Strategi Bocah-Bocah Karangduwur (Part 8)

“Enggak apa berlima. Nanti Evan, Ais, dan Sekar jadi satu kelompok. Aku dan Yono jadi lawan kalian. Gimana?” Usul Yudi.

“Oke, kalau gitu.” Evan setuju.

Mereka membuat peluru dengan kertas yang dibasahi. Sedikit demi sedikit kertas itu dimasukkan ke laras. Lalu, penyodok didorong agak keras supaya peluru melesat cepat dan bunyi “pletok” terdengar.
Permainan siap dimulai.

Mereka memakai baju kardus sebagai pelindung. Semua sepakat untuk tidak boleh menembak bagian yang lain kecuali area yang tertutup baju kardus.

Area kebun di samping sawah menjadi lokasi pilihan. Evan, Sekar, dan Ais, bersiap di sisi barat. Sementara Yono dan Yudi, akan memulai dari sisi timur.

“Siap?” Evan melirik Ais dan Sekar dari bentengnya di balik pohon nangka.

Sekar dan Ais mengangguk mantap layaknya prajurit yang siap berperang.
Yono mulai menembak tanpa aba-aba. Bidikannya meleset mengenai batang pohon nangka. Evan membalas dengan gesit. Ah, sayang. Tembakan Evan terlalu tinggi hingga mengenai daun pisang.

Ais sedang mengamati Yudi yang bersembunyi di balik semak. Sesekali Yudi terlihat membuat Ais bersiap menembak. Tapi, kemudian ia menghilang lagi dan Ais tidak jadi menembak. Sepertinya, Yudi sengaja timbul tenggelam untuk mempermainkan Ais.

Sekar beberapa kali mencoba membidik Yono. Tapi, usahanya gagal karena Yono pandai menghindar. Yono menyeringai setiap kali tembakan Sekar dan Evan gagal.

“Aw!” teriak Evan, saat tembakan Yudi mengenai kakinya. “Curang! Enggak boleh nembak kaki!”

“Maaf, enggak sengaja!” Seru Yudi.

“Sekar, kamu pindah ke sebelah utara. Cari benteng yang bisa mendekati Yudi.” Evan memberi instruksi.

“Siap!” Sekar bersiap.

“Ais, kamu ikut aku ke selatan. Kita incar Yono.”

“Oke!”

Sekar mengamati keadaan. Ia akan berpindah tempat saat Yudi lengah. Ia sudah mengincar semak di samping kolam ikan. Di sana cukup aman.

“Satu, dua, tiga ….” Sekar berlari. Yudi menyadari gerakan Sekar, dan …
pletok!

“Yaah!” Sekar terkena tembakan Yudi di bagian pinggang.

“Yeay! Sekar kena!” Yudi girang. Itu artinya, tim Evan berkurang satu.

Ais dan Evan berhasil berpindah tempat. Mereka berada di balik pohon albasia yang cukup besar, sehingga mampu menyembunyikan dua orang sekaligus. Masih dengan mengamati gerak-gerik Yono dan Yudi, Evan memasukkan peluru kertasnya.

“Peluru kita tinggal sedikit,” bisik Ais.

“Makanya kita harus cepat. Bidik yang tepat. Kamu incar Yudi, aku Yono.”

“Oke!”

Yono dan Yudi melancarkan serangan terus menerus. Evan mulai melawan. Ia menembak bagian perut Yono.

“Yes, kena!”

Ais menembaki Yudi terus menerus. Hingga ia kehabisan peluru. Gantian Yudi yang menyerang.

“Awas, Is!” Evan membantu Ais menghindar.

Ais gugup, ia melangkah mundur tanpa perhitungan. Kakinya menginjak tanah yang basah.

“Aaa …!” Ais tepleset dan jatuh terjengkang ke parit.

Evan terkejut. Tapi, dalam sekejap tawanya pecah. Begitu pula dengan teman yang lainnya. Sementara Sekar gegas menghampiri Ais. Mencoba membantunya bangkit.

Wajah Ais sudah cemberut, napasnya terengah. Sepertinya, ia akan menangis. Tapi, tak disangka, ia juga tergelak mendapati dirinya basah kuyup. Sekar yang semula khawatir pun ikut tetawa lagi. Ais jadi susah bangkit karena tawanya membuat badan lemas.

Yudi memanfaatkan kesempatan ini. Ia menembak habis kedua lawannya yang tersisa.

“Woi! Aku belum siap!” Evan tidak terima.

“Hore! Kita menang!” Yono dan Yudi kegirangan. Mereka menembak ke sembarang arah untuk merayakannya.
Tanpa diduga, sebuah sarang lebah sebesar kepalan tangan orang dewasa jatuh tertembak. Lebah berhamburan ke luar.

“Wa …! Lari …!” Yono dan Yudi kabur lebih dulu.

“Ayo, cepat!” Evan dan Sekar menarik Ais ke luar parit. Mereka terbirit-birit.

“Tunggu, tunggu aku!” Ais ketakutan.

Apa yang akan terjadi pada mereka selanjutnya? Apakah mereka akan berhasil kabur dari lebah-lebah itu?

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar