SITA MEMANEN UBI #3 (tamat)

Mang ujang dan Kakek sudah hampir selesai mencangkul satu petak kebun. Tinggal mengumpulkan ubi-ubinya. “Waah, Kakek sudah hampir selesai, harus cepat-cepat nih.” Sita lebih cepat mengumpulkan ubi-ubinya. Saking cepetnya, satu ubi Sita terlempar mengenai Rani. “Aww!” seru Rani. “Eh, maaf,” kata Sita. Kakek menghentikan mencangkulnya. “Hah…. lumayan cape,” ujar Kakek sambil mengusap keringat di keningnya. … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

SITA MEMANEN UBI #2

Rani anak bungsu Mang Ujang dan Bi Atun. Mereka semua tetangga Kakek.  Mang Ujang pernah bekerja di bandar ubi terbesar di Cilembu. Bandar ubi itu tidak saja menjual ubi-ubinya ke kota-kota besar di Indonesia, tapi juga mengekspornya ke Jepang, Malaysia dan Singapura. “Ubi untuk ekspor itu dipilih yang paling bagus,” kata Mang Ujang, “Ubi yang … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

SITA MEMANEN UBI #1

Sita membuka jendela kamar. Matahari pagi menghangatkan badannya. Dengan mata berbinar, Sita melihat hamparan kebun ubi. Indah sekali. Sita ingin segera berlari. Berlari ke kebun ubi. “Sita, kamu sudah siap?” tanya Kakek sambil melongokkan kepalanya di pintu kamar Sita. “Oh, oke Kek, insyaallah Sita siap! Let’s go!” seru Sita sambil menghormat, persis komandan pasukan saat … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini: