(sebuah novel anak fantasi, semoga berkenan di hati pembaca)
PROLOG
HARTA YANG TERKUBUR
Manusia terlalu rakus dengan kekayaan.
Mereka rela melakukan apa pun untuk mendapatkannya.
Bekerja keras, menggali dan mencari,
bahkan berani merampas dan mencuri.
Terlalu rakus!
Mereka melakukan ritual.
Mereka membuat sesembahan agar diberi kemudahan dalam mendapat kekayaan.
Mereka memberikan persembahan berupa hewan, tumbuhan, dan segala yang terbaik dalam ritual itu.
Mereka tidak menyadari….
Di salah satu sudut dunia, ada kami, bangsa Floro.
Kami mengambil yang terbaik yang dipersembahkan oleh manusia.
Kami cepat dan tak terlihat.
Saat seserahan mereka hilang, mereka meneteskan air mata.
Mereka terharu melihat sekeping emas, perak, dan permata yang kami tinggalkan.
Mereka pikir, dewa telah menerimanya.
Mungkin, apa yang kami lakukan salah.
Mencuri dari manusia.
Kami melakukan itu untuk bertahan hidup dan mengambil secukupnya.
Hidup kami tidak hanya mencuri.
Kami bertambang.
Kami membuat perkampungan yang tak terlihat.
Perkampungan bawah tanah.
Kami suka bertambang.
Kami suka batuan berkilau.
Nenek moyang kami mengumpulkan batuan berkilau untuk masa depan.
Harta nenek moyang kami terkubur jauh di pusat bumi.
Para orangtua bangsa Floro selalu berpesan,
Kelak, harta itu akan muncul ketika manusia mulai terlampau rakus akan kekayaan.