Usai mengaji, Sekar mengajak teman-teman untuk bermain cublak-cublak suweng. Mereka berkumpul di rumah Sekar. Cublak-cublak suweng adalah lagu yang digunakan untuk mengiringi permainan tradisional anak-nak. Lagu “Cublak Cublak Suweng” (tebak-tebak suweng) berasal dari Jawa Timur. Penciptanya adalah Sunan Giri atau Syekh Maulana Ainul Yakin dan dibuat pada 1442 M.
Permainan ini mengandung pesan, bahwa seseorang tidak boleh mencari harta dengan menuruti hawa nafsu. Melainkan dengan hati nurani.
Mereka mulai mengulurkan satu telapak tangan ke depan untuk hompimpa.
“Hompimpa alaium gambreng.”
Dua telapak tertelungkup, dan tiga lagi terbuka. Mereka harus mengulang.
“Hompima alaium gambreng.”
“Yeay!” seru Sekar. Kali ini, dia menang. Tersisa empat orang.
Ais mengamati wajah ketiga temannya. Ia berusaha memprediksi mereka akan melakukan apa. Tertelungkup atau terbuka.
“Yes!” Yono menang ke dua.
Jantung Ais semakin berdebar. Ia tak mau kalah duluan.
Yudi menang. Sekarang Ais dan Evan harus suit. Berkali-kali keduanya bersiap mengayunkan tangan, tapi Evan urung melakukannya.
“Ayo cepet!” seru Ais. Sekarang ia sudah pasrah jika harus kalah dari Evan.
Pertama, Evan telunjuk dan Ais kelingking. Ais kalah. Suit yang ke dua, Ais ibu jari Evan telunjuk lagi. Evan kalah. Yang ke tiga, akan menjadi penentuan untuk mereka. Suasana semakin menegangkan. Kira-kira siapa yang akan menang?
Bismillah …. Batin Ais dalam hati.
“Yeay, aku menang!” teriak Ais kegirangan.
Jadi, Evan yang harus meringkuk duluan. Sementara teman yang lain mengelilingi dengan membawa satu butir kerikil. Satu telapak tangan mereka ditengadahkan di atas punggung Evan. Sekar yang bertugas memutar kerikil akan memindahkannya dari satu telapak ke telapak lainnya sambil bernyanyi. Mereka pun mulai bernyanyi.
Cublak cublak suweng
Tempat anting
Suwenge ting gelenter
Antingnya berserakan
Mambu ketundhung gudel
Berbau anak kerbau yang terlepas
Pak empong lera lere
Bapak ompong yang menggeleng-gelengkan kepalanya
Sapa ngguyu ndhelikkake
Siapa yang tertawa dia yang menyembunyikan
Saat sampai di lirik ini, Sekar menaruh kerikilnya di telapak tangan Yono.
Sir sir pong dhele kopong
Hati nurani, kedelai kosong tidak ada isinya.
Semua menggenggamkan telapak tangannya. Saatnya Evan menebak, siapa yang memegang kerikil itu.
Evan menatap satu per satu temannya yang tersenyum. Semuanya tak ada yang mencurigakan. Evan harus menebak dengan tepat, agar ia tak meringkuk lagi.
“Yono,” tebak Evan.
“Yah … aku ketahuan,” keluh Yono.
“Yeay! Gantian.”
Sekarang Yono yang meringkuk. Evan yang memutar kerikil. Mereka pun mulai bernyanyi. Yono memusatkan perhatiannya. Ia mencoba memperhitungkan gerakan tangan Evan. Kira-kira di mana Evan akan meletakkan kerikilnya?
Kerikil itu berhenti di tangan Ais. Ia langsung menggenggamnya erat. Tapi, Ais gugup. Ia bergerak-gerak gelisah saat Yono mulai menebak.
“Ais!” Tebakan Yono tepat sekali.
“Yah ….”
“Giliran Ais, giliran Ais,” ledek Evan membuat bibir Ais mengerucut.
Mereka memulai lagi. Sekarang, Yono yang bertugas memutar kerikil. Lagu selesai dan Ais mulai menebak.
“Evan!” seru Ais.
“Salah,” kata Evan menunjukkan tangannya yang kosong.
Ais harus mengulang. Ia salah menebak hingga tiga kali. Ais hampir menyerah. Sepasang matanya mulai memerah. Jika sekali lagi ia gagal mungkin Ais akan menangis.
Ais mulai mengamati teman-temannya. Lagi-lagi mereka semua tersenyum. Tidak ada yang menampakkan wajah gelisah. Apakah kali ini Ais akan menebak dengan tepat? Atau gagal dan harus meringkuk lagi?