“Wah, sayapnya indah sekali!” seru Mariska ketika melihat penyanyi idolanya muncul di atas panggung dengan sayap kaca yang berkilauan. Mariska belum pernah melihat sayap seindah itu di Negeri Kupu-Kupu.
“Kalau punya sayap kaca seperti Angela, aku pasti akan menjadi kupu-kupu tercantik di desaku!” Mariska berkhayal saat pulang dari menonton konser penyanyi idolanya itu.
Beberapa hari kemudian, Mariska pergi mengantar sari-sari bunga yang dijualnya ke beberapa toko di pasar. Setelah mengantar sari-sari bunga, Mariska berencana membeli bahan-bahan untuk membuat keik. Besok, Mariska akan mulai les membuat keik. Dia bercita-cita ingin menjadi koki keik.
Tiba-tiba, Mariska terperangah ketika melewati sebuah toko sayap.
“Oh, itu sayap kaca yang dipakai Angela!” seru Mariska. Matanya berbinar-binar melihat sayap kaca digantung di toko sayap itu.
Mariska langsung masuk ke toko sayap itu. Di sana, dia memegang sayap kaca dengan takjub. Pelayan toko menghampirinya.
“Nona, sayap kaca Angela sedang tren, loh, sejak konsernya waktu itu. Kupu-kupu muda seperti Nona banyak yang membelinya. Nona jangan sampai kehabisan. Nanti menyesal!” ucap si pelayan toko sambil tersenyum manis.
“Berapa harganya?” tanya Mariska.
“Tiga puluh lima helai kelopak anggrek,” jawab pelayan toko.
“Hah? Mahal sekali!” jerit Mariska dalam hati. Dia lalu memeriksa uang di tasnya. Jika dia membeli sayap kaca itu, uangnya akan berkurang sangat banyak. Dia berjalan lunglai keluar dari toko itu.
“Ah, gagal punya sayap kaca Angela,” keluhnya. Seketika itu dia melihat beberapa kupu-kupu muda mengenakan sayap-sayap kaca.
“Oh, aku ingin seperti mereka. Cantik mengenakan sayap kaca yang sedang tren,” bisik Mariska.
Mariska lalu mengintip lagi uang di tasnya. “Hmm… Aku rasa tak apalah aku pakai uangku ini. Di rumah, masih ada tabunganku, kok.”
Maka, Mariska kembali ke toko sayap dan membeli sayap kaca Angela. Dia tersenyum puas ketika mengenakan sayap barunya.
Sesampainya di desa, teman-temannya memuji penampilannya. Mariska bangga sekali. Hari itu, dia menghabiskan waktu mengagumi dirinya. Dia menari-nari di depan cermin bagaikan penyanyi idolanya.
Keesokan harinya, Mariska bersiap-siap berangkat ke tempat les membuat keik. Dia semangat sekali akan pergi les dengan mengenakan sayap kacanya. Selesai berdandan, dia membuka lemari dapurnya. Saat itulah dia baru sadar.
“Oh, kemarin aku lupa membeli bahan-bahan keik! Uangnya malah aku pakai membeli sayap kaca,” katanya.
Mariska terduduk lemas. Batal sudah pergi les membuat keik dan mengenakan sayap kacanya. Siang itu, Mariska hanya bisa termenung di rumah.
Tiba-tiba, hujan turun. Deras sekali. DUAAAR! Petir menggelegar. Kemudian, terdengar bunyi tetesan air di dalam rumah Mariska. Tes, tes, tes. Atap rumahnya bocor!
“Waduh, aku harus segera memanggil tukang reparasi,” ujarnya. Ketika hujan berhenti, Mariska segera terbang ke bengkel tukang reparasi atap.
“Berapa biaya memperbaiki atap, Pak?” tanyanya. Ketika tukang reparasi menyebutkan biayanya, Mariska terkejut.
“Oh, tidak! Uangku tidak cukup!” Mariska kebingungan. “Gawat jika besok turun hujan deras lagi.”
Mariska lalu berpikir. “Aku harus segera memanen sari bunga lagi untuk kujual besok.”
Mariska kemudian bergegas pergi ke ladang bunga. Dia terbang ke sana kemari untuk memanen sari-sari bunga, dari siang hingga malam. Tetapi, tidak ada satu pun bunga yang mengeluarkan sarinya.
“Ya, ampun, aku lupa! Musim panen, kan, baru selesai. Bunga-bunga di ladang ini membutuhkan waktu lagi untuk mengeluarkan sarinya.”
Mariska lalu terbang pulang dengan kecewa. Saat masuk ke dalam rumahnya, dia melihat sayap kacanya tergantung di samping cermin.
“Gara-gara aku tidak bisa menahan diri membeli sayap kaca, aku kehabisan uang. Aku juga lupa membeli bahan-bahan membuat keik. Padahal, aku sudah lama ingin les membuat keik. Aku pun tidak bisa memperbaiki atap rumah yang bocor. Dan… hari ini, aku tidak jadi memamerkan sayap kacaku.”
Mariska menitikkan air mata. Dia sadar telah boros membeli barang yang tidak dia butuhkan. Besok, dia terpaksa harus terbang ke ladang bunga di desa-desa lain yang jauh.
“Sepertinya aku akan pergi lama. Jadi, untuk sementara, kamu kusimpan dulu, ya,” ucapnya seakan berbicara kepada sayap kacanya yang dia masukkan ke dalam lemari.
Penulis: Lita Maha
Ilustrasi: Freepik