Kinan ingin menjadi superhero jika sudah besar. Setiap hari, di rumah, di jalan, atau di sekolah, Kinan selalu semangat menceritakan tentang cita-citanya itu.
“Nanti, Kinan ingin buat robot yang bisa terbang. Terus, Kinan ingin buat perisai yang bisa membalas serangan. Kinan ingin menyelamatkan dunia,” ujar Kinan.
Mama tersenyum menanggapainya. “Wah, hebat. Kinan mau jadi penemu,” puji Mama.
“Bukannya senang, Kinan malah cemberut. “Bukan penemu, Ma. Tapi, Kinan mau buat robot penyelamat dunia.”
Mama tersenyum. “Iya, Mama dukung cita-cita Kinan.”
Keesokan harinya, Kinan tampak sibuk mengobrak-abrik tempat sampah di rumah. Ia sedang mengumpulkan kaleng dan botol bekas.
“Kinan sedang apa?” tanya Mama heran. Rumah tampak berantakan.
“Mama punya botol atau kaleng yang sudah gak dipakai?”
Mama menggeleng. “Memangnya untuk apa?”
“Malam tadi, Kinan dapat ide. Kinan mau buat robot dari barang bekas.”
“Tunggu sebentar!” Mama membuka lemari bawah di bawah wastafel. Lalu Mama memberi Kinan beberapa botol bekas. “Rencananya, botol-botol ini untuk minyak jelantah.”
“Makasih, Ma.”
Kinan tersenyum lebar. Ia masukkan botol-botolnya ke dalam kantong plastik. Setelah itu, Kinan membereskan sampah-sampah yang berserakan di dapur. Jika tidak, Mama akan mengomel sepanjang hari.
Karena hanya dapat sedikit, Kinan pun mencari kaleng dan botol bekas di taman. Ia bertemu Galih, teman sekelasnya. Ia lalu menceritakan rencananya.
Galih tertarik ingin bergabung. Ia ingin membantu Kinan. Galih dan Kinan pun berkeliling mencari kaleng dan botol bekas.
Kinan dan Galih duduk kelelahan. Pakaian mereka basah oleh keringat. Namun, usaha mereka mengumpulkan kaleng dan botol bekas dari pagi hingga siang tidak sia-sia. Kantong plastik besar yang mereka bawa sudah terisi penuh.
“Jadi, kapan kamu membuat robot?” tanya Galih penasaran.
“Besok. Nanti malam, aku mau menggambar rancangannya dulu,” jawab Kinan.
“Apa aku boleh membantumu lagi?” Galih bertanya ragu.
Kinan tersenyum lebar dan mengangguk. “Tentu saja. Besok pagi-pagi, kamu ke rumahku, ya?”
“Ok!” seru Galih.
Setelah sarapan, Galih bergegas ke rumah Kinan. Sesampainya di sana, Kinan sedang membersihkan kaleng dan botol. Tanpa diminta, Galih langsung membantu. Setelah dicuci, mereka menyortir kaleng dan botol bekas menjadi tiga kelompok: kaleng, botol, dan tutup botol.
Kinan menjelaskan robot yang akan dibuatnya. Ia juga menunjukkan hasil menggambar tadi malam. Galih semakin tidak sabar ingin membantu rencana Kinan membuat robot.
Ternyata, Ayah Kinan juga turut membantu. Ayah membantu Kinan dan Galih memotong botol. Selanjutnya, Kinan dan Galih merekatkan bagian-bagian yang sudah dipotong dengan lem.
Sayangnya, bagian-bagian itu tidak melekat kuat. “Kok, tidak nempel, sih?” tanya Kinan heran.
“Padahal, lemnya sudah banyak,” timpal Galih.
Ayah yang melihat Kinan dan Galih kebingungan, berkata, “Sepertinya, perlu lem tembak untuk merekatkannya.”
“Lem tembak?” Kinan bingung.
Ayah mengangguk, lalu masuk ke rumah. Beberapa saat kemudian, ayah membawa pistol plastik berkabel. Pelurunya juga aneh.
“Ini namanya glue gun,” kata ayahnya. “Panjang lonjong dari plastik ini pelurunya. Nantinya, kalau dipanaskan menjadi lem.”
Kinan dan Galih mengangguk-angguk. Ayah lantas menunjukkan cara menggunakan lem tembak. Setelah itu, ayah meminta Kinan untuk meneruskannya.
“Hati-hati, ya. Panas!” pesan ayahnya.
Kinan merekatkan bagian robotnya dengan hati-hati. Galih membantunya. Bagian tersulit, adalah merekatkan tutup botol. Kinan menjadikan tutup botol sebagai mata robot.
“Selesai!” seru Kinan sambil menatap bangga robot buatannya. “Nanti, kalau sudah besar aku mau buat robot penyelamat dunia.”
Galih mengacungkan kedua jempolnya, lalu berkata, “Aku juga mau buat robot yang bisa terbang ke luar angkasa.”
Kinan dan Galih sangat senang. Mereka membawa robot buatan dari kaleng dan botol bekas itu ke taman. Mereka ingin menunjukkan kepada teman-teman yang sedang bermain di taman. (*)
Cibinong, 25 Februari 2024
Sumber gambar : BeritaSukoharjo- Pikiran Rakyat