Review Novel Anak: Mao Mao & Berang-Berang-Perjalanan Ajaib ke Ujung Dunia

 

Judul : Mao Mao & Berang-Berang – Perjalanan Ajaib ke Ujung Dunia

Penulis : Clara Ng

Ilustrator : Larasila dan Jarikecil

Penerbit : Bentang Pustaka 2024

Jumlah Halaman : 20

Target Pembaca  : dewasa muda

Blurb : Mao Mao melihat begitu banyak. Hewan-hewan malang yang diperlakukan semena-mena. Anak-anak yang kehilangan orang tua. Bangsawan dan pejabat yang rakus dan serakah. Mao Mao kehabisan akal. Apakah kebaikan sudah benar-benar lenyap di dunia ini?

Awal saya tertarik baca novel ini karena jadi salah satu bacaan pengayaan di sekolah dasar anak saya. Apalagi genrenya fabel, sepertinya cocok untuk bacaan anak kelas 5 SD, pikir saya.

Tapi ternyata saya (agak) salah, hehehe.

Novel fabel ini menyoal issue sosial yang terjadi di kehidupan kita saat ini. Pemimpin yang rakus dan serakah, ketimpangan sosial, kaum tertindas, anak-anak yang kehilangan orang tua dan iklim yang perlahan berubah karena pemanasan global.

Semua itu disajikan lewat pengalaman Mao Mao, seorang bebek yang terlahir berbeda dengan saudara dan teman-teman bebek lainnya. Karena sering menjadi olok-olok, Mao Mao bertekad membuktikan pada hewan-hewan lain bahwa pendapatnyalah yang paling benar. Saat Mao Mao berpikir kenapa semua bebek harus bermigrasi di saat yang bersamaan, saat itu juga Mao Mao punya ide untuk memulai perjalanannya seorang diri.

Mao Mao akhirnya memutuskan meninggalkan ibunya dalam kegelapan (sesuatu yang saya sesalkan, karena bisa memengaruhi pembaca anak) dan pergi bermigrasi seorang diri. Di sinilah petualangan Mao Mao dimulai. Mao Mao bertemu dengan hewan-hewan lain dan melihat banyak hal.

Di akhir cerita, Mao Mao akhirnya menemukan tempat di mana hatinya tertambat.

Buku ini menarik dan bertaburan diksi yang indah yang mungkin jarang dikenal oleh anak-anak. Saya suka dengan tema keseluruhan, terutama bagian awal yang menjadi “motor” bagi kisah ini bermula. Sayangnya memang ada beberapa hal yang membuat kita harus berhati-hati dan menjelaskan ke anak kita.

Salam,

Dyah Prameswarie

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar