Raja hutan mengadakan sayembara. Barang siapa bisa membuat singgasana termegah maka akan memperoleh jabatan di istana. Hampir semua warga hutan mengikutinya. Tahap awal mereka mengirim gambar desain singgasana. Raja sendiri yang akan menjadi juri.
Sepekan setelah hari terakhir pengiriman desain, tibalah saat pengumuman. Sang penasihat istana mengumumkan siapa yang lolos seleksi. Mereka yang lolos seleksi tahap awal akan diundang ke istana. Uwi si burung hantu, Lalang serigala, Meri Merak, dan Kukuk Kuda.
Tibalah hari para calon pemenang mempresentasikan karyanya.
Sesuai undian, Lalang serigala maju pertama kali.
“Baginda Raja, lihatlah singgasana ini,” kata serigala penuh percaya diri. Serigala menjelaskan bahwa singgasana megah dan ukurannya tinggi. Menurut serigala, dengan singgasana ini Sang raja dapat mengawai seluruh penghuni hutan. Raja tidak perlu berjalan keliling hutan. Selain itu, di sekeliling singgasana, terdapat tempat untuk meletakkan hadiah-hadiah pajak warga hutan. Jadi, akan terlihat jika ada warga hutan yang tidak menyetor pajak.
Baginda raja mendengarkan Lalang sambil manggut-manggut.
Giliran kedua, Meri Merak. Langkah anggun memesona Meri menjelaskan gambar singgasananya.
“Raja yang terhormat, singgasana ini mencerminkan kemuliaan dan kemewahan,” jelas Meri. Singgasana dibuat berwarna-warni. Berbagai jenis hiasan dipasang di singgasana itu.
“Hiasan ini tidak sembarang hiasan, Baginda,” kata Meri. Hiasan itu berupa emas permata dan batu-batu mulia berwarna-warni. Benda-benda itu merupakan simbol kekayaan yang dimiliki Baginda.
“Menurut saya, hal itu sesuai dengan jabatan sebagai Raja kaya raya,” jelas Meri.
Giliran peserta ketiga, Kukuk Kuda.
Kukuk menjelaskan gambar singgasana yang besar, kuat, dan megah. Singgasana itu diberi hiasan mahkota di bagian atas. Menurut Kukuk, itu adalah tanda bahwa yang boleh menduduki hanya raja. Berbagai benda berharga sebagai hiasan juga merupakan simbol bahwa raja itu harus kaya raya.
Baginda terlihat diam saja. “Mengapa semua singgasana menggambarkan kekuasaan dan kekayaan harta benda?” batin baginda.
Giliran terakhir adalah Owi burung hantu. Saat Owi menunjukkan sebuah gambar batu datar sederhana. Batu itu terlihat sangat biasa, tanpa hiasan apa-apa. Semua hadirin menahan senyum dan tawa melihat karya Owi. Baginda terlihat heran.
“Owi, gambarmu membuat aku penasaran. Jelaskan apa itu!” perintah Baginda. Owi pun menjelaskan desain singgasananya.
“Paduka, singgasana ini tidak tinggi supaya rakyat tidak merasa rendah. Singgasana ini tidak berhias supaya rakyat tidak takut menghadap rajanya,” jelas Owi.
Owi melanjutkan penjelasannya. Raja bukan penguasa tertinggi. Raja adalah pengayom rakyat. Raja adalah tempat rakyat bergantung.
“Raja yang rendah hati, selalu peduli, jujur, dan mengutamakan kepentingan rakyat, cukuplah duduk di singgasana seperti ini,” jelas Owi.
Baginda mengangguk-anggukkan kepala tanda memahami. Tibalah saat pengumuman pemenang.
Sayembara dimenangkan oleh Owi. Singgasananya memang tidak megah dan indah, namun penuh makna. Apalah artinya singgasana kekuasaan dan harta. Begitulah pemikiran Owi yang sederhana.