Sepasang Tangan Ibu

Pada suatu hari di masa depan,

kau mungkin akan tiba pada sebuah hari buruk yang melelahkan;

bangun terlambat,

melupakan janji penting,

susunan kegiatanmu berantakan,

atau orang-orang yang tidak bersahabat membuat kepalamu pusing bukan main

Mungkin di tengah sendirimu,

di penghujung hari kelabu

kau mengeluh,

menatap langit-langit,

melamun

Mengenang sebuah masa hangat nan akrab,

hari yang dipenuhi harum aroma hujan;

angin berhembus sepoi-sepoi,

tawa menghiasi udara,

canda berterbangan

dan hinggap pada tiap bingkai jendela,

langit memang tak sempurna biru,

tetapi kau mengalah dan menerimanya begitu saja,

apa adanya.

Kau ingat, itulah rumah

perasaan nyaman mendadak menyelimuti batinmu

Kau tersenyum.

Hari buruk ternyata telah berlalu,

kau bersorak dalam hati

Bayangan wajah ayah dan ibu memenuhi pikiranmu

Lantas, kau sadar,

betapa rindu telah tumbuh dalam dirimu;

mengakar, daunnya rindang

Sayangku,

ingatlah selalu

bahwa ada sepasang tangan seseorang,

terangkat setinggi dadanya,

diisi namamu,

mendoakan dari jarak manapun; dekat dan jauh,

siap membawamu pulang sekali lagi,

berkali-kali,

sepanjang usia,

sampai akhir dunia.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar