Surat dari Planet Zorma

Oleh: Noor H. Dee

Kamu tahu planet apa yang paling jelek di dunia ini? Oh tidak, aku tahu kamu pasti tidak akan menyukai jawabanku ini. Ya, kamu pasti tidak menyangka. Planet itu adalah planet Bumi! Kamu boleh tidak setuju dan protes kepadaku, tapi aku berani memakan permen zixelo[1] yang rasanya amburadul itu jika aku berbohong! Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa planet Bumi itu ternyata tidak seindah seperti yang Zonek sering ceritakan kepadaku.

Sebentar… sebentar… mungkin kamu belum mengenal siapa aku. Oke, aku akan katakan kepadamu sekarang. Namaku Zeldo. Aku berasal dari planet Zorma. Kamu tidak tahu planet Zorma? Hahaha. Tentu saja kamu tidak tahu, sebab memang belum ada satu manusia pun yang menemukan planet Zorma. Beruntunglah kamu karena mengetahuinya. Kamu bisa punya uang banyak karena mengetahui hal ini.

Planet Zorma adalah planet yang ukurannya paling kecil jika dibandingkan dengan planet-planet yang lain. Lebih kecil dari Merkurius. Penduduk yang tinggal di planet Zorma tidak jauh berbeda dengan manusia yang hidup di Bumi. Kami, penduduk Zorma, memiliki sepasang mata, satu hidung, satu mulut, dua telinga, dua tangan, dan dua kaki. Sama seperti manusia yang hidup di Bumi. Hanya warna kulit saja yang berbeda. Kulit penduduk planet Zorma berwarna biru. Oh iya, satu lagi, penduduk Zorma menguasai berbagai macam bahasa manusia.

Aku tinggal bersama Zoma, Zopa, Zokak, dan juga Zonek yang gemar bercerita. Ya, Zonek tidak pernah kehabisan napas ketika sedang bercerita. Bibirnya, ya ampun, seperti tak pernah capek mengeluarkan kata-kata. Apalagi jika ia bercerita tentang planet Bumi, wah, wah, wah, ia pasti semangat sekali. Padahal, Zonek sudah tua umurnya.

“Planet Bumi adalah planet yang indah ….” Begitulah yang selalu Zonek ceritakan kepadaku setiap malam.

Bumi yang indah. Bumi yang menawan. Bumi yang elok. Bumi yang rupawan.

“Di Bumi kamu akan melihat air laut yang berkilau, rumput-rumput yang hijau, dan burung-burung yang selalu berkicau,” cerita Zonek lagi.

Aku tertarik mendengarnya. Air laut yang kemilau? Apa itu? Di planet Zorma aku tidak pernah menemukan air laut yang berkilau. Rumput-rumput yang hijau? Apa itu? Aku juga belum pernah melihat benda yang namanya aneh itu. Dan, satu lagi, burung-burung yang berkicau? Apa itu? Apakah itu sejenis kaos kaki?

Gara-gara sering mendengar cerita Zonek itulah akhirnya aku menjadi penasaran dan ingin melihat secara langsung seperti apa rupa planet Bumi yang sebenarnya. Aku ingin sekali melihat air laut yang berkilau, rumput-rumput yang hijau, dan burung-burung yang berkicau.

Begitulah. Pada suatu malam, ketika seluruh anggota keluargaku telah tidur, aku mengendap-endap keluar rumah. Jantungku seperti drum dipukul-pukul. Kalau ketahuan, tentu aku akan dihukum dan disuruh makan permen zixelo. Yeack! Aku tidak akan pernah suka permen buruk itu. Rasanya sangat kacau, tidak karuan, dan meskipun kamu sudah meludah seratus kali, rasa itu tidak akan pernah hilang dari lidahmu.

Aku ingat, dulu aku dan temanku pernah keasyikan bermain-main di planet Neptunus sampai lupa waktu. Kedua orangtuaku panik dan mengira aku hilang. Zoma menyuruh Zokak untuk mencariku. Zokak berhasil menemukanku dan langsung membawaku pulang. Di rumah, seperti bisa kamu tebak, aku dihukum dan disuruh memakan permen zixelo! Oh, sungguh pengalaman yang sangat tidak menyenangkan!

Makanya, malam itu aku sangat hati-hati ketika ingin keluar rumah. Bayangan planet Bumi yang sering diceritakan Zonek kepadaku, yang katanya ada air laut yang berkilau, rumput-rumput yang hijau, dan burung-burung yang berkicau, membuat aku nekat keluar rumah dan kemudian berkunjung ke Bumi. Kalau tidak sekarang, aku yakin orangtuaku tidak akan pernah mau mengizinkanku jika besok aku meminta izin untuk pergi ke Bumi. Orangtuaku itu, aduh, aduh, aduh, selalu membuatku terpenjara. Aku tidak pernah boleh ke mana-mana. Boleh sih ke luar rumah, tapi tidak boleh jauh-jauh. Astaga, apa enaknya bermain kalau tidak jauh-jauh?

Aku menarik napas lega ketika sudah berada di luar rumah. Tanpa menghabiskan banyak waktu, aku langsung masuk ke dalam zorg[2] yang sedang teparkir di halaman rumah. Setelah itu … ziiing … aku segera melesat dengan kecepatan tinggi.

Sebenarnya aku belum cukup umur untuk mengendarai zorg. Aku juga belum memiliki SIMB (Surat Izin Melalang Buana). Namun, kamu pasti tahulah kodrat anak-anak itu seperti apa: ingin tahu banyak hal dan mencintai petualangan. Semua anak-anak di planet mana pun memang seperti itu. Namun, sayangnya, orangtua-orangtua kita akan mencap kita nakal jika kita melakukan itu semua. Menyebalkan? Tentu saja!

Aku memang belum cukup umur dan belum memiliki SIMB, tapi jangan salah, aku sangat mahir mengendarai zorg. Aku mampu menghindari ratusan meteor yang meluncur di luar angkasa. Lihatlah sekarang, aku mampu mengendarai zorg sambil mengangkat kedua kakiku ke udara! Beri aku tepuk tangan!

Sebelum melakukan perjalanan ini, aku sudah berkali-kali melihat peta luar angkasa dan sudah tahu di mana letak posisi planet Bumi berada. Letaknya berada di antara planet Venus dan planet Mars. Cukup jauh sebenarnya dari Planet Zorma, tetapi zorg adalah pesawat yang sangat cepat. Dengan kemampuan menembus ruang dan waktu, zorg mampu membawaku ke Bumi hanya dalam hitungan jam.

Sekarang, aku sudah sampai di planet Bumi. Yeah! Namun, sebelum membuka pintu zorg, aku terkejut dengan apa yang aku lihat. Benarkah ini bumi? Mengapa jelek sekali? Ini adalah tempat paling jelek yang pernah aku kunjungi!

Akhirnya aku memutuskan untuk tidak keluar dari zorg. Aku terbang mengelilingi bumi dengan kecepatan pelan. Oh Tuhan, apakah itu yang dinamakan air laut? Mengapa tidak berkilau? Mengapa begitu kotor dan hitam? Bangunan apakah itu? Ya ampun, mengapa bangunan itu mengeluarkan asap hitam? Asap hitam itu sungguh banyak sekali sehingga mengotori seluruh udara di planet Bumi! Uhuk… uhuk… uhuk! Aku segera pergi dari tempat itu dan kemudian terbang ke tempat lain.

Sesampainya di tempat lain … astaga, apa itu? Apakah itu yang dinamakan rumput-rumput yang hijau? Di mana hijaunya? Aku melihat sampah-sampah berceceran di mana-mana. Yeack! Oh, tidak! Bau sekali! Aku tidak tahan. Aku segera melesat pergi dari tempat itu.

Cukup. Aku tidak mau mencari burung-burung yang berkicau. Aku tidak tahan berlama-lama di tempat ini. Aku ingin segera pulang.

Apakah Zonek telah membohongiku?  Ah, tidak mungkin. Zonek tidak suka berbohong. Aku yakin itu.

Hmm. Akhirnya aku membuat kesimpulan begini: mungkin dulu ketika Zonek berkunjung ke sini, planet Bumi masih sangat indah. Air laut masih berkilau, rumput-rumput masih hijau, dan burung-burung masih berkicau. Aku jadi sedih. Bagaimana jika Zonek tahu bahwa Bumi yang dulunya indah itu kini sudah menjadi planet yang sangat jelek? Pasti Nenek akan sedih.

Begitulah. Seperti yang sudah aku katakan kepadamu sebelumnya, bahwa ternyata planet Bumi itu adalah planet yang sangat jelek. Apakah sekarang kamu memercayaiku?

Aku sengaja membuat surat ini dengan bahasa manusia dan melemparkannya ke Bumi. Aku harap ada seorang manusia yang menemukannya. Semoga saja, dengan membaca suratku ini, manusia itu mau menjaga planet Bumi dari segala macam kerusakan.

Dan, baguslah, ternyata yang berhasil menemukan surat ini adalah kamu. Aku percaya kepadamu. Aku yakin kamu pasti mau menjaga Bumi ini dari segala macam kerusakan. Agar air laut kembali menjadi berkilau, rumput-rumput kembali hijau, dan burung-burung kembali berkicau.

Beranjilah kepadaku.[*]

Catatan kaki:

[1] Zixelo adalah permen yang rasanya paling buruk di planet Zorma. Permen itu dibuat khusus untuk anak-anak nakal.

[2] Zorg adalah pesawat berukuran kecil, khusus untuk anak-anak. Bentuknya mirip sepatu.

(Sumber gambar: Bing image creator)

Bagikan artikel ini:

2 pemikiran pada “Surat dari Planet Zorma”

Tinggalkan komentar