibunya. Tidak ada yang dapat mengubah takdir rubah muda itu, sampai ia menemukan kehangatan kasih sayang seorang ibu dari Mrs. O’hare.
Tuduhan pengkhianat dari salah satu kelinci O’Hare mengingatkan Red kepada takdir yang terlupakan. Maka Red meninggalkan rumahnya di perbatasan Hutan Elmshire dan hamparan padang rumput, untuk mencari Master Moose yang legendaris, satu-satunya yang pernah mengalahkan pembunuh ibunya.
Namun, ketika Master Moose mati sebelum memberitahukan rahasianya, dan Red tersungkur di atas salju tebal, masih adakah jalan untuk memenuhi takdirnya? Ataukah ada takdir lain yang menunggunya?
πππ
Little fox running, running into the wood …
leaving little footprints behind.
Words flying, dancing their way into this book …
leaving, I hope, good memories in your heart.
Sebuah pengantar yang menarik dari penulis, jadilah ikut saya tulis juga di sini.
Saat saya melihat ilustrasi cover yang menggambarkan seekor rubah merah yang tersungkur di hamparan salju menciptakan, timbul rasa sedih dan tanya di hati. “Apa yang terjadi padanya?”
Red, seekor rubah kecil yang malang. Dari awal, pembaca diajak berkenalan dengan si rubah dengan kisah yang menyesakkan dan membuat penasaran.
Asli, saat baca novel Red ini seakan membaca buku terjemahan. Menurut saya karena penulis berhasil menggambarkan suasana latar tempat yang membuka imajinasi pembaca. Saat membaca, saya seakan menjadi Red yang berada di hutan Elmshire. Selain itu juga dari penggunaan bahasa Inggris pada judul novel maupun judul tiap bab, termasuk nama-nama tokoh dalam cerita. Sehingga kesan dan aura buku jadi terasa buku terjemahan. Ya, bagaimana pun juga background penulis sebagai penerjemah turut mewarnai hasil karyanya.
Sekilas tentang fabel. Ada dua jenis fabel. Jenis yang pertama: fabel realis, tokoh berupa hewan dan bertingkah seperti hewan pada umumnya, tapi sebagai pembaca, kita akan diajak memahami pikiran, serta perasaan hewan ini. Jenis yang kedua: tokoh berupa hewan yang bertingkah dan beraktivitas bak manusia. Tokoh hewan ini bisa bicara, berpakaian ala manusia, bisa mengendarai mobil, makan seperti manusia dan sebagainya.
Nah, Red merupakan fabel jenis pertama. Tantangan menulis fabel realis adalah penulis harus punya pengetahuan mendalam tentang perilaku hewan yang dijadikan tokoh. Bagaimana hewan ini beraktivitas sehari-hari, bagaimana ia merasakan bahaya dan mempertahankan diri, bagaimana cara mereka mencari makan, dst.
Novel ini alur ceritanya maju, dengan plot yang tertata rapi dari awal hingga akhir. Sebagai pembaca kita dibuat penasaran akan kisah Red dengan perjuangannya menemukan kedamaian.
Buku yang touching sekali. Penulis berhasil menciptakan chemistry antara tokoh dengan pembaca. Terbukti ketika Red sedang sedih atau terluka hatinya, Bulir-bulir air mata saya ikutan mengalir begitu saja, seakan saya itu si Red, hehe.
Oh iya, ilustrasi dalam buku ini juga dibuat sendiri oleh penulisnya, lho. Keren banget kan? Two thumbs up untuk Astrid untuk karyanya ini!
Red, sebuah novel untuk middle grade yang menarik dan saya rekomen!