Strategi Bocah-Bocah Karangduwur Part 25

Teman Spesial

Bu Aliya sudah memutuskan hukuman untuk Evan dan dua temannya. Mereka harus menyanyikan lagu daerah Jawa Tengah.
Evan, Yono, dan Yudi, segera berunding. Mereka akan mementukan lagunya terlebih dahulu.

“Gundul-gundul pacul aja yang mudah,” usul Yono.

“Ih, janganlah, gimana kalau turi putih?” Yudi menimpali.

“Gundul-gundul pacul aja, bener,” ujar Evan.

“Turi putih aja, lah.” Yudi bersikeras.

“Ya, udah oke.” Evan dan Yono setuju.

“Ayo, dong. Jangan lama-lama mikirnya.” Bu Aliya sudah tidak sabar menunggu. “Jadi, kalian mau nyanyi apa?”

“Turi putih, Bu.” Evan yang menjawab.

“Baiklah. Silahkan dimulai.”

Seluruh siswa bertepuk tangan. Kelas pun menjadi ramai. Ketiganya mulai bernyanyi.

Turi turi putih… (Turi turi putih)
Ditandur neng kebon agung, (Ditanam di kebun istimewa)
Cemleret tiba nyemplung (Tiba-tiba jatuh masuk)
Mbok kiro kembange apa, (Kamu kira bunganya apa)
Mbok kiro – Mbok kiro… (Kamu kira – kamu kira)
Mbok kiro kembange apa, (Kamu kira bunganya apa)
Kembang-kembang tebu… (Bunga-bunga tebu)
Kembang tebu cacahe pitu (Bunga tebu jumlahnya tujuh)
Kembang-kembang tebu… (Bunga-bunga tebu)
Kembang tebu cacahe pitu (Bunga tebu jumlahnya tujuh)
Kang mituhu marang guru (Patuhlah dengan guru)
Ben lakune ora kliru (Agar kelakuan kita tidak salah)
Mbok kiro – Mbok kiro… (Kamu kira – kamu kira)
Mbok kiro kembange apa, (Kamu kira bunganya apa)
Kembang-kembang jambe… (Bunga-bunga jambe)
Kembang jambe di ronce-ronce (Bunga jambe di rangkai-rangkai)
Kembang-kembang jambe… (Bunga-bunga jambe)
Kembang jambe di ronce-ronce (Bunga jambe di rangkai-rangkai)
Rungokno pituture (Dengarlah nasihat)
Ben ra getun tembe mburine (Agar tidak menyesal di kemudian hari)
Mbok kiro – Mbok kiro… (Kamu kira – kamu kira)
Mbok kiro kembange apa, (Kamu kira bunganya apa)
Kembang-kembang waru… (Bunga-bunga waru)
Kembang waru diwiru-wiru (Bunga waru dilipat-lipat)
Opo to tegese guru (Apa artinya guru)
Digugu ugo ditiru (Dipatuhi dan ditirukan)
Mbok kiro – Mbok kiro… (Kamu kira – kamu kira)
Mbok kiro kembange apa, (Kamu kira bunganya apa)

“Beri tepuk tangan yang meriah untuk mereka!” seru Bu Aliya.

Seisi kelas bertepuk tangan lagi. Ternyata suara mereka bertiga bagus juga. Cukup menghibur untuk hari ini.

“Evan, Yono, dan Yudi, jangan senang dulu. Meskipun kalian sudah dihukum, tapi tetap harus mengerjakan tugas. Nanti, sepulang sekolah, cari tanah liat dan buat prakarya. Besok dibawa!” jelas Bu Aliya.

“Baik, Bu Guru,” jawab ketiganya serentak.

Sepulang sekolah. Evan, Yono, dan Yudi gegas pergi ke kebun. Mereka tak mau dihukum lagi karena tidak membuat prakarya. Sekar dan Ais juga ikut.

“Kak Yono, ikut!” teriak seorang anak perempuan dari rumah Yono.

“Enggak usah, kamu di rumah aja. Di kebun banyak nyamuk.” Yono melarangnya.

“Ikut ….” Anak itu merajuk. Dia masih berdiri di ambang pintu.

Sekar dan Ais terpana melihat anak perempuan itu. Ia seperti orang luar negri. Kulitnya putih. Rambutnya pirang. Matanya juga tampak berbeda. Semuanya putih pucat. Tapi, cara bicaranya tak menunjukan kalau ia dari luar negri.

“Siapa?” bisik Sekar pada Yudi.

“Adik sepupuku,” jawab Yudi.

Sekar dan Ais mengangguk.
Yono mendekati anak perempuan itu dan mengajaknya masuk beberapa saat.

“Di kebun banyak nyamuk. Nanti kulitmu gatal-gatal.” Yono memperingatkan.

“Tapi, aku bosan di rumah.”

“Sana, bilang sama Mama dulu. Kalau diizinkan baru boleh ikut.”

Beberapa saat kemudian, Yono keluar menuntun adik sepupunya. Ia memakai pakaian tertutup. Kepalanya ditutupi topi, dan berkacamata.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar