Sarung Tangan untuk Ibu

Ayu membuka laci meja belajarnya. Di sana, gadis kecil itu menyimpan uang sisa saku sekolah yang diberikan ibunya setiap hari.

“Baru dapat segini,” gumamnya, sedih.

Beberapa hari lagi, ibunya ulang tahun. Di hari istimewa tersebut, ia ingin membelikan sesuatu untuk orang yang telah melahirkan, merawatnya dari kecil. Sekarang bahkan ibunya harus bekerja keras, membanting tulang semenjak ayah telah tiada.

“Uang segini, pasti tidak cukup untuk membeli sebuah mukenah atau jilbab,” ucap Ayu dalam hati. Dari dua bola matanya yang bulat, meteslah dua butir air bening.

“Aku harus cari tambahan uang agar bias ngasih sesuatu untuk ibu,” tekad Ayu.

Dulu, ketika ayahnya masih ada, Ayu dapat menyisihkan uang setiap harinya karena uang saku yang diberikan ayahnya lumayan banyak. Sekarang setelah ayah meninggal  Ayu jarang sekali bisa menabung. Kalau ibu nggak ngasih saku, Ayu bahkan tidak berani meminta. Selain karena uang ibu mungkin hanya cukup kebutuhan sehari-hari, jarak sekolah dari rumah lumayan dekat. Kalau jam istirahat ia bisa pulang sebentar untuk meneguk air putih.

****

Siang itu, sepulang sekolah, Ayu tidak langsung pulang ke rumah tetapi ia ke kedai bubur kacang hijau punyanya Bu Siti.

“Mau beli bubur kacang hijau Nak Ayu?” Tanya Bu Siti begitu melihat Ayu muncul di kedainya.

“Nggak Bu. Ayu mau bantu-bantu di sini bolehkan Bu?”

“Lho kamu kan masih sekolah?”

“Bantu-bantunya sepulang sekolah, kalau boleh.”

“Ayu, bukannya Bu Siti nggak boleh, tapi jam segini pembeli sepi. Ibu saja sering bengong kalau jam di atas jam 12 siang. Kedai ibu ramainya jam 8 sampai jam 10 pagi.”

“Oh begitu ya Bu.” Ujar Ayu lirih.

“Maafkan Ibu ya.”

“Nggak apa-apa Bu. Ayu permisi ya Bu. Assalamualaikum.”

“Walaikumsalam.”

Sebelum sampai di rumah, Ayu mampir lagi ke tokonya Om Tono. Om Tono, punya toko kelontong yang boleh dibilang paling laris di desa Harjosari. Begitu melihat Om Tono muncul, Ayu langsung menyampaikan maksudnya untuk bantu-bantu di toko itu. Tapi ternyata terlambat. Kata Om Tono, ia baru mendapat karyawan baru. Kak Sari namanya.

Ayu sampai di rumah dengan perasaan sedih. Tapi di dalam hatinya tetap bertekad untuk memberikan sesuatu untuk ibu di hari ibu.

****

Sehari sebelum hari ibu, karena Ayu tak kunjung mendapat uang tambahan, sepulang sekolah Ayu kios-kios barang bekas yang letaknya di terminal Adiwerna, tak jauh dari sekolahnya. Di terminal yang sekarang tidak terpakai itu, Ayu mencari jilbab atau mukenah di kios-kios pakaian bekas pantas pakai. Tapi, dari banyak kios yang dikunjunginya, gadis kecil itu tidak menemukan barang yang ia cari. Kebanyakan di kios-kios tersebut adalah celana jins, kemeja, jaket yang harganya juga tak sesuai dengan uang yang ia miliki.

Saat hendak meninggalkan sebuah kios, Ayu melihat ibunya baru saja menurunkan penumpang. Oh iya, sudah enam bulan ini, ibu menjadi ojek online. Karena takut ketahuan ibunya, Ayu bersembunyi di balik gantungan celana-celana. Dari balik celana-celana bergantungan itu,  Ayu tercengang. Ayu melihat, tangan ibunya yang dulu kuning langsat kini nampak hitam  terbakar matahari. Tiba-tiba Ayu mendapatkan ide.

Dengan perasaan sedih campur lega, Ayu membeli sebuah sarung tangan. Lega karena bisa membelikan sesuatu yang dibutuhkan ibunya, sedih karena baru tahu kalau tangan ibu sekarang menghitam akibat terlalu sering kena matahari. Sebelum membungkus dengan kado, tak lupa Ayu memberi ucapan di kadonya tersebut.

Selamat Ulang Tahun Ibu. Semoga Hadiah Kecil dari Anakmu ini bermanfaat. Amin.

 

 

Pengirim : Sutono Adiwerna, penulis cerita anak tinggal di Tegal.

Alamat : Ds Harjosari Kidul.Rt 16/04. Adiwerna. Tegal

Hp. 085786541053

Bagikan artikel ini:

4 pemikiran pada “Sarung Tangan untuk Ibu”

  1. Cerpennya bagus bgt. Tapi, sepertinya ada beberapa kalimat yg kurang tepat penempatan kata-katanya atau bahkan kurang kata-katanya.

    Seperti di paragraf pertama. Mungkin seharusnya sisa uang saku sekolah, bukan uang sisa saku sekolah.

    Selain itu, ada paragraf yg menjelaskan menjelang hari ibu. Mungkin seharusnya (kalau baca di paragraf ketiga & terakhir) itu utk kado ulang tahun sang ibunda, ya?

    Balas
  2. Betul kak Mia. Cerpennya bagus sekali, namun ada beberapa yang mungkin terlewatkan sebagaimana yang kak Mia jelaskan di atas.

    Sedikit koreksian dari saya ya Kak Author. Pada paragraf ke tiga dari bawah, selain kurang kata “ultah”, pada kalimat selanjutnya yaitu “sepulang sekolah Ayu kios-kios barang …”
    Pada kalimat itu kurang kata hubung “ke” ya kak.

    Overall it’s ok. Barokallahufikum

    Balas

Tinggalkan komentar